bab duapuluh tujuh

2.6K 255 14
                                    

Jika boleh memilih, aku masih ingin menghabiskan waktu bersama Kara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika boleh memilih, aku masih ingin menghabiskan waktu bersama Kara. Namun, wajah Kara terlihat lelah. Tiga jam berkendara bukan hal mudah, meski ia tetap menampilkan senyum di hadapanku, saat makan siang pun ia terlihat tidak nafsu makan, ia beralasan lidahnya terasa hambar beberapa hari ini.

Aku mengirimkannya pesan untuk memaksakan makanan masuk ke dalam mulut meski itu terasa hambar sebelum perhatianku teralih pada pesan yang dikirim Fai beberapa jam lalu. Aku menimbang beberapa waktu kemudian memilih untuk abai akan pesan yang ia kirim.

Ada banyak hal yang aku pertimbangkan mengenai hubunganku dengan Fai. Luna dan kedua orang tuaku mungkin akan terkejut jika tahu aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah kubangun selama satu setengah tahun. Apalagi jika tahu apa yang terjadi antara aku dan Kara. Luna jelas tidak setuju jika aku jatuh kembali pada Kara. Ia tahu, lebih dari siapa pun bagaimana aku berjuang untuk tidak mengharapkan pria yang membuatku seperti orang bodoh pada saat tengah malam di Jogja.

Meski Kara tidak jelas memaparkannya padaku, dia punya alasan yang sangat kuat kenapa hari itu ia tidak datang. Apakah Luna akan mengerti? Bagaimana jika ia mengerti? Apakah ia akan menyetujui hubunganku dengan Kara? Lalu bagaimana tanggapan mama-papa tentang ini semua? Ini semua bahkan terlalu mendadak untuk dicerna oleh orang lain.

Lamunanku kembali teralihkan akibat dering ponsel. Itu Mas Agas. Aku menimbang tentang apa yang akan Mas Agas sampaikan hingga harus menelponku minggu sore seperti ini.

"Ha-Hallo, Mas?" tanyaku pelan. Aku menggigit kuku ketika menunggu Mas Agas berbicara.

[ "Chya? Lo baik-baik aja?" ]

"B-Baik, Mas."

[ "Syukur deh kalau lo baik-baik aja. Soalnya tadi pagi gue telpon lo enggak aktif. Trus gue minta HRD untuk cari nomer darurat lo, kesambung ke orang tua lo, mereka bilang lo belum balik. Gue sama yang lain jadi khawatir sama lo." ]

"Maaf, Mas. Aku enggak sempat aktifin handphone semalam. Pas kemarin event aku mode silent, jadi enggak sadar kalau mati." Aku berbohong pada Mas Agas. "Mas, soal semalaaam ...."

[ "Lo ada waktu sore ini? Ada beberapa hal yang mau gue sampein ke lo, Chya." ]

Mas Agas tiba-tiba saja meminta untuk bertemu. Ada apa? Apa dia tahu semalam Kara bersamaku? Jantungku berdetak lebih cepat karena spekulasi-spekulasi yang kubuat sendiri. Karena penasaran, aku menyetujui ajakan Mas Agas untuk bertemu.

Setelah menutup telepon, aku bergegas memesan ojol dan merapikan pakaian untuk menemui Mas Agas di salah satu communal space yang ada di Kebayoran Lama. Karena lokasi yang tidak begitu jauh, aku sampai lebih dulu dibanding Mas Agas. Mas Agas sampai setelah aku mengambil pesanan Cromboloni dan ice coffe-ku.

"Eh? Mau aku pesenin, Mas?" tanyaku saat Mas Agas duduk di depanku.

"Boleh deh. Iced Americanno sama Croissant Nuttela, ya?"

Don't Find Me In Your Memories ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang