ʙᴀʙ sᴀᴛᴜ

11K 562 108
                                    

Aku tidak tahu apa tepatnya yang memulai kesialan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu apa tepatnya yang memulai kesialan hari ini. Seolah semua datang secara bersamaan berlomba menjadi yang pertama, kemudian disusul menjadi yang kedua dan seterusnya.

Sudah satu jam aku duduk di dalam bilik toilet. Setelah memukuli seorang pria yang kuanggap sebagai pria mesum yang masuk ke dalam toilet wanita secara brutal, kini aku terjebak di dalam bilik toilet tanpa berani keluar. Bukan karena seseorang menguncinya, melainkan karena kebodohanku sendiri yang ternyata salah melihat tanda di pintu depan.

Tanganku terasa kebas, pegal pada pergelangan tangan semakin terasa karena sejak tadi yang aku lakukan hanya menutup telinga dari suara-suara yang ada di luar pintu bilik pojok tempatku bersembunyi.

Aku terus merutuk kebodohan sembari terus memikirkan bagaimana cara keluar dari sana tanpa diketahui orang, atau bagaimana cara keluar tanpa melihat hal-hal mengerikan. Aku bergidik, membayangkannya saja, membuat tubuhku gemetar ketakutan.

Setelah suara-suara gelak tawa yang sejak tadi memenuhi toilet menghilang, aku memberanikan diri untuk membuka bilik toilet, mengintip dari celah terkecil untuk memastikan bahwa ruangan itu kosong dan aku bisa kabur secepatnya. Namun, celahnya kembali tertutup oleh punggung yang sengaja merapat pada pintu.

"Jangan dibuka dulu. Tunggu aba-aba saya baru kamu bisa buka."

Suara berat itu dibuat sepelan mungkin. Meski tidak melihat sosoknya, aku tahu itu adalah pria yang tadi menjadi korban prasangkaku. Sedikit merasa bersyukur, setidaknya dia tidak membalas perbuatanku yang mengatakan dia pria mesum karena masuk ke toilet.

Aku menuruti perkataannya hingga suara ketukan pada pintu terdengar setelah beberapa menit kemudian. Ada sedikit ketakutan dalam diriku ketika membuka pintu sebelum terlonjak karena dorongan pintu yang keras dan pria itu menarikku hingga keluar dari area toilet pria. Sempat berpapasan dengan seorang bapak-bapak yang hendak masuk, pria paruh baya itu menatap kami dengan ekspresi terkejut sebelum pria itu menarikku berlari menjauh dari sana.

Kami berhenti untuk mengatur napas setelah dirasa cukup jauh dari jangkauan laki-laki paruh baya tadi. Sempat menoleh ke belakang sekilas, tanpa sadar kami tertawa bersama mengingat hal bodoh yang baru saja terjadi.

Aku menatap pria di depanku sedang berusaha mengatur napasnya, ia tersenyum kemudian mengulurkan tangannya di hadapanku.

"Sorry gue main tarik-tarik aja. Gue panik tadi karena takut dikira berbuat mesum di kota orang."

Di kota orang? Jadi dia bukan asli orang Yogyakarta? Lalu dari mana ia berasal? Dari cara bicaranya, aku pikir pria itu berasal dari kota yang sama denganku.

Aku mengangguk samar, tersenyum kemudian meraih tangannya. "Nggak masalah. Justru seharusnya saya terima kasih karena sudah diselametin. Maaf juga tadi sudah mikir yang enggak-enggak."

"Iya-iya. Nggak masalah." Pria itu menggaruk tengkuknya.

Kami terdiam untuk beberapa detik sebelum kemudian aku teringat akan teman-temanku yang menunggu untuk ke tempat wisata selanjutnya.

Don't Find Me In Your Memories ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang