2 Februari 2019
Jeno beralih duduk di antara Lucas dan Dejun yang saat ini sedang sibuk mengatur napas masing-masing akibat kelelahan.
Jeno mengerti.
Kadang masalah kecil memang lebih seru jika diselesaikan dengan beberapa hantaman.
Namun tidakkah ini sudah cukup kelewatan?
Mereka jadi sulit untuk dikenali karena darah dan memar yang menghiasi wajah keduanya.
"Sumpah ya kalo ada anak kecil liat kalian pasti langsung lari" seru Jeno. "Muka kalian kayak setan."
"Bacot bangsat," keluh Lucas sembari melap beberapa darah di sekitar bibirnya dengan menggunakan ujung bajunya.
"Ahra masih belum ngijinin kita masuk?" ujar Dejun.
"Ya menurut lo?" seru Jeno. "Gue jadi Ahra mending tidur dari pada ladenin dua orang gila kayak kalian. Lagi pula kalian itu kenapa sih? Yang salah siapa coba?"
"Dia!" jawab Dejun dan Lucas kompak.
"Uh..."
Kepala Jeno jadi terasa pusing.
"Udah ah, gue masuk dulu!" ucap Jeno. "Kalian pulang aja, ga enak diliat tetangganya Ahra."
"Eh! Lo pulang juga!" seru Lucas.
"Kalo gue pulang, yang jagain Ahra sama Siyeon siapa dong?" keluh Jeno. "Udah sana pulang!"
Jeno segera beralih masuk dan mengunci pintu rumah Ahra begitu saja.
"Sialan," keluh Lucas.
Dan Dejun segera mendecak lidah.
"Bukannya di sini yang 'sialan' itu lo?" seru Dejun dengan tatapan tajamnya.
"Aduuuh, yaudah iya gue ngaku!" ucap Lucas. "Gue juga suka sama Ahra, gue pengen macarin dia dari pada dia harus pacaran sama cowok egois kayak lo. Tapi—"
"Tuhkan!"
"Dengerin gue dulu!" tegas Lucas. "Tapi yang ngirimin Ahra surat itu bukan gue..."
"Gausah bo—"
"Sumpah!" seru Lucas. "Gue engga sengaja ketemu Jeno di mall. Dia lagi lari sampai engga sadar bukunya jatoh dari tas. Niat gue cuma mau ngembaliin buku dia tapi engga jadi gara-gara liat tulisan dia mirip banget sama tulisan di surat-surat itu."
"Jadi maksud lo yang ngirimin surat itu Jeno? Gitu?" ulang Dejun. "Ga percaya! Sana pulang!"
"Yaudah kalo engga percaya," ucap Lucas sembari beralih pulang. "Gue tau gue udah salah ngurung lo di kamar gue waktu itu, tapi soal surat itu bener-bener bukan gue. Lo juga tau bahasa indonesia gue masih acak-acakan 'kan?"