Setelah seminggu kejadian itu, semua kembali seperti semula. Gue yang dulu banyak sama mereka, sekarang lebih banyak sama Eunbin, Xiyeon, dan Nancy, atau kadang ditambah Renjun, Jeno, Jaemin, dan Haechan yang akhir akhir ini entah kenapa sering nongkrong bareng kita.
Apalagi sama Renjun, dia baik banget kayak kakaknya. Gue ngga ngerti lagi. Hngg kenapa gue ngga kenal ka Yuqi dan deket sama Renjun dari lamasih? Maksud gue walaupun Renjun suka ngegas, tapi dia baik banget.
"Woi Ri, mate dong." dan ini salah satu kenapa sekarang Renjun dkk suka nempelin gue. Matematika. Mata pelajaran yang dibenci banyak siswa, tapi jujur aja gue lebih suka matematika daripada bahasa.
Karena matematika rumus dan jawabannya pasti. Bahasa gue udah belajar semaleman, masih aja gapaham. Apa emang guenya aja yang gakbisa ya?
Gue mengambil buku dari kolong meja dan melemparkannya pada Jeno.
"Balikin ya" ucap gue dan Jeo nyengir.
"Jen jangan senyum gitu kegue" ucap gue datar.
"Kenapa? deg degan ya lo liat gue senyum~" godanya dan gue masih natep dia datar.
"Ngga, kesel liatnya," ucap gue. Muka Jeno mendadak datar.
"Bam bam bam bammm~" Jaemin menirukan soundeffect. Ck tuh anak kebanyakan nonton tv sampe tau effect sound yang pas buat setiap adegan.
"Ri lo dicariin cici tuh" ucap Renjun ke gue dari sisi lain kelas, dia yang baru sampai kekelas langsung bergabung dengan Jeno dan yang lain untuk menyalin tugas matematika gue.
"Kuy rumah Renjun" ajak Haechan. Gue menggeleng geleng melihat reaksi Haechan. Yang diajak siapa yang bilang kuy kuyan siapa.
Gue yang diajakin aja belum bilang iya ini orang udah kuy.
---
"Lo abis darimana?" tanya Felix dengan nada menuduh. Renjun melambaikan tangan, pamit cabut, gue mengangguk. Renjun menyalakan motornya dan akhirnya pergi.
"dari rumah Renjun" jawab gue singkat. Membukakan pintu pagar untuk gue dan mereka berdua, tapi setelah gue jalan masuk mereka ngga ngikutin gue.
"Sekarang siapa yang lo deketin? Renjun? Adeknya ka Yuqi setelah Lucas ngga dapet?" tanyanya dengan nada yang sangat sinis dan gue mendadak merasa kesal. Apasih dateng dateng mendadak nuduh?
"Kok lo ngomong gitu sih lix? Lo ngga percaya sama gue?" tanya gue balik.
"Apasih yang ngga lo percayain dari gue lix? Gue ngga ada hubungan apa apa sama ka Lucas selain kaka kelas dan gue udah buktiin itu. Masih kurang ya?" tanya gue lelah.
"KARENA GUE SUKA SAMA LO. ITULAH KENAPA GUE GAK SUKA LO DEKET SAMA COWO LAIN" Teriaknya kesal dan gue mendadak terdiam. Hening.
"Tapi bukan gini caranya lix. Lo aja ngga bisa buktiin perasaan lo sama gue dengan terus ngga percaya sama gue. Apagunanya pertemenan kita dari kecil atau perasaan lo kalo pada akhirnya lo selalu meragukan gue? Apa gunanya kalo lo selalu curiga lix? Ketika gue berhasil membuktikan semua kecurigaan lo salah, kecurigaan itu masih ada disana, keresahan hati lo ngga akan selesai" ucap gue dengan lelah. Felix terdiam, menatap gue dengan pandangan terluka.
Gue mendadak terdiam. Nggak seharusnya gue ngomong gitu.
"Lo ngga tau perasaan gue ri" ucapnya pelan, terdengar miris. Tapi ada yang lebih miris. Perasaan gue.
Gue tau jelas perasaan lo lix, karena gue menyukai Hyunjin terlalu lama. Tapi akhir-akhir ini gue menyadari, dia yang menjadi pusat perhatian gue selama bertahun tahun ternyata gak memiliki perasaan yang sama. Gue tahu jelas dari pandangan matanya yang menatap Anyelir dengan cara berbeda.
It hurts lix, I know. It hurts like hell. When you see someone you loved with your whole heart not have the same feeling for you.
Hening. Felix sudah menghilang dari pandangan, gue sama Seungmin saling pandang.
"I'll try to talk with him" ucapnya dan gue mengangguk setuju. Seungmin pergi kearah Felix pergi. Gue memegang kepala gue yang terasa berdenyut.
Ini semua mendadak terasa rumit. Kepala gue berdenyut sampai ingin meledak.
"Maaf lix"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pit A Pat 📌Hyunjin Stray Kids📌
Cerita PendekKata siapa punya sahabat cowo tuh enak? ellonoelxx's fanfiction