Aturan yang Menyebalkan

4.7K 514 32
                                    

Kaya raya, anak tunggal, dan tidak pernah merasa hidup kekurangan. Dia adalah Febricia Liliana Queensha, anak tunggal dari menteri energi dan sumber daya mineral RI, Zainal Abidin. Selain menjadi menteri, Zainal memiliki bisnis properti yang luas, usahanya di mana-mana, bahkan dia juga mendirikan yayasan untuk pendidikan dan anak yatim-piatu. Dari latar belakang bisnis dan jabatan Zainal, keselamatan Cia---begitulah panggilan akrab gadis itu---terancam.

Gadis bertubuh langsing, berpenampilan trendy, cantik, dan berkulit putih itu masuk ke rumah bak istana yang asri dan nyaman ditempati. Pengawalan ketat membuatnya risih, dia tidak bisa bebas seperti teman-teman yang lain. Bulan lalu pernah kejadian Cia hampir dicelakai orang tak dikenal. Kemungkinan prediksi Zainal, orang itu pesaing bisnis atau politiknya.

"Mbak Lala!" panggil Cia keras hingga memekakkan telinga.

"Iya, Nona." Wanita yang ditugaskan sebagai baby sitter Cia itu berlari mendekati Cia yang duduk di sofa ruang tengah.

"Ambilkan minum, haus," pinta Cia dengan sikapnya yang tak acuh sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Udara siang ini panas, Cia baru saja pulang dari kampus.

"Kenapa teriak-teriak, di sini bukan hutan," tegur suara pria dewasa mengejutkan Cia.

Langsung saja Cia menoleh ke sumber suara, ternyata papanya juga baru datang. Lala mundur dua langkah dari tempatnya berdiri, dia tidak langsung mengambilkan Cia minum karena ada bos besar. Lala masih setia berdiri tak jauh dari sofa tempat Cia duduk.

"Papa!" pekik Cia kegirangan langsung berhamburan ke pelukannya. "Cia kangen," rengeknya manja.

"Papa juga kangen, Sayang. Maaf, ya, Papa tinggal ke luar kota. Bagaimana kuliahmu? Hari ini menyenangkan?" Meskipun sibuk, Zainal tetap selalu memantau dan memerhatikan Cia.

"Badmood!" keluh Cia cemberut dan kembali duduk diikuti Zainal.

"Kenapa? Cerita sama Papa," ujar Zainal melepas jasnya. "Mbak Lala, tolong mintakan jus jeruk dua gelas kepada Mbak Hera, ya?" Zainal memerintah sangat sopan, berbeda dengan sikap Cia tadi. Sengaja dia mengulang perintah putrinya, untuk memberikan contoh kepada Cia.

"Baik, Tuan," jawab Lala langsung melaksanakan perintah tuannya.

Hera adalah kepala pelayan di rumah itu, usianya masih terbilang muda. Selisih sedikit dengan Lala, saat ini usia Lala 30 tahun sedangkan Hera 33 tahun.

"Aku kalah kuis tadi di kampus." Cia mulai mencurahkan uneg-unegnya.

"Hanya masalah itu?" Zainal tak percaya begitu saja, pasti ada hal lain yang membuat suasana hati putrinya tidak nyaman.

"Nggak sih, Pa. Ada hal lain."

"Apa? Apakah karena cinta?" tebak Zainal, tetapi Cia menggeleng. "Lalu apa?" Zainal bingung, biasanya yang membuat galau anak muda selain soal nilai kuliah yaitu cinta.

"Beberapa teman Cia di kampus nggak mau bergaul sama Cia." Wajah Cia sedih.

"Alasannya?" Dahi Zainal mengerut.

"Kenapa sih, mereka masih memandang latar belakang orang untuk berteman? Mereka sungkan dan takut berteman sama Cia, Pa. Katanya mereka nggak bisa mengimbangi gaya hidup Cia. Padahal Cia nggak pernah menghasut mereka untuk mengikuti gaya Cia. Apa salah Cia, Pa?"

Zainal terkikih lalu memberi saran, "Coba Cia sedikit mengubah cara bergaya dan bergaul. Bicara Cia yang asmuni itu mulai ditata dan awali berinteraksi dengan teman."

"Emang selama ini bicara Cia asmuni, Pa?" Cia mulai merenungkan ucapan Zainal.

"Sedikit," ucap Zainal agar tidak menyinggung perasaan Cia. "Semua orang punya hati dan karakter yang berbeda-beda. Ada yang kebal dengan ucapan menyakitkan, ada juga yang mudah tersinggung. Tutur kata yang sopan dan tidak terkesan sarkastik akan membuat lawan bicara kita segan."

Faros & Cia (Akan Kujaga Kau Sepenuh Hati dan Jiwaku) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang