Siapa Dia?

3.2K 467 99
                                    

Libur semester, Cia tidak melakukan liburan ke luar negeri seperti tahun-tahun yang lalu. Mau mengajak Denada jalan-jalan, tetapi dia punya tugas di panti asuhan. Tidak mungkin Cia memaksanya. Sedangkan Zainal ke luar negeri mengurus tugas politiknya.

"Huh, bosen banget!" keluh Cia mendaratkan pantatnya di kursi ruang makan.

"Selamat pagi, Non," sapa Lala mendekat dan berdiri di sampingnya.

"Pagi, Mbak Lala," jawab Cia lemas lalu menidurkan kepalanya di meja makan yang terbuat dari kaca itu.

"Kok lemes, Non? Apa Non Cia sakit?" tanya Lala mencemaskan keadaan Cia.

"Aku nggak apa-apa, Mbak. Cuma bosan, bingung mau ngapain," ucap Cia terdengar malas masih dalam posisi yang sama.

"Mmm ... kenapa nggak jalan-jalan keluar, cari udara segar. Kalau nggak, belanja, kan, biasanya Non Cia belanja kalau lagi suntuk seperti ini."

"Malas, Mbak. Mau belanja apa? Nggak ada yang aku butuhkan saat ini kecuali menyegarkan pikiran." Cia menghela napasnya dalam, menegakkan tubuh dan berucap, "Faros ke mana, ya? Kok nggak kelihatan dari tadi?" Cia celingukan mencari keberadaan pujaan hatinya.

"Mungkin di gazebo, Non. Biasa ... kalau nggak ada kerjaan mereka suka ngumpul di sana."

"Oh, okay. Biar aku ke sana."

"Hah!" Lala spontan memekik.

"Kenapa?" tanya Cia beranjak dari tempat duduknya.

"Non Cia mau ke sana? Nggak saya saja yang panggilin Faros?" tawar Lala karena biasanya Cia memerintahnya.

"Nggak usah, aku pengin tahu apa yang dilakukan kalau nggak kerja begini."

"Oooh, iya, Non."

Selepas itu, Cia berjalan melewati pintu samping dan menyusuri pinggiran kolam renang agar sampai di gazebo biasa para bodyguard berkumpul jika sedang santai. Di sana terlihat ramai. Wajah bodyguard yang biasanya garang, musnah jika sudah berada di tempat itu. Yang ada hanya canda tawa dan saling menghibur antar teman.

Kali ini mereka sedang main remi, siapa yang kalah harus push up. Ucok menjadi bulanan mereka, beberapa kali dia kalah dan harus push up. Ketika sedang push up, ada saja yang mengganggunya, kadang sampai Ucok tidak kuat lantaran sambil tertawa. Tawa pecah ketika Santoso duduk di punggung Ucok sambil push up. Wajah Ucok sampai merah dan urat-urat di wajahnya muncul. Faros tertawa lepas sampai memegangi perutnya. Keramaian itu mendadak sepi dan beberapa bodyguard bersikap tegap. Faros, Zainuddin, Santoso, Ucok, dan beberapa orang belum menyadari kedatangan Cia, mereka masih tertawa dan bercanda.

"Psssst." Salah seorang bodyguard memberi isyarat, tetapi mereka tidak peduli.

"Heh, heh, sudah," bisik bodyguard yang lain.

"Gilaaaaa, ayooooo, Cok! Semangat!" kelakar Zainuddin.

"Non Cia," bisik seorang bodyguard kepada Zainuddin.

Matanya terbelalak, yang tadinya memunggungi Cia, Zainuddin langsung menoleh dan perlahan menjauh dari Faros yang masih tertawa melihat Ucok push up dengan Santoso duduk di punggungnya. Cia melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu Faros menyadari kehadirannya. Bagaimana mau menyadari jika dia saja memunggungi Cia.

"Ros, pst!" Zainuddin berusaha menghentikan Faros, setelah menoleh, dia berbisik, "Non Cia." Tanpa ada suara.

Faros pun memutar tubuhnya, Ucok dan Santoso juga baru sadar, mereka berdiri dan bersikap tegap.

Faros & Cia (Akan Kujaga Kau Sepenuh Hati dan Jiwaku) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang