Merayu Cia untuk Baikan

3.5K 460 51
                                    

Spesial pagi ini, Faros tidak membangunkan Cia. Dia membiarkan Cia tidur sepuasnya. Pukul tujuh, Cia membuka matanya. Atas bantuan Lala dan Hera, Faros bisa menyiapkan semua keperluan Cia. Dari sarapan sampai mobil, sudah siap!

Kaki jenjang nan mulus Cia turun dari tempat tidur lantas ke kamar mandi. Aroma terapi yang Faros semprotkan di kamar mandi membuat Cia rileks. Di meja panjang depan pintu masuk kamar mandi, tersedia handuk bersih yang dilipat, atasnya sengaja Faros letakkan mawar merah kesukaan Cia.

"Tumben Mbak Lala nyiapin begini?" gumam Cia mengambil mawar itu lalu menyesapnya.

Bergegas dia membersihkan diri, selesai berpakaian, Cia keluar kamar mandi.

Tuk tuk tuk

"Iya, siapa?" sahut Cia sembari mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.

"Lala, Non," jawab suara dari balik pintu.

"Masuk aja, Mbak," pekik Cia mematikan hair dryer-nya lalu duduk di meja rias menyisir rambut.

Pintu kamar terbuka, Lala membawakan sarapan untuk Cia. Jika Zainal tidak di rumah, Cia selalu sarapan di kamarnya mempersingkat waktu agar tidak terlambat masuk kuliah.

"Ini sarapannya, Non," ucap Lala menurunkan nampan di meja kaca.

"Hmmm." Hanya itu sahutan Cia karena dia sibuk berdandan.

"Nona butuh sesuatu?" tanya Lala sebelum meninggalkan Cia.

"Bilang sama sopir, siapkan mobil," titah Cia tanpa menatap Lala, dia sedang fokus memakai lipstik.

"Sudah, Non. Faros sudah menyiapkan."

"Hah!" Cia memutar tubuhnya menatap Lala terkejut. "Dia masih di sini?"

Lala mengangguk, "Iya, Non. Malah tadi dia yang menyiapkan semua keperluan Non Cia."

"Maksudnya?"

"Selesai salat Subuh, Faros menyiapkan keperluan Nona. Dari handuk di kamar mandi, ini ...," tunjuk Lala pada sarapan yang dia bawakan, "sampai mobil pun sudah siap."

Terdiam, Cia membalikkan badan kembali menghadap cermin. Sambil menyelesaikan dandannya, Cia merenung. Merasa tidak dibutuhkan lagi, Lala pun keluar dari kamar.

"Bagaimana, Mbak Lala?" tanya Faros langsung menghadang ketika Lala menutup pintu.

"Diem doang."

"Huft." Faros menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Sabar, perlu waktu." Lala menepuk bahu Faros. "Aku ke bawah dulu, ya?"

"Iya, Mbak. Makasih," ucap Faros, dia tetap menunggu Cia di depan kamar.

Di dalam kamar, setelah rapi, Cia mengambil sarapannya, roti dibakar dengan isian telur dan sayuran. Ketika sedang menikmati  gigitan pertamanya, dia menemukan notes kertas warna merah jambu yang dilipat satu. Cia membuka sembari menggigit rotinya lagi.

Maaf.

Bibir tipis nan merah Cia tersungging senyuman. Entahlah, rasanya dia tidak bisa menahan hatinya yang menghangat.

"Faros," gumam Cia meletakkan kertas itu di meja. Setelah roti habis, Cia meminum jusnya. Sesudah itu, dia mengambil tas dan keluar kamar.

"Selamat pagi, Non," ucap Faros yang masih setia di depan kamar Cia.

Bukannya menjawab, Cia bersikap tak acuh lalu pergi begitu saja. Tak putus asa, Faros mengikutinya di belakang. Cia melirikkan mata, dari ujung mata, dia melihat Faros masih mengikutinya. Bibir Cia menahan senyum, dia ingin melihat keseriusan Faros meminta maaf padanya.

Faros & Cia (Akan Kujaga Kau Sepenuh Hati dan Jiwaku) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang