Repotnya

3K 434 49
                                    

"Repot banget sih!" keluh Cia sambil memakaikan popok pada si sulung.

"Sabar, Non." Lala menoleh dan tersenyum sembari sibuk mengganti popok si bontot.

Dua bulan setelah kelahiran putra dan putrinya, Cia sekarang mudah tersinggung. Hatinya rapuh, mudah sedih dan gampang marah. Seisi rumah sudah tahu dan memakluminya. Wajar saja, memiliki bayi kembar repotnya dua kali lipat dari ibu yang punya bayi satu.

"Sayaaaaang, handuk aku mana?" teriak Faros dari kamar mandi.

"Ini lagi, bayi besar ikut-ikutan," dengus Cia hanya dibalas Lala cengiran. "Iyaaaa," sahut Cia mengambilkan handuk untuk suaminya.

Beginilah setiap pagi, ngurus tiga bayi, dua bayi benar-benar bayi yang satu bayi besar.

"Makasih, Sayang," ucap Faros setelah menerima handuknya.

Lala sudah selesai melengkapi pakaian Adelio Orlando Arsenio, kakak dari Adelia Faranisa Aznii. Selisih kelahiran mereka hanya 10 menit.

"Non, saya bawa Kakak Lio ke bawah, ya?" ujar Lala menggendong Lio, begitulah sapaan singkat bayi yang kini berusia dua bulan itu.

"Ya sudah, nanti aku nyusul, Mbak Lala. Aku ngurus bayi besar dulu."

"Iya, Non." Lala pun keluar dari kamar menggendong Lio.

Cia menyiapkan keperluan Faros, mulai dari busana ke kantor hingga sepatu yang akan dikenakan hari ini. Untung saja si cantik Lia anteng setelah selesai berpakaian dan diberi mainan Cia kerincingan.

Pintu kamar mandi terbuka, Faros ke luar hanya mengenakan boxer dan kaus dalam putih polos sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

Bukannya lansung mengenakan pakaiannya, Faros malah menghampiri Lia yang anteng bermain sendiri.

"Anak Papa main cendili, ya? Kak Lio udah keluar cama Bibi Lala, ya?" Faros menggoda putrinya sambil menggelitiki kecil dan menciuminya.

Si bayi cantik itu tersenyum dan mengoceh seolah ingin menyahut ucapan papanya. Cia yang melihat hal itu tersenyum bahagia.

"Yang, dipakai bajunya. Kesiangan loh berangkatnya," ujar Cia mengingatkan Faros.

Jika sudah bersama anak-anaknya, kadang Faros melupakan pekerjaan. Sejak Lio dan Lia lahir, mereka mengalihkan kesibukan Faros. Wajar sih, karena Faros tidak banyak waktu berain dengan putra-putrinya, kecuali Sabtu dan Minggu, itupun jika tidak ada pekerjaan mendadak.

"Yang, aku nanti pulangnya agak malam loh," ujar Faros memakai kemejanya.

Sedangkan Cia sibuk membersihkan pakaian kotor Lio dan Lia beserta perlengkapan bedan dan minyak telonnya.

"Emang banyak kerjaan kamu, ya? Jangan malam-malam, kasihan Papa kalau kamu pulang malam, dia tuh nungguin kamu tahu!"

"Oh, iya?" Faros yang tadinya sedang bercermin menyisir rambutnya lantas membalikkan badan menatap Cia tak percaya.

"Iya, Yang. Papa tuh kalau kamu jam tujuh belum pulang, sering nungguin di ruang keluarga sambil nonton TV ditemani Pak Santoso."

Tertegun, Faros tak habis pikir sebegitu perhatiannya sang mertua kepadanya, tanpa dia tahu.

"Papa sampai melakukan itu, Yang?" Masih tak percaya, Faros menatap Cia memastikannya.

"Iya, Yaaaang. Makanya, kamu jangan larut malam kalau pulang."

"Pantas saja kalau aku pulang kerja, Papa pasti masih nonton TV sama Pak Santoso kadang ditemani Bang Ucok," ucap Faros yang kini sedang memakai dasinya.

Faros & Cia (Akan Kujaga Kau Sepenuh Hati dan Jiwaku) KOMPLITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang