"Paman, dimana Chaeyeon?"
"Paman ijinkan kami masuk."
Aku bisa mendengar keributan di luar kamarku, itu pasti suara Somi dan Dani yang sedang memohon kepada ayah. Selanjutnya aku mendengar ayah mengijinkan mereka masuk ke dalam kamarku.
Dalam hitungan detik aku bisa melihat Somi dan Dani membuka pintu kamar dan langsung berlari menghampiriku.
"Chaeyeon, kau tidak apa-apa?"
kata Somi sambil memelukku."Seharusnya tadi kami tidak membiarkanmu pulang lebih dulu. Maafkan kami." ucap Dani.
Aku senang mereka lebih mengutamakan keadaanku daripada menanyakan siapa sosok yang bersama diriku.
"Aku baik-baik saja. Maaf tidak menceritakan hal ini lebih awal." aku memang tidak memberitahu mereka perihal Krystal Jung.
"Chaeyeon." itu suara Somi.
"Apa mimpimu itu benar-benar menjadi kenyataan? Maksudku Krystal Jung...""Dia memang ibuku, kalian pasti kaget mendengar fakta ini."
Somi yang awalnya diam saja memelukku tiba-tiba menangis begitu pula Dani yang ikut memelukku.
"Maafkan kami, kami tidak tahu apa-apa. Kau pasti menjalani harimu dengan berat, bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa."
"Tidak apa-apa Som, aku benar-benar baik saja."
"Tidak perlu terburu-buru, kau bisa menceritakannya ke kami jika kau sudah siap." Dani memang yang paling dewasa diantara kami. Aku senang memiliki sahabat seperti mereka.
"Terima kasih sudah ada disini menghiburku."
Sore itu aku menceritakan semuanya, bagaimana pertemuan pertamaku dengan Krystal Jung hingga kejadian sepulang sekolah yang aku alami tadi.
Aku tidak bisa menahan tangis di depan kedua sahabatku. Aku yang selama ini mengaku tidak peduli dengan keberadaan ibu hanya bisa meluapkan kesedihanku. Bingung menghadapi situasi yang saat ini aku hadapi.
"Menangislah Yeon, kami disini menemanimu." Dani sejak tadi tidak berenti mengusap-usap punggungku.
"Aku hanya takut kalau nanti karier ibuku hancur dan kehidupanku tidak akan normal lagi. Kalian tahu kan dunia hiburan itu bagaimana?" ceritaku sambil menangis.
"Tenangkan pikiranmu dulu Yeon, berpikirlah dengan jernih. Diskusikan ini baik-baik dengan ibu dan ayahmu, setelah itu kau bisa putuskan jalan apa yang akan kalian ambil kedepannya. Tetap merahasiakan hal ini dari publik atau mengungkapkannya." saran Dani sangat bisa dipercaya, akupun mengangguk mendengar ucapannya.
Setidaknya aku bisa sedikit merasa lega setelah menceritakan semuanya kepada mereka. Merasa ada sedikit beban yang hilang.
"Anak-anak keluarlah." itu suara ayah. Aku segera menghapus sisa-sisa air mataku dan mengajak mereka berdua keluar. Terlihat ayah telah menyiapkan makanan untuk kami.
"Kalian makanlah dulu sebelum pulang, paman sudah menyiapkan makanan enak untuk kalian."
"Baik paman, sebelumnya terima kasih sudah menyiapkan makanan untuk kami." ucap Dani yang dibalas senyuman oleh ayah.
Kami makan dengan tenang, hanya ada suara garpu dan sendok yang terdengar. Beruntung ayah tidak menanyakan perihal kenapa mata kami terlihat sembab. Semoga saja ayah mengira kalau ini akibat dari kami menonton drama atau menangisi grup favorit Somi yang baru saja bubar.
Aku memang harus mulai mengikuti saran Dani, berpikir jernih dan memikirkan semuanya secara matang. Aku tidak ingin tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Aku tidak ingin terlalu dekat maupun menjauhi Krystal Jung. Biarkan semuanya mengalir seperti air. Aku hanya ingin membuktikan kalau beliau benar-benar menyayangiku atau tidak. Semoga keputusan yang aku ambil nanti benar-benar baik untukku, ayah maupun ibu.
Tbc