"Halo." suara lembut Krystal menyapa telepon dari nomor asing yang masuk.
"Ini aku Oh Sehun."
Krystal hampir saja berteriak, akhir-akhir ini ia bingung kesana kemari mencari keberadaan putrinya beserta Oh Sehun. Tidak ada angin ataupun hujan tiba-tiba saja lelaki itu menghubunginya.
Apa ini berkat doanya kemarin, Sang Buddha mengabulkan doanya begitu cepat. Setelah ini Krystal berjanji akan lebih sering berkunjung ke kuil.
"Kau apa kabar? Aku mencarimu. Dimana Chaeyeon?" tanya Krystal bertubi-tubi.
"Aku sekarang pulang ke kampung halamanku, jangan khawatir. Aku yakin Chaeyeon akan menerimamu kembali, tolong beri dia sedikit waktu."
Krystal bisa bernapas lega, dugaannya memang benar bahwa Sehun kembali ke kampung halamannya.
"Aku tidak akan mengganggu kalian, bagaimanapun aku masih menyayangi Chaeyeon dan tidak ingin mengecewakannya lagi."
"Syukurlah kalau kau mengerti."
Keduanya diam untuk sesaat, seakan tidak tahu harus darimana memulai obrolan lebih jauh.
"Krys, jangan memberi tahu siapapun tentang keberadaanku. Jangan mencoba menghubungi lebih dulu. Aku menghubungimu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Chaeyeon."
Krystal mengangguk walaupun responnya itu tidak akan diketahui oleh Sehun.
"Krys, kau masih mendengarku?"
"Iya."
"Satu hal lagi yang ingin aku sampaikan kepadamu, aku merindukanmu."
Telepon diputus secara sepihak oleh Oh Sehun tanpa memberikan kesempatan Krystal untuk merespon.
Krystal terdiam sambil menggenggam erat ponselnya. Jantungnya berdegup begitu cepat, perasaan yang dari dulu coba ia buang muncul kembali.
Sehun memang pintar mengobrak-abrik perasaannya.*****
Sehun menyandarkan tubuhnya di sisi meja, mengatur kembali degup jantungnya setelah pernyataan tiba-tiba yang ia lontarkan pada mantan istrinya.Berpisah 17 tahun yang lalu tidak menjamin bahwa perasaan itu benar-benar hilang. Beberapa kali mencoba mencari pengganti Krystal, tidak membuat wanita itu benar-benar pergi dari salah satu ruang di hatinya.
Dulu setelah ditinggal oleh Krystal, Sehun sempat mengencani seorang wanita dan hampir saja berakhir ke pelaminan.
Wanita itu cantik, menyaingi cantiknya seorang Krystal Jung. Dengan ketampanan yang dimilikinya, tidak bisa dipungkiri bahwa Oh Sehun memang mampu memikat wanita-wanita cantik di seluruh penjuru negeri.
Ketampanan yang ia miliki tidak sejalan dengan keberuntungan kisah cinta yang ia jalani.
Wanita yang hampir ia nikahi meninggal sebulan sebelum hari pernikahan. Sehun tentu saja terpukul, begitu pula Chaeyeon. Gadis itu sudah begitu dekat dengan calon ibunya.
Dari pengalaman yang buruk itu membuat Sehun enggan untuk menjalin hubungan lagi. Ia memilih untuk fokus mengurus Chaeyeon.
Begitu pula Chaeyeon, dari pengalaman itu pula yang membuatnya berpikir lebih baik tidak memiliki ibu.
Ibu kandungnya meninggalkan dirinya setelah ia lahir, sedangkan calon ibu tirinya bahkan pergi ke sisi Tuhan sebelum ia sempat memanggilnya dengan sebutan ibu.
Chaeyeon berpikir jika ia berkesempatan lagi mendapat seorang ibu, pengalaman buruk itu akan terulang kembali. Ia benar-benar tak ingin hal itu terjadi.
Sebisa mungkin ia meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja tanpa ibu. Ia tidak perlu seorang ibu.
Sehun tidaklah bodoh, ia menyadari apa yang dipikirkan Chaeyeon. Berulang kali ia meyakinkan Chaeyeon untuk tidak memikirkan hal yang aneh-aneh.
"Ayah, Chaeyeon pulang." suara itu mengembalikan Sehun dari lamunannya. Chaeyeon datang dengan wajah sumringah setelah kembali dari sekolah.
"Aku lapar." ucapnya lagi yang membuat Sehun tersenyum, gemas dengan tingkah laku putrinya.
Sehun lantas berdiri, menyimpan kembali ponselnya dan tentu saja menghapus log panggilan terakhir agar tidak diketahui oleh putrinya.
Chaeyeon memang hampir tidak pernah mengecek ponselnya, entah hanya perasaannya, Sehun harus menghapusnya.
"Ayah sedang apa?" tanya Chaeyeon.
"Tentu saja menyiapkan makan siang untukmu."
"Ayah tidak berbohong kan?" benar saja, Chaeyeon kadang sedikit lebih peka.
"Untuk apa ayah berbohong. Kau tidak lihat meja dapur berantakan seperti ini?"
"Hehehe maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku percaya ayah."
Untung saja Chaeyeon tidak bertanya lebih jauh, Sehun bisa bernapas lega.
"Ayah," panggil Chaeyeon saat Sehun sibuk menata makanan di meja makan.
"Ada apa? Chaeyeon ingin sesuatu?"
"Tadi malam aku memimpikan bibi Jihyun."
Sehun terkejut, baru saja ia memikirkan wanita itu dan sekarang Chaeyeon kembali membahasnya.
Jihyun adalah nama wanita yang hampir ia nikahi.
"Memang mimpi apa?"
"Aku bermimpi bermain air dengan bibi Jihyun, tapi setelah itu bibi Jihyun pergi lagi dan mengucapkan selamat tinggal. Ia mengatakan kalau ini akan menjadi terakhir kalinya ia datang ke mimpiku."
Sehun bisa melihat raut wajah putrinya yang berubah menjadi sendu.
"Ayah, apa suatu hari nanti kalau aku menerima kembali ibu, apa ia akan pergi lagi seperti sebelumnya? Atau ia akan pergi seperti bibi Jihyun?"
"Ayah, aku takut."
"Beberapa hari yang lalu aku juga memimpikan hal yang sama, ibu datang menemuiku untuk terakhir kalinya dan ibu juga pergi untuk selama-lamanya."
tangis Chaeyeon akhirnya pecah, Sehun tidak kuasa melihatnya. Ia mengampiri putri kecilnya dan memeluknya. Kembali mencoba menenangkan dan meyakinkan kalau semua itu hanyalah bunga tidur."Itu semua hanya mimpi, jangan berpikir yang aneh-aneh. Bibi Jihyun sudah tenang di surga, Chaeyeon seharusnya mendoakan bibi Jihyun. Begitu pula dengan ibu, Chaeyeon berdoa semua yang terbaik untuk kita."
"Jangan bersedih lagi, ayah tidak ingin melihat Chaeyeon menangis terus. Kita berjanji pindah kesini untuk mendapatkan pengalaman hidup yang lebih baik."
"Sekarang habiskan makan siangmu, ganti pakaianmu dan pergi ke rumah Mingyu. Minta dia untuk mengajakmu jalan-jalan."
Chaeyeon mengangguk, lalu mengusap air mata dipipinya. Kali ini ia akan mengikuti saran ayahnya. Ia sudah terlalu banyak menangis dan lelah menghadapi pikirannya yang sedikit rumit.
Berjalan-jalan bukanlah ide yang buruk.
Tbc
Udah ya ini udah agak panjangan dan aku nepatin janjiku mau update kalo udah tembus 10k.
Sebelum kelupaan...
Selamat lebaran....
Mohon maaf kalo ada salah kata 🙏