🍃Limabelas🍃

14K 1.2K 246
                                    

Karena vomen udah mencapai target, saya update satu bab lagi buat teman2 yang udah mau meramaikan lapak saya.

Sumpah, saya senang sekali ngeliat respon kalian buat cerita saya ini. Nggak kebayang kalau ceritanya kakek Yusuf bisa sedikit lebih 'tenar' dari ceritanya babang Danu. Jadi teman2, jangan bosan-bosan ya, buat ninggalin jejak kalian, supaya saya tambah semangat lagi nulisnya.

Mengenai targetnya, masih sama seperti di bab sebelumnya. 460 buat vote, dan 130 buat komennya.

Ya udah, nggak usah panjang2 lagi cuap2nya. Selamat membaca, dan semoga cerita kakek Yusuf bisa menemani kalian di sore ini.

🍏🍏🍏

                                             

Malam sudah begitu larut. Waktu bahkan telah menunjukan 00.30 malam saat Arsakha Virendra yang diekori tangan kanannya, Bima, menyusuri sebuah gang kumuh yang rumah penduduknya tampak sudah lapuk dan dengan cat yang mulai mengelupas.

Pria bertubuh tinggi dan ayah yang sangat over protektif kepada putri cantiknya itu menatap awas sekelilingnya, mempelajari seluk beluk sekitar, mencari dimana kiranya jalan yang bisa digunakan untuk melarikan diri.

Kalau bukan karena kejadian di masa lalu, karena ia merasa sangat berhutang budi kepada seorang pria baik hati yang pernah menolongnya, Rendra tentu akan memilih bersembunyi di balik selimut sembari memeluk erat tubuh hangat istrinya.

Namun sekali lagi, Rendra tentu tak bisa berpangku tangan saat mengetahui satu-satunya keturunan dari pria yang dulu pernah menolong kedua orang tuanya saat mengalami kecelakaan walau pada akhirnya nyawa mereka tidak bisa diselamatkan, sedang terbelit satu masalah yang cukup pelit dan sukar ditemukan akar masalahnya.

Tak berapa lama kemudian, langkah Rendra dan Bima terhenti tepat di sebuah rumah kecil yang tampak usang dan tak terawat.

Dilihat dari depannya saja, Rendra bisa menyimpulkan bahwa orang yang ia dan Danu cari ada di dalam rumah tersebut yang seluruh lampunya masih menyala tersebut.

Rendra mendengus meremehkan saat mengingat Bima menyarankan membawa beberapa orang untuk membantu mereka. Bukannya merasa takabur, tetapi bagi Rendra, dirinya saja cukup untuk meringkus 4 pria berandal yang sudah menyebabkan seseorang mengalami banyak kesulitan di usia semuda itu.

"Biar saya saja yang masuk terlebih dahulu, bos." ucap Bima yang merasa khawatir jika ayah dari seorang balita cantik bernama Aqisya itu terluka.

"Tidak perlu, Bim." tolak Rendra seraya meneruskan kembali langkahnya.

                                                        
Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah perkelahian yang tak terelakan. Suara teriakan serta makian dari ke 4 pria yang dibangunkan paksa dari tidurnya ditanggapi Rendra dengan senyum sinis.

Suami dari Kenar Sadina itu tetap tenang. Tak tersulut emosi saat harus menangkis serangan brutal dari beberapa pria berwajah sangar dan berpenampilan seperti layaknya preman. Namun begitu merasa sudah banyak waktu yang terbuang, Rendra memberikan jarak yang cukup antara dirinya dan 4 pria di depannya yang menatapnya dalam kemarahan yang menggelegak.

Dan saat Rendra kembali mempersempit jarak, hanya butuh hitungan menit baginya untuk melumpuhkan beberapa pria yang cuma penampilannya saja yang sangar tetapi cetek dalam hal beladiri.

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang