Sumpah, saya sangat senang karena akhirnya dari ke sekian cerita yang udah saya tulis, akhirnya di cerita ini baik vote ataupun komennya benar-benar melebihi harapan saya. Saya nggak nyangka, kakek Yusuf bakalan jadi idola kayak gini.
Dan karena target sudah terpenuhi (makasih buat yang udah nekan tanda bintang dan gerakan jempolnya buat nulis komen demi menuhin target saya yang banyak maunya ini), saya update satu bab lagi.
Segitu aja cuap2 dari saya. Selamat membaca, dan semoga di sore ini, cerita kakek Yusuf bisa menambah semangat kalian setelah seharian beraktifitas.
🍏🍏🍏
Langit masih begitu gelap, sedangkan sang surya belum menampakan sinarnya saat Salwa membuka mata seraya memindai seluruh ruangan, seolah mencari tahu sedang berada dimana dirinya saat ini.
Begitu ingatannya memutar kejadian kemarin siang, Salwa terkesiap, lalu tanpa sadar meraba pipinya, tempat dimana ia menerima luapan amarah dari seorang gadis muda yang dipanggil bik Mina dengan sebutan non Adel, karena samar-samar diantara bisik-bisik ibu-ibu komplek, Salwa mendengar bagaimana bik Mina meminta agar gadis muda itu tak menyakitinya.
Satu senyum pedih terukir di bibir Salwa kembali terngiang berbagai sebutan yang begitu jahat ditujukan padanya. Sungguh, tidak pernah sekali pun Salwa berkhayal pada akhirnya akan memiliki kehidupan seperti ini. Dimana ia memiliki suami kaya dan dilimpahi kasih sayang serta perhatian dari pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan menawan itu.
Jika sebelum menikahinya, Yusuf telah cukup lama bercerai dari mantan istrinya, lalu mengapa harus ia yang dipersalahkan?
Pria paruh baya itu, yang sudah mengajarkan banyak sekali arti bahagia dalam hidup, serta menuntun Salwa berulang kali merengguk manisnya surga dunia, adalah pria yang sudah memberikan rasa nyaman serta membuat jantungnya berdebar dengan irama yang menyenangkan. Lalu, salahkah dirinya karena terlena, hingga ingin terus berdekatan dengan pria senja namun masih sangat gagah itu?
"Apa yang kamu pikirkan, sayang, sampai nggak nyadar kalau aku ada di sini?"
Suara yang berasal dari sini kirinya tersebut membuat Salwa hampir saja terlonjak karena terkejut, kalau saja tidak ada tangan yang menekan lembut bahunya agar tetap berbaring di atas ranjang. "Bapak... " panggilnya setelah melihat keberadaan pria paruh baya itu yang sudah berdiri di samping ranjang.
"Iya, ini aku, Sal. Saking asyiknya kamu melamun, lelaki tua ini nggak kamu sadari keberadaannya.""Maaf..." Salwa menundukan pandangan, tak berani menatap suaminya karena merasa bersalah telah membuat pria menawan itu merasa diabaikan olehnya.
"Udah, nggak ada yang perlu dimaafkan." ucap Yusuf lembut seraya mengusap lembut kening wanita muda yang tengah mengandung anaknya itu. "Bagaimana perasaan kamu sekarang?"
Salwa belum tahu harus memberikan jawaban yang seperti apa. Ia tidak ingin kata-kata yang keluar dari mulutnya akan membuat suaminya itu marah, lalu membuat hubungan antara ayah dan anak memburuk karenanya.
"Sayang, kalau suami lagi ngomong, matanya harus ngadap ke sini." jemari kokoh Yusuf menjepit lembut dagu Salwa, lalu diarahkannya wajah cantik yang pucat itu untuk menatap dirinya. "Suami kamu ini, biarpun udah tua, tapi mukanya masih sedap dipandang. Badannya juga masih bagus, nggak berlemak, makanya setiap bercinta kamu suka mandanginnya. Nah... kalau tampilan suamimu ini masih bisa membuat kamu terpesona, buat apa kamu mandangin dinding dengan warna membosankan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta [Sudah Terbit]
Любовные романы- Zona dewasa - Masih lengkap - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook - Sudah tersedia dalam bentuk ebook di google play Di usia pertengahan 50-an, Yusuf Biantara masih mampu memikat wanita yang bertatapan mata dengannya. Entah itu karena harta ata...