🍃Duapuluhtujuh[TAMAT]🍃

11.3K 1.2K 200
                                    

Akhirnya... kita sampai juga di bagian akhir dari kisah pasangan yang punya banyak penggemar ini. Nggak ada kata yang bisa saya sampaikan selain beribu terima buat teman-teman semua yang udah mau meramaikan cerita saya dengan vote dan komennya yang selalu buat saya senyum-senyum sendiri bacanya.

Setelah bab ini, berarti hutang saya tinggal epilog. Lalu, kita semua akan berpisah dari kakek Yusuf dan istri kecilnya. Dan karena ini udah di bagian akhir, boleh dong ya, saya minta apresiasi sedikit lebih tinggi dari biasanya?

Nggak banyak kok, cuma 700+ buat vote dan 200 komentar.

Udah ya segitu aja. Jempol saya udah menjerit minta diistirahatkan soalnya. Sampai ketemu lagi di cerita saya yang lainnya🙋. Selamat membaca, dan semoga bab terakhir kakek Yusuf ini nggak terlalu mengecewakan teman2 semua.

🍏🍏🍏                                

                                             

Malam kian larut, tetapi kedua insan yang sedang berpelukan di atas ranjang itu tak jua mau memejamkan mata. Mereka hanya saling menatap, membagi senyuman, dan sesekali saling berbagi kecupan di bibir.

Ah... betapa indahnya malam ini bagi kedua insan yang hatinya sudah saling terpaut itu. Adanya bulan dan bintang yang bertahta di langit menambah rasa bahagia yang membuncah dalam hati mereka. Dengan tubuh yang saling merapat, kulit bertemu kulit tanpa sehelai pun penghalang, mereka kompak tak ingin menghabiskan malam ini dengan mengarungi alam mimpi.

Senyum di bibir Yusuf masih terus terkembang, sedangkan tangan pria yang mabuk kepayang kepada sosok yang berada di dekapannya itu terus mengelus di sepanjang punggung Salwa yang masih menyisakan jejak keringat, sisa percintaan mereka beberapa saat yang lalu.

Bersama Salwa, Yusuf merasa lengkap. Hatinya membuncah bahagia, dan tidak lupa tubuh mungil itu yang selalu membuat ia puas dalam penyatuan tubuh mereka yang terasa begitu pas.

Dengan saling berhadap-hadapan dengan kedua tangannya memeluk erat tubuh lembut itu, Yusuf serasa tak memerlukan apapun lagi selain kehadiran Salwa di sisinya. Menemaninya melewati hari, dan menjadi rumah untuknya.

"Punyamu masih sempit aja, sayang, padahal aku sudah sering memasukinya." Yusuf berkata vulgar seraya mengangkat sebelah kaki Salwa agar mengapit di pinggangnya. Begitu tubuh bagian bawah mereka saling bersentuhan, Yusuf menggeram tertahan karena bukti keperkasaannya kembali menegang, siap kembali mendaki puncak kenikmatan.

Yusuf akui jika usianya tak lagi muda, akan tetapi ia merasa jiwanya kembali muda karena memiliki Salwa sebagai istrinya. Wanita ini, yang tak pernah sekalipun meminta macam-macam padanya, dalam keadaan diam sekalipun sudah bisa membuat Yusuf menggila. Mendambakan wanitanya itu setiap waktu berada dalam pelukan.

"Bapak... " cicit Salwa pelan sambil mengelus dada bidang suaminya yang berkeringat, sementara wajah memerah karena belum terbiasa mendengar kata-kata vulgar yang sering kali diucapkan suaminya semenjak mereka memutuskan untuk menerima ikatan takdir yang mengikat mereka.

Yusuf sendiri terkekeh senang. Memiliki Salwa dalam hidupnya membuat ia selalu merasa bahagia. Kepolosan, kebaikan, serta sikapnya yang penurut, membuat impian Yusuf yang ingin memiliki istri idaman akhirnya terwujud. Direngkuhnya semakin erat tubuh lembut yang telanjang di dekapannya itu, mencium sayang kening Salwa sambil menyelipkan kata, "Istriku yang pemalu."

                                             
Malam ini terasa sangat damai untuk mereka. Kelegaan tentu saja Yusuf rasakan setelah melihat orang yang sudah menyengsarakan hidup Salwa, mendekam di balik jeruji penjara. Yusuf bersyukur karena tidak akan ada lagi orang yang berpotensi mencelakai istrinya. Dan Yusuf berharap mantan istrinya juga akan mengambil langkah mundur setelah mendengar kata-katanya tadi siang.

Takdir Cinta [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang