Seventh : The Other Side Of Him

4.3K 488 90
                                    

Tirai di kamar itu masih saja tertutup, padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Ini bahkan sudah lima hari, namun si pemilik kamar tak pernah ingin keluar sejak kejadian di Secret Home malam itu. Dia terus meringkuk diatas ranjang dengan tubuh tertutup selimut sepanjang hari. Turun dari ranjang hanya untuk pergi ke kamar mandi. Lalu kembali meringkuk dan menangis dengan tubuh bergetar karena rasa takut yang bercampur dengan kebencian.

Dan sialnya, meskipun dia begitu membenci pembunuh. Pada sang tuan, dia tak pernah bisa membencinya. Dia memang benci saat sang tuan melakukan hal yang keji itu. Namun dia tak pernah bisa membenci sang tuan. Dia tahu bahwa pria itu selalu datang ke kamarnya setiap pagi dan malam untuk melihat keadaannya. Meskipun tangan hangat itu tak lagi menyentuhnya, lengan kekar itu tak lagi merengkuhnya, namun si mungil tahu jika sang tuan selalu duduk di sisi lain ranjang sebelum pergi dan setelah pulang bekerja. Menatapnya dengan penuh rasa bersalah.

Selama lima hari ini, Yunhyeong selalu datang setiap jam makan untuk mengantar makanan. Meskipun hanya akan berujung sia-sia karena Jinhwan tak pernah menyentuhnya. Sudah berkali-kali dia membujuk pemuda mungil itu. Dan berkali-kali juga dia tidak mendapat respon apapun. Jinhwan tak makan selama lima hari dan itu membuat Hanbin semakin merasa bersalah. Tapi Hanbin tak bisa memaksa, dia tak berani meskipun sekedar untuk mengatakan sepatah kata pun pada Jinhwan. Yang bisa dia lakukan hanya menatap penuh rasa bersalah dan kerinduan pada sosok mungil yang selalu bergulung dengan selimutnya itu.

Tidak. Hanbin tidak menyesali perbuatannya yang telah menghabisi 20 pria itu. Dia justru merasa puas karena telah berhasil membalas semua kehinaan yang pernah Jinhwan terima. Hanya saja, pria itu merasa sangat bersalah karena telah membuat Jinhwan ketakutan. Dan dia yakin jika pemuda mungil itu pasti sekarang begitu membencinya. Dia ingin meminta maaf lalu memeluk tubuh mungil yang dirindukannya itu. Namun egonya mengatakan jika dia tak perlu melakukannya. Dia hanya perlu membiarkan Jinhwan tenang agar bisa kembali seperti sedia kala. Meskipun kecil kemungkinan pemuda itu mau menatapnya atau bertemu dengannya lagi.

Yunhyeong menghela nafas saat mendapati sarapan yang dia antar tadi masih utuh di nakas samping ranjang. Dia pun memberanikan diri untuk membuka tirai meskipun Jinhwan sangat tidak menginginkannya. Pria manis itu tak sanggup melihat kondisi Jinhwan saat ini. Dia ikut menderita jika melihat Jinhwan yang seperti kehilangan semangat untuk hidup itu. Dia merindukan tawa renyah, senyum cerah dan rengekan manja si mungil yang selalu bisa didapatkan setiap harinya secara cuma-cuma di mansion Kim itu. Dia tak bisa membiarkan Jinhwan terus-menerus berada dalam kondisi yang menyedihkan seperti sekarang. Dia ingin Jinhwan kembali. Semua orang merindukan sosok mungil yang ceria dan menggemaskan itu.

"Nghh... Jangan buka tirainya... Kumohon..." Jinhwan terusik dan berbicara dari bawah selimut saat mendengar suara tirai yang dibuka.

Yunhyeong tak mempedulikan permintaan Jinhwan. Dia memilih untuk membuka jendela, membiarkan udara pagi yang sejuk masuk ke celah jendela kamar. Setidaknya Jinhwan bisa merasakan udara menyegarkan pagi hari meskipun hanya sedikit. Usai membuka jendela, Yunhyeong segera masuk ke kamar mandi. Menghangatkan air lalu mengisi bathub dan menyiapkan keperluan mandi lainnya untuk Jinhwan. Setelahnya kembali ke kamar menghampiri Jinhwan dan duduk di tepi ranjang.

"Jinanie.." Panggilnya halus seraya menyentuh dengan perlahan selimut yang menutupi tubuh si mungil.

"....."

"Kau mau mendengarkan ceritaku?"

"....."

Yunhyeong menghela nafas. Tak ada cara lain lagi untuk memberi pengertian pada Jinhwan. Dia tahu, tuannya memang terlalu berlebihan untuk memperlihatkan kekejamannya pada Jinhwan yang rapuh dan menyimpan banyak ketakutan dalam hidupnya. Namun dia yang sudah mengenal Hanbin dengan baik sangat tahu, jika tuannya itu memiliki banyak alasan untuk melakukan ekseskusi di hadapan Jinhwan. Hanbin hanya ingin menunjukan pada Jinhwan bahwa dia bisa melakukan apapun untuk membalas semua kesakitan yang pernah pemuda itu terima dari orang-orang menjijikan yang bertingkah seperti binatang. Dia ingin menunjukan bahwa Jinhwan adalah harta yang paling berharga dan sama sekali tak pantas mendapatkan penghinaan.

I'm Yours, Master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang