Twenty-one : Special Dish for Master

1.9K 214 83
                                    

Hai guys. Maafin update nya malam banget 🥺 aku td sibuk dan masih bnyak yg belum diselesaikan, jd td abis teraweh aku rampungin nulisnya, lanjut edit2. Maafkan 🙏🏻🙏🏻

Binhwan udh ketemu lg, jd nnti di chapter depan bkal ada momen binhwan.

Selamat membaca ❤

***

“Benar, akulah yang membunuh ibumu, memangnya kenapa? Apa kau datang kemari hendak membalaskan kematian ibumu, hah? Hahaha...”

“Aku sudah cukup membalas semua rasa sakitku, hahaha... Kau mau apa sekarang? Kau merasa bersalah, hm? Atau kau masih berkeinginan menghukumku?”

“Lihatlah betapa menyedihkannya dirimu sekarang. Kau dengan mudahnya jatuh setelah tahu kebenaran ini. Hahahaha... Anak yang malang, lihatlah dirimu, tidakkah kau merasa menjadi manusia yang paling malang di dunia?”

“Ah, kau ingin tahu? Pikirkan saja, diantara kedua sahabat sekaligus pelayan setiamu itu, siapa kira-kira yang akan bisa melakukannya?”

“Hahahaha... Kau akhirnya bisa merasakan bagaimana rasanya ditusuk dari belakang oleh orang yang telah kau percaya! Hahahaha... Kau tinggal menunggu kehancuran dirimu sendiri, anak muda. Sungguh malang... Sungguh malang...”

“Kau mendengarku? Kau... Bukan... Anakku...”


Diatas ranjang mewah berukuran King size itu, Hanbin dengan keringat yang telah membasahi dahinya segera membuka mata. Nafasnya terengah-engah seolah-olah dia sudah melakukan lari marathon sejauh 500 meter. Kedua matanya yang masih membuka lebar menatap pada langit-langit bercat putih diatasnya. Tatapannya menjadi kosong selama beberapa saat hingga lengannya dia letakan diatas dahi, kulitnya bersentuhan dengan keringat dingin disana.

Lagi-lagi mimpi itu.

Mimpi yang selalu datang setiap malam selama lima tahun ini. Mimpi yang merupakan potongan kejadian dari masa lalu yang telah mengganggu jiwanya sedemikian parah. Mimpi yang telah membuatnya tak pernah ingin tertidur di malam hari dan memilih terjaga sepanjang malam sambil menyesap rokok juga anggurnya.

Pria yang telah mengembalikan seluruh kesadarannya itu kini bangkit, duduk di tepi ranjang sambil menunduk, menormalkan detak jantungnya yang berpacu hebat. Setelah itu dia menatap ke sekeliling kamar mewah yang ditempatinya. Masih dua hari lagi dia harus berada di negara ini sebelum akhirnya kembali ke Korea Selatan, pulang ke mansion yang menjadi tempat ternyamannya.

Hanbin berdiri seraya mengambil kotak rokok dan pemantik diatas nakas, lalu berjalan ke arah jendela dan membuka tirai. Membuka pintu kaca di depannya dan keluar menuju beranda, meletakan sebatang rokok diantara belah bibirnya lalu menyalakan pemantik untuk membakarnya. Dia menyesap rokok itu dengan sangat kuat, menghembuskan asapnya ke udara. Tatapannya dia arahkan ke langit tanpa bintang diatas, saat ini pukul dua dini hari dan masih ada dua jam lagi sebelum dia memulai rutinitas paginya seperti biasa, berolahraga.

Kedua obsidian sepekat malamnya itu kini hanya menatap lurus ke lautan di bawah. Malam membuat air laut tampak seperti tinta, hanya ada cahaya bulan yang redup diatasnya, memberikan sedikit penerangan. Rokok itu kembali disesap Hanbin, pikirannya terbang ke kejadian masa lalu yang sangat ingin dia lupakan. Pada saat ini, itu tidak semenyakitkan beberapa tahun lalu. Namun tetap saja bekas lukanya yang dalam masih membuatnya ngilu saat tak sengaja terkorek lagi.

Tidur telah menjadi hal menakutkan baginya selama lima tahun ini. Meskipun itu hanya sebentar, potongan-potongan kejadian masa lalu yang menyakitkan itu akan selalu muncul di alam bawah sadarnya. Karena dia tidak ingin dibayangi hal-hal menyakitkan dari masa lalu, jadi setelah itu dia tidak pernah tidur bahkan hanya sekejap.

I'm Yours, Master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang