Seventeenth : Meeting Mom and Dad

2K 218 28
                                    


12 hari telah berlalu sejak pesta ulang tahun Mr. Jo Inha yang diadakan di hotel berbintang lima miliknya. Selama itu, hari-hari Jinhwan dilalui dengan berbagai macam perasaan yang bercampur aduk. Dia memang melakukan aktifitas seperti biasanya, bermain, belajar dan melakukan hal yang disukainya saat siang hari atau melayani Hanbin di ranjangnya pada malam hari. Perasaan bahagianya karena hari-harinya selalu ada Kim Hanbin di sekitarnya kini bercampur dengan perasaan menyakitkan lain yang tak mampu dia jabarkan lagi seberapa menyakitkannya itu. Namun dia lagi-lagi menghibur diri bahwa dengan diselamatkannya dia dari pelelangan manusia itu saja sudah menjadi sebuah keberuntungan besar baginya untuk bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik. Ditambah dia akhirnya bisa bertemu lagi dengan pria idamannya yang telah menjadi cinta pertamanya sejak delapan tahun lalu. Bukan saja bertemu, bahkan dia diberi kesempatan untuk hidup serumah dengannya. Meskipun hanya sebagai pelayan dan pemuas nafsu seperti yang dikatakan Kang Seungyoon, bukankah seharusnya dia bersyukur bisa selalu berada di sekitar pria itu? Bahkan dia sudah mendapat keberuntungan besar dengan bercinta setiap hari bersamanya. Mendapatkan apa yang selalu diidam-idamkan semua wanita dan lelaki submisif dari seorang Kim Hanbin. Bukankah dia juga sebelumnya tidak apa-apa jika hanya dijadikan sebagai seorang jalang, asalkan prianya adalah Kim Hanbin seorang?

Jinhwan beberapa kali menghela nafas di depan kanvas kosongnya yang masih belum dia gambari. Duduk termenung di gazebo kecil yang terletak di taman belakang, tempat yang biasa dia gunakan untuk melukis. Pagi ini dia mengantar kepergian Hanbin yang akan berangkat ke Thailand, hatinya diliputi rasa sedih karena untuk pertama kalinya sejak dia tinggal di Mansion Kim, Hanbin pergi untuk beberapa hari. Selama beberapa hari ini, Hanbin masih tetap manis dan hangat seperti biasa. Sama sekali tidak menunjukan sebuah penghinaan seperti yang pernah dia lakukan di pesta itu. Membuat Jinhwan bisa dengan mudah melupakan dan memaafkan setiap kata menyakitkan yang dilontarkannya saat itu. Bahkan sehari sebelum keberangkatannya ke Thailand, Hanbin pulang lebih cepat dari kantornya pada sore hari dan mengajak Jinhwan untuk berjalan-jalan mengelilingi halaman mansion yang luas. Sambil melihat-lihat bunga dan menikmati matahari juga angin sore di bangku taman depan berdua. Hanbin membiarkan Jinhwan untuk menceritakan masa kecilnya yang menyenangkan sampai setelahnya pemuda itu tiba-tiba menangis karena terlalu merindukan kedua orang tuanya. Hanbin dengan lembut memeluknya sambil menepuk punggungnya, membuat hati Jinhwan menghangat dan merasa begitu dikasihi. Dan pagi tadi, Hanbin selalu menggenggam tangan Jinhwan sejak keluar dari ruang makan setelah sarapan hingga sebelum masuk ke dalam mobil. Memberi sebuah pelukan erat dan kecupan lembut di keningnya bahkan ketika banyak mata memandang, termasuk sekretaris Choi yang akan berangkat bersamanya.


"Tunggu aku pulang. Setelah selesai disana aku akan segera kembali."


Itu yang dikatakan Hanbin sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Jinhwan merasa ingin menangis saat sedan hitam itu membawa Hanbin pergi menuju bandara untuk terbang ke negara lain. Dia terus berdiri menatap mobil yang melaju di jalan mansion itu dengan perasaan rindu yang menyakitkan. Bahkan belum juga sehari Hanbin pergi, namun Jinhwan sudah begitu merindukannya hingga dadanya terasa sesak.

"Jinanie, melamun?"

Sebuah suara dari arah belakang membuyarkan lamunan Jinhwan. Chanwoo muncul dan berdiri tepat di sampingnya. Jinhwan menatap pemuda itu dengan terkejut.

"Chan, kau tidak ke kantor?"

Chanwoo tersenyum kecil. "Apa perusahaan akan aktif pada hari libur?"

Jinhwan mengerjapkan kedua mata lalu seringai kecil pun muncul di wajahnya. "Aku benar-benar lupa jika hari ini adalah hari Minggu."

I'm Yours, Master Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang