Part 4

1K 166 5
                                    

Sejeong baru saja membuka matanya ketika mendengar suara gurauan kecil dari salah satu sudut rumahnya. Setelah sadar sepenuhnya, Sejeong menyeret langkahnya menuju asal suara yang ternyata dari dapur.

Sejeong terdiam sesaat mendapati ibunya sedang bicara dengan pria berbahu lebar. Ia pikir ia sedang bermimpi ayahnya hidup kembali, tapi kemudian ia langsung bisa menyadari siapa pria itu.

"Mama, dia ngapain di sini?" tanya Sejeong memandang galak pada pria itu yang tak lain adalah Daniel.

Daniel menanggapi dengan santai sambil terus melanjutkan aktivitasnya membantu ibu Sejeong memotong sayuran.

"Karna sebentar lagi dia akan jadi suami kamu, jadi mulai sekarang Daniel akan tinggal di sini bersama kita"

"HAH?"

Daniel menahan tawanya melihat keterkejutan Sejeong.

"Mending sekarang kamu mandi sana. Nanti bu guru telat loh," Daniel mendorong bahu Sejeong untuk kembali ke kamarnya.

Sejeong langsung berbalik dan melotot pada Daniel. Pria itu bahkan sudah tau pekerjaannya. Pasti Daniel dan ibunya sudah melakukan reuni dengan baik. Jadi cuma dia yang tidak tau apa-apa di sini?

"Aku tau aku tambah ganteng. Biasa aja ngeliatnya"

"Dih!" Sejeong langsung mencebik lalu segera berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

"Sejeong," panggil Daniel menghentikan langkah Sejeong.

"Apa?" sahut Sejeong galak.

"Handuknya, sayang," Daniel menaruh handuk berwarna pink di kepala Sejeong.

Sejeong terdiam. Tadi dia tidak salah dengar kan? Daniel memanggilnya sayang? Kok gemesin ya?

Sejeong langsung menggeleng-geleng tanpa sadar. Lalu buru-buru kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

"Je!" panggil Daniel lagi.

Walaupun sebal, tapi gadis itu menoleh juga pada Daniel. Dan seketika sesuatu yang kenyal mendarat tepat di bibirnya begitu ia berbalik.

Mata Sejeong membulat penuh dan detik berikutnya ia langsung meneriakkan nama si oknum yang sudah mencuri morning kissnya itu.

"KANG DANIEL!"

***

Daniel masih senyum-senyum tidak jelas saat berjalan bersama Sejeong keluar rumah, tidak peduli gadis itu terus merengut padanya.

Daniel kemudian bergerak ke depan Sejeong, menghadang langkah gadis itu.

"Apa sih? Minggir!"

Daniel malah menangkup wajah Sejeong dan memandanginya lekat. Sejeong langsung was-was hingga reflek memundurkan wajahnya.

"Kamu demam ya? Muka kamu merah sih, Je?" tanya Daniel menggoda.

"Nggak kok," Sejeong langsung lari kecil meninggalkan Daniel yang tersenyum puas.

Namun kemudian senyum namja itu memudar ketika melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Sejeong dan keluar seorang Kim Doyoung dari dalam sana.

"Oppa!" Sejeong langsung berlari ke arah Doyoung.

"Ayo! Aku udah telat," Sejeong buru-buru menarik Doyung masuk ke mobil.

Dan sejurus kemudian mobil Doyoung sudah pergi meninggalkan halaman rumah Sejeong. Meninggalkan Daniel yang masih terdiam di posisinya, yang hanya bisa memandang dengan wajah datar.

"Namanya Kim Doyoung," tegur sebuah suara yang ternyata adalah ibu Sejeong. Wanita itu berjalan menghampiri Daniel.

"Udah tau, tante"

"Sampai papa Sejeong meninggal pun, papa Sejeong belum merestui hubungan mereka"

Daniel memandangi ibu Sejeong sedikit terkejut.

"Kan om udah janji putri satu-satunya dia cuma buat kamu, Niel," lanjut ibu Sejeong yang langsung membuat Daniel tersenyum sumringah.

"Makasih ya, tante."

***



"Je, yang tadi itu orang yang sama kamu di makam waktu itu kan?" tanya Doyoung saat dalam perjalanan.

"Iya," angguk Sejeong.

"Dia ngapain di rumah kamu?"

Sejeong terdiam sebentar, sedikit kebingung harus jawab apa.

"Dia orang yang diamanatin sama papa buat jagain aku sama mama," jawab Sejeong akhirnya.

Kali ini berganti Doyoung yang terdiam.

"Dia yang namanya Daniel?"

Sejeong menghela napasnya, "Iya."

"Je, malam ini aku mau ke rumah ya? Mau ketemu mama kamu"

"Ngapain?"

"Aku gak suka ada orang lain. Biar aku aja yang jagain kamu sama mama. Aku mau ngelamar kamu, Je"

Sejeong sedikit tercengang.

"Kamu serius?"

"Iyalah. Masa soal ginian aku bercanda"

"Tapi, Doy"

Ucapan Sejeong terhenti ketika mereka sudah sampai di depan sekolah Sejeong.

"Kita bahas ini lagi nanti. Masuk gih!" Doyoung mengelus kepala Sejeong sekilas, sebelum Sejeong benar-benar turun dari mobilnya.










***






Sejeong sedang melamun di meja kerjanya yang membuat Taeyong tergoda untuk menggodanya.

Taeyong menggeser kursinya ke depan meja Sejeong lalu ikut bertopang dagu seperti yang Sejeong lakukan.

"Mikirin apasih, bu?" tegur Taeyong.

Sejeong memutar matanya malas melihat Taeyong, tapi kemudian ia berpikir lagi ingin menceritakan masalahnya ini pada Taeyong.

"Yong,"

"Hm?"

"Doyoung bilang mau ngelamar gue," ucap Sejeong pelan bahkan lebih terdengar seperti berbisik.

"Terus? Lo gak mau sama dia? Sama gue aja gimana?"

Sejeong berdecak malas. Kan, gak ada faedahnya emang cerita sama makhluk bernama Pak Taeyong itu.

"Becanda, bu," Taeyong ketawa-ketawa, "Terus kenapa emangnya? Lo belum siap atau gimana?"

"Masalahnya almarhum papa ternyata udah jodohin sama orang lain"

"Siapa?"

"Anak dari orang yang pernah papa tolong dulu"

"Gue dong," sambar Taeyong sambil menggerak-gerakkan alisnya.

"Sayangnya orang yang pernah ditolong papa itu bukan cuma ortu lo doang, pak Taeyong"

"Terus siapa? Lo kenal?"

Tiba-tiba Taeyong nampak terlonjak sendiri setelah satu nama terlintas di pikirannya.

"Kang Daniel?"

Sejeong mengangguk lemah.

"Omaygat!" Taeyong pura-pura shock, yang membuat mereka kembali jadi pusat perhatian guru-guru yang lain.

Sejeong menepuk jidatnya sendiri. Salah pilih teman curhat ya gini!

"Turutin kata hati lo, Je, siapa yang mau lo pilih"

Akhirnya ada juga kata-kata bermutu dari namja yang ada di hadapan Sejeong itu.


***









Sejeong buru-buru berjalan menuju pintu, saat sebelumnya Doyoung mengiriminya pesan sudah sampai di depan rumahnya. Langkah Sejeong seketika berheti melihat Daniel yang lebih dulu membukakan pintu untuk Doyoung.

Sejeong menggigit bibirnya sendiri melihat dua namja itu saling menatap datar.

My Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang