"Aku udah punya jawabannya, Doy," Sejeong berkata saat Doyoung menjemputnya hari itu.
"Apa?" tanya Doyoung antusias. Matanya nampak berbinar lebih dulu.
"Aku gak bisa, Doy"
Seketika runtuhlah senyum di wajah Doyoung.
"Maafin aku, Doy, aku gak bisa nikah sama kamu"
"Kenapa, Je? Aku janji bakal bahagiaan kamu, Je," Doyoung meraih jemari Sejeong.
Sejeong menarik tangannya dari genggaman Doyoung lalu menggeleng pelan.
"Sekali lagi maaf, Doy. Aku cuma gak mau nyakitin kamu lebih dari ini. Jadi kita udahan aja ya? Kamu boleh benci aku, tapi kuharap kita masih bisa jadi teman"
"Teman ya?" Doyoung tersenyum miris.
"Apa dengan jadi teman aku masih deket sama kamu, Je?"
"Iya. Kita bisa jadi teman seperti dulu"
"Dan pada akhirnya aku tetep gak bisa gantiin posisi dia kan, Je?"
Sejeong tidak menyahut lagi. Ia hanya menunduk menunjukkan rasa bersalahnya.
Doyoung duduk melamun di belakang meja kerjanya. Berkali ia terlihat mengusap wajahnya gusar. Tidak mudah untuknya hingga bisa mendapatkan Sejeong, jadi tidak mudah juga ia bisa melepaskan gadis itu begitu saja. Tapi ia harus bagaimana jika akhirnya Sejeong tidak memilihnya?
"Rebut dia lah," komentar salah seorang teman Doyoung, seolah bisa membaca pikiran pria itu.
Doyoung sedikit melotot melihat temannya itu.
"Gue bantuin, tapi gak gratis"
"Caranya?"
Teman Doyoung itu nampak tersenyum licik.
ººº
Sejeong terlihat memarkirkan mobilnya di depan sebuah kantor polisi, lalu buru-buru masuk ke sana untuk mencari seseorang.
Sejeong cepat berjalan menghampiri satu siswanya yang sekarang sedang di periksa polisi karena terlibat perkelahian dengan siswa dari sekolahan lain. Tiga siswa dari sekolahan lain itu sudah di jemput orang tuanya, sementara anak didik Sejeong itu hanya bisa menelpon Sejeong untuk menjamin dirinya.
Namanya Minchan. Dia tumbuh dari keluarga broken home hingga tak heran sifatnya jadi suka memberontak dan gampang tersulut emosi.
Setelah bicara sebentar dengan pak polisi, Sejeong pun akhirnya bisa membawa pulang Minchan.
"Orang tua kamu kemana?" tanya Sejeong begitu langkah mereka sudah berada di teras kantor.
"Ibu kan tau mereka gak bakal peduli sama saya," jawab Minchan santai.
"Terus ngapain kamu sok berantem kalau ujung-ujungnya gak ada yang bisa jamin kamu?"
"Kan ada ibu"
Sejeong sudah ingin menggeplak kepala Minchan. Minchannya hanya cengengesan.
"Itu kamu gak pa-pa? Perlu ke dokter gak?"
"Gak usah, bu. Udah biasa," Minchan sedikit mengurut sudut bibirnya yang nampak lebam.
"Sini handphone kamu!" pinta Sejeong yang langsung dituruti Minchan.
Sejeong mengetikkan sesuatu di ponsel Minchan, setelah itu tak lama dikembalikannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Target
Fanfiction[sequel "My Innocent Girl"] "Target aku cuma satu. Bikin kamu jadi milik aku lagi" 15+