"Kau membuatku semakin tergila-gila padamu, Kim Sejeong"
Sejeong tidak tahan untuk tidak tersenyum mendengar pujian itu.
"Petugas Kang-ku juga keren sekali tadi," balas Sejeong pelan.
"Apa?" tanya Daniel pura-pura tidak mendengar.
"Bukan apa-apa"
"Aish, apa susah sekali memuji kekasihmu sendiri, huh?" pout Daniel.
"Baiklah, baiklah. Petugas Kang-ku memang keren sekali. Kau puas?"
Daniel menyengir dengan tampan, "Apa itu juga membuatmu semakin mencintaiku?"
"Mungkin," Sejeong mengangkat bahunya.
"Aish!"
Sejeong terkekeh melihat ekspresi merajuk kekasihnya.
"Sudahlah, Niel. Memangnya kau tidak pergi?" tanya Sejeong mengalihkan pembicaraan.
"Pergi kemana?" tanya Daniel balik.
"Kupikir kau harus kembali ke kantor untuk mengurus kasus ini"
"Memang. Tapi setelah memastikan kau aman sampai pulang ke rumah"
"Niel, pergilah jika itu memang sudah tugasmu. Aku akan baik-baik saja"
"Tidak bisa. Ini juga bagian dari tugasku, memastikan saksi dari kasus ini selalu merasa aman"
Senyum di wajah Sejeong mengembang dengan cantiknya, "Terima kasih, Petugas Kang-ku yang tampan"
Daniel mendadak terdiam. Sejeong menatapi pria itu sedikit kebingungan, apa lagi sekarang tiba-tiba Daniel menarik horden pembatas antar bangsal lalu semakin mendekat pada Sejeong.
"Niel, kau mau apa?" tanya Sejeong gugup.
"Memberikan reward atas keberaniamu hari ini"
"Mwo?"
Chup.
Benda kenyal itu menyentuh hangat bibir Sejeong, hingga perlahan Sejeong menutup matanya merasakan penyatuan bibir mereka.
Daniel tersenyum manis hingga mata sipitnya ikut melengkung dengan menggemaskan, menatapi gadis cantik si pemilik hatinya sejak dulu itu.
"Aku senang Sejeong-ku tidak pernah berubah. Hatinya, juga rasa bibir ini," Daniel menyentuh bibir Sejeong, "Tetap sama."
Sejeong berdecak pelan, "Memangnya kau tidak takut dipecat karna berani menggoda saksi, Niel?"
"Uhm, jika aku dipecat, apa gaji seorang guru cukup membiayai rumah tangga kita nanti, Je?"
Dan langsung saja perut Daniel jadi sasaran tinju Sejeong yang sudah sangat gemas dengan pertanyaan asal dari pria itu.
Daniel tertawa. Diacaknya gemas rambut Sejeong.
"Niel, bagaimana dengan Yoojung?" tanya Sejeong kemudian.
"Dokter sedang menanganinya. Lukanya memang tidak seberapa, tapi dia butuh sedikit terapi mental agar tidak menyebabkan trauma berlebih"
"Aku ingin melihatnya, Niel"
"Baiklah. Pasti bagus jika kau menemaninya saat ini. Kalau begitu kau bisa temui dia, sementara aku kembali ke kantor sebentar. Setelah itu aku akan menjemputmu lagi di sini"
Sejeong mengangguk setuju.
***
Sekitar satu jam Sejeong menemani Yoojung hingga gadis itu selesai ditanyai oleh pihak kepolisian untuk kesaksiannya. Sudah ada ibu Yoojung juga di sana yang dari tadi tidak hentinya mengatakan terima kasih pada Sejeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Target
Fanfiction[sequel "My Innocent Girl"] "Target aku cuma satu. Bikin kamu jadi milik aku lagi" 15+