Part 9

877 155 8
                                    

5 tahun sebelumnya

"Ori-ya!"

Sejeong terdengar memanggil-manggil kucingnya yang lari ke semak-semak, saat mereka bermain di taman dekat rumahnya.

Tanpa sadar Sejeong sudah berjalan cukup jauh untuk mengejar kucingnya, dan beruntunglah kali ini ia berhasil menangkap kucingnya yang bernama Ori itu dan memelukinya erat.

"Jangan coba kabur lagi, eoh?" Sejeong mengelus bulu Ori dengan gemas.

Dan ketika ia ingin pergi, tiba-tiba indra pendengarannya menangkap sebuah suara yang cukup keras, seperti suara pipa besi yang menghantam tembok.

Sejeong menoleh ke kanan-kirinya, tempat itu sepi tidak ada siapa-siapa. Hanya ada bangunan yang sudah tak terpakai.

Entah dorongan dari mana, Sejeong memberanikan dirinya mendekat ke bangunan tua itu. Kemudian dari balik jendela yang kacanya sudah pecah dan buram, Sejeong mengintip ke dalam bangunan itu. Keadaan di dalam sana sangat gelap karna tak ada cahaya yang masuk.

Sejeong sudah ingin pergi lagi sebelum penglihatannya menangkap sesosok pria mengenakan jaket hitam berjalan pelan seperti menyeret sesuatu. Benar saja, orang itu sedang menyeret tubuh seorang wanita.

Sejeong membekap mulutnya sendiri, melihat wanita yang dibawa orang itu nampak berlumuran darah di bagian kepalanya.

Sejeong seperti tidak merasakan lututnya lagi. Tubuhnya terasa lemah melihat pemandangan itu. Apa yang baru saja dilihatnya? Apakah sebuah pembunuhan?

Sejeong menajamkan penglihatannya mengamati wajah si pria, sebelum buru-buru pergi meninggalkan tempat itu.

Sejeong jadi pendiam setelah melihat kejadian itu. Ia belum berani menceritakannya pada orang tuanya. Sementara saat itu Daniel sudah beberapa bulan pergi, jadi ia juga tidak bisa bercerita dengan Daniel.

Hingga sebulan kemudian, ada seorang wanita paru baya datang pada ayah Sejeong untuk membantu menyelesaikan kasus pembunuh putrinya.

Seseorang yang sudah menjadi tersangkanya memang sudah ditahan, hanya saja saat dipersidangan orang itu dapat mengemukakan alibinya bahwa ia bukanlah pembunuhnya. Sementara sang ibu yakin, pria itulah yang sudah membunuh putrinya.

Suatu malam Sejeong menghampiri ayahnya yang sedang sibuk dengan berkas kasusnya, membawakan kopi untuk sang ayah.

Saat itu Sejeong melihat foto seorang wanita yang nampak masih muda di antara tumpukan berkas ayahnya. Sejeong dibuat terkejut karna merasa mengenali si wanita yang ada di foto itu.

"Appa, dia siapa?" Sejeong memberanikan diri untuk bertanya.

"Dia putri dari klien ayah. Sebulan lalu dia dibunuh"

Deg!

Badan Sejeong mendadak gemetar. Ia yakin wanita yang ada di foto itu adalah wanita yang sama dengan yang dilihatnya di bangunan tua waktu itu. Dan kejadian itu juga terjadi sebulan yang lalu.

"Sayangnya ayah belum bisa memenjarakan tersangkanya karna kurang bukti," lanjut ayah Sejeong dengan gusar.

Setelah itu Sejeong meninggalkan ayahnya pergi ke kamarnya. Tubuhnya masih terasa gemetaran. Ia memeluki guling dengan perasaan ketakutan.

Haruskah Sejeong mengatakan pada ayahnya sekarang bahwa ia melihat wanita itu dibunuh dengan mata kepalanya sendiri?

Sejeong ragu sekaligus dilanda ketakutan. Ia takut akan bertemu si pria menakutkan itu lagi.

Sejeong kemudian memutuskan untuk menghubungi Daniel. Selain rindu, ia juga ingin meminta pendapat kekasihnya itu.

Sejeong sebenarnya tidak ingin menangis. Tapi entah kenapa sekarang air matanya turun begitu saja setelah menceritakan semuanya dengan Daniel.

My Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang