Sekitar satu jam Sejeong menunggu di depan ruang ICU dengan raut kekhawatiran yang tidak bisa ditutupinya. Bagaimana tidak? Doyoung tiba-tiba datang padanya dengan berlumuran darah. Dokter bilang Doyoung mendapat luka tusukan dan sekarang dokter sedang menanganinya karna Doyoung kehilangan banyak darah.
Sejeong langsung bangkit dari duduknya yang tidak tenang dari tadi, begitu pintu ruang ICU terkuak dan memunculkan dokter yang tadi menangani Doyoung.
"Bagaimana keadaan teman saya, dok?" tanya Sejeong langsung.
"Dia sudah tidak apa-apa. Lukanya sudah kami jahit dan sekarang kita tinggal menunggu dia siuman"
Sejeong menghembuskan napas leganya, "Terima kasih, dok."
Dokter itu mengangguk kemudian pamit meninggalkan Sejeong.
Tak lama, beberapa perawat pun keluar dari ruang ICU membawa Doyoung yang belum sadarkan diri untuk dipindahkan ke ruang rawat.
Sejeong mengikutinya dan menemani Doyoung di ruangan barunya, sembari terus berdoa agar pria itu cepat siuman.
***
Sejeong kembali mengunjungi Doyoung besok harinya saat pagi-pagi sekali sebelum ia berangkat kerja. Salah satu suster yang merawat Doyoung mengatakan kalau pria itu baru saja siuman.
Sejeong benar-benar lega bisa melihat senyuman pria itu lagi yang menyambutnya ketika ia baru saja memasuki ruangan bernuansa putih itu.
"Menyenangkan sekali bisa melihatmu lagi, bu guru," ucap Doyoung tulus.
Sejeong tersenyum kecil.
"Bagaimana keadaanmu, Doy?"
"Seperti kau yang lihat. Aku baik-baik saja. Jahitannya rapi. Kurasa sekarang pun aku sudah bisa pulang"
Sejeong tidak terlalu menanggapi ucapan Doyoung yang terdengar setengah bercanda itu. Ia berbalik menatap serius pada pria itu.
"Apa yang terjadi, Doy?"
Doyoung terdiam. Butuh beberapa detik hingga ia bisa menunjukkan senyum tulusnya lagi.
"Yang penting kau baik-baik saja, Je"
Sejeong menatap Doyoung penuh tanya, "Kau yang terluka, Doy. Kenapa jadi malah mengkhawatirkanku?"
"Apa jika aku mengatakan yang sebenarnya, kau akan berbalik memilihku?"
"Ne?"
Doyoung meraih jemari Sejeong, "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Sekarang pergilah, kau bisa terlambat nanti. Aku masih di sini jika pulang kerja nanti kau ingin mengunjungiku lagi."
Walaupun di benak Sejeong masih banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan pada pria itu, namun ia juga tau diri untuk tidak mengusik ketenangan orang yang sedang sakit. Mungkin ia akan menanyakannya lain kali, dan ia yakin Doyoung akan menceritakannya dengan senang hati.
"Baiklah, aku pergi dulu"
"Hm"
"Hati-hati, Je! Jangan lupa lihat sekelilingmu," Doyoung sedikit berteriak sebelum Sejeong benar-benar menutup pintu ruang rawatnya.
***
Sejeong benar-benar kembali mengunjungi Doyoung saat ia pulang kerja. Namun pemandangan lain di dapat Sejeong ketika langkah gadis itu baru tiba di depan kamar rawat Doyoung. Ada dua polisi yang sedang berjaga di sana.
Sejeong mengernyit kebingungan. Hingga seseorang yang dikenalnya muncul dari balik pintu.
"Inspektur Cha, ada apa ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Target
Fanfiction[sequel "My Innocent Girl"] "Target aku cuma satu. Bikin kamu jadi milik aku lagi" 15+