Part 3

1K 188 14
                                    

Kenyataannya tepat setelah Daniel turun dari bis saat itu, Sejeong kembali menangis. Jadi beginilah akhir dari penantiannya. Hubungan mereka benar-benar berakhir sudah.

Setelah pernyataan 'putus' itu mereka tidak pernah saling bertemu lagi. Semuanya kembali asing. Sejeong merasakan kehampaan itu lagi jauh di lubuk hatinya.

Hingga malam itu Ny. Kim mengajak putrinya makan malam di luar. Sejeong menurut saja. Rasanya sudah lama ia tidak melihat ibunya tersenyum lagi semenjak kepergian ayahnya.

Tepat satu bulan setelah kematian sang suami, Ny. Kim bermaksud mengutarakan sebuah wasiat yang dititipkannya untuk Sejeong.
Sejeong mendengarkannya dengan seksama dan berjanji akan melakukan apapun yang telah diwasiatkan ayahnya padanya.

"Dari dulu ayahmu ingin sekali menjodohkanmu dengan seseorang"

Sejeong cukup terkejut mendengarnya. Hanya saja ia mencoba untuk tetap tenang dan membiarkan ibunya menyelesaikan ucapannya.

"Orang yang sudah menjadi pilihan ayahmu untuk menjagamu kelak, Je"

"Siapa?" tanya Sejeong berat.

"Putra dari seseorang yang pernah ditolong oleh ayahmu"

Mata Sejeong membulat, "Taeyong?"

Ibu Sejeong tersenyum.

"Itu dia orangnya," tunjuk Ny. Kim ke arah seseorang yang baru memasuki restoran.

Sejeong benci perasaan ini. Debaran itu hadir lagi seiring dengan langkah orang itu yang mendekat ke arahnya. Ya, orang itu adalah Kang Daniel.

Sejeong beralih menatapi ibunya tidak percaya. Seorang ingin bilang, benarkah orang itu Daniel? Padahal dulu ayahnya pernah mencoba memisahkan ia dan Daniel.

"Apa kabar, tante?" sapa Daniel ramah.

"Baik, Daniel. Silahkan duduk," ibu Sejeong mempersilahkan.

Daniel duduk di sebelah Ny. Kim, tepat berseberangan dengan Sejeong. Namun terlihat jelas pria itu terus menghindari kontak mata dengan Sejeong.

Sejeong mendengus pelan.

"Ma, sebenarnya ini ada apa?" Sejeong menanyai ibunya.

"Seperti yang mama bilang tadi, ini wasiat ayahmu, Je. Kamu akan menikah dengan Daniel"

Sejeong menghela napasnya beberapa kali. Kenapa sepertinya takdir sedang mempermainkannya? Disaat ia sudah susah payah bisa melupakan pria itu, tapi dia tiba-tiba muncul lagi. Dan apa ini? Dijodohkan?

"Maaf, ma. Tapi Sejeong nggak bisa," Sejeong berkata pelan namun penuh penegasan.

Sempat dilihatnya ke arah Daniel. Pria itu masih bisa duduk tenang di tempatnya. Seolah tak terganggu sama sekali dengan penolakan Sejeong. Dan masih setia tanpa melihat ke arah Sejeong.

Makin muaklah Sejeong rasanya, hingga tanpa sadar kakinya melangkah cepat meninggalkan meja makan malam itu.

"Kim Sejeong!" panggil Ny. Kim.

"Niel, tolong kamu bantu jelaskan sama Sejeong ya?" pinta Ny. Kim kemudian pada Daniel.

Daniel hanya mengangguk pelan, sebelum dilangkahkannya kakinya mengejar Sejeong.

Sejeong yang melihat Daniel mengejarnya semakin mempercepat larinya. Hingga ia tidak peduli lagi saat langkah kakinya menginjak jalan raya.

Sejeong merasakan kepalanya membentur keras dada bidang Daniel ketika Daniel tiba-tiba menariknya ke tepi. Sejeong membeku mengingat kejadian beberapa detik yang lalu, ketika sebuah mobil hampir saja menyambar tubuhnya.

Sejeong mengangkat wajahnya sementara Daniel juga sedang menunduk melihatnya dengan tajam.

"Kamu mau mati, hah!?" Daniel berteriak tidak peduli lagi mereka sedang jadi tontonan orang-orang.

"Bukan urusan kamu!" balas Sejeong frustasi.

"Gitu? Terus kamu nggak mikirin gimana perasaan mama kamu yang baru aja ditinggal papa kamu dan sekarang kamu juga mau ninggalin dia?" tajam Daniel.

Seketika tubuh Sejeong merosot dan kemudian menangis dengan keras.

"Seneng banget sih nangis di jalanan kaya gini?" Daniel mengacak rambutnya sendiri lalu berjongkok di hadapan Sejeong. Ia teringat Sejeong juga pernah beberapa kali menangis seperti ini saat mereka pacaran dulu.

"Seneng banget sih bikin aku nangis?" balas Sejeong di sela isakan tangisnya.

Wajah cantik Sejeong udah gak berbentuk lagi. Makeup-nya luntur semua. Daniel pengen ngetawain jadinya. Tapi gak tega. Kan -masih- sayang.

Daniel membuka jaketnya lalu di taruhnya di kepala Sejeong.

"Udah jangan nangis lagi. Aku cium nih!"

Sejeong berhenti menangis dan langsung merengut. Bibirnya sudah dalam mode maju beberapa centi.

Demi apapun Daniel harus mati-matian berusaha nahan gak ngunyel-ngunyel wajah menggemaskan itu.

Daniel kemudian berdiri dan bersiap untuk melangkah pergi.

"Jangan tinggalin aku lagi, Daniel!" teriak Sejeong yang lebih terdengar seperti rengekan.

Daniel berbalik, tersenyum tipis lalu berkata, "Aku baru aja balik, jadi mana mungkin aku ninggalin kamu lagi, Je. Seneng kan?"

Sejeong langsung melotot sebal. Tentu saja bukan itu maksud Sejeong tadi. Tapi ya sudahlah, ia malas berdebat tidak ujungnya dengan Daniel. Setelah kembali pria bermarga Kang itu semakin menyebalkan saja.

Sejeong berdiri dan berjalan cepat mendahului Daniel, yang tanpa sadar tangannya masih memeluki jaket milik Daniel.

Daniel kira Sejeong akan kembali ke restoran menemui ibunya, ternyata tidak.

Daniel hanya bisa menghela napas pelan sambil terus mengekori langkah Sejeong. Sejeong tiba-tiba berhenti dan berbalik menatapi Daniel penuh selidik.

"Jelasin sama aku, sebenernya kamu udah tau kan soal rencana papa ini?"

Daniel tidak punya jawaban lain selain sebuah anggukan.

"Kenapa kamu gak pernah bilang, Daniel!" Sejeong memukuli dada Daniel kesal.

"Aku udah terlanjur janji sama papa kamu, Je," Daniel memegangi tangan Sejeong agar berhenti memukuli dadanya.

"Terus kemana aja kamu selama ini, hah? Kamu ngilang gitu aja, Niel. Kamu tau gimana putus asanya aku nungguin kamu selama ini. Jadi jangan salahin aku kalau sekarang aku udah dapat pengganti kamu"

Daniel tersenyum getir, "Kamu cinta sama dia?"

"Iya," jawab Sejeong setegas mungkin.

"Tenang aja, aku balik bukan buat ngerebut kamu dari dia. Tapi buat jagain kamu seperti yang diamanatin papa kamu," Daniel mengacak rambut Sejeong sebentar, lalu memutar langkahnya menuju restoran tempat mereka makan malam tadi.

Sementara Sejeong masih mematung di posisinya. Ada ketidak relaan di dalam hatinya mendengar perkataan Daniel itu.

"Kim Sejeong," Daniel berbalik setelah berjalan beberapa langkah dari Sejeong.

"Kamu boleh berpacaran dengan siapapun, tapi tetap aja aku yang akan jadi suami kamu"

Sejeong ternganga.

"Aku membencimu, Kang Daniel!"

"Aku juga masih cinta kamu, Kim Sejeong!" balas Daniel lalu berlari kecil tanpa beban.







Daniel dan Sejeong kini sudah kembali berdiri di hadapan Ny. Kim. Sejeong nampak tertunduk karna merasa bersalah pada ibunya.

"Jadi?" delik Ny. Kim penasaran.

"Misi diterima, tante. Daniel udah siap capai target," sahut Daniel sumringah.

Sejeong langsung menoleh pada Daniel, "Target?"

"Untuk saat ini target aku cuma satu, Je. Yaitu bikin kamu jadi milik aku lagi"

My Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang