Part 11

740 141 7
                                    

Daniel ternyata mengajak Sejeong ke rumahnya. Sampai di sana, Daniel langsung membawa langkah Sejeong ke kamarnya.

Tidak ada yang berubah dari kamar itu. Dengan perabot seperlunya dan tak ada hiasan dinding apapun. Tempat tidur itu juga. Tanpa sadar wajah Sejeong rasanya memanas mengingat ia pernah tidur di sana bersama Daniel. Dirinya yang dulu begitu lugu akhirnya luluh juga dengan seolah berandal. Dan ia tidak pernah menyesal jatuh cinta dengan pria itu.

"Bantu aku mencari barangku yang tertinggal di sini," ucap Daniel membuyarkan lamunan Sejeong.

"Barang apa, Niel?"

"Sesuatu yang kecil. Jadi tolong hati-hati mencarinya. Kau bisa mulai dari sebelah sana," Daniel menunjuk meja belajar yang ada di kamar itu.

Sejeong menurut saja. Tapi meja itu benar-benar kosong. Kemudian Sejeong coba mencarinya di laci, dan  menemukan satu benda kecil berkilau yang membuat sepasang mata Sejeong melebar.

"Kau sudah menemukannya?" tanya Daniel yang tau-tau sudah berdiri di belakang Sejeong.

"Apa- ini?"

"Itu bukan milikku. Tapi milikmu"

Sejeong langsung berbalik menghadap Daniel dan menatapi pria itu serius.

Daniel tersenyum kecil, "Maaf, aku bukan orang yang romantis. Jadi aku akan langsung saja"

Daniel mengambil cincin itu lalu meraih jemari Sejeong.

"Maukah kau menikah denganku, Kim Sejeong?"

Senyum Sejeong merekah dengan cantiknya. Wajahnya benar-benar sudah merona sempurna.

"Apa aku punya pilihan jawaban?"

"Uhm.. Yes or yes?"

Sejeong tertawa kecil, "Itu terdengar seperti aku tidak punya jawaban lain."

"Memang"

Sejeong berdehem sebentar. Dipandangi wajah Daniel dan cincin itu bergantian.

"Maaf, Niel, tapi aku merasa ini terlalu cepat"

Raut wajah Daniel langsung berubah.

"Maksudku- kita baru saja bertemu kembali. Kau tidak tau bagaimana aku sekarang, aku juga begitu. Kurasa kita membutuhkan sedikit waktu lagi, Niel"

"Aku merasa kau seperti menolakku," canda Daniel.

"Bukan begitu, Niel-"

Bibir Sejeong keburu dibungkam oleh Daniel dengan satu ciuman ringan.

"Oke. Aku akan menunggu jawabanmu," ucap Daniel lembut.





***








Sejeong berjalan menyusuri anak tangga rumahnya. Dari ruang tengah dilihatnya Daniel sedang mengobrol dengan ibunya. Tak ada tawa renyah di sana, seolah yang sedang mereka bicarakan adalah yang sangat serius.

Pembicaraan Daniel dan ibu Sejeong langsung terhenti begitu melihat kedatangan Sejeong.

"Sedang membicarakanku?" tanya Sejeong sambil duduk di samping ibunya.

"Iya," jujur Ny. Kim sambil membelai surai putrinya.

"Kalau begitu eomma tinggal dulu ya," pamit Ny. Kim kemudian, meninggalkan Sejeong dan Daniel berdua di sana.

"Ada apa sih?" tanya Sejeong penuh selidik.

"Aku harus pergi ke Gyeonggi besok"

Sebuah jawaban yang membuat senyum di wajah Sejeong luntur.

My Beautiful TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang