#9

7 4 0
                                    

Happy reading...

Ranata, cowok itu kini telah berdiri tepat di depan ruang osis, namun disana masih tidak ada siapa siapa. Apakah benar dirinya disuruh kesini sehabis bel pulang sekolah? Atau ia hanya dibohongi dengan cewek tidak jelas tadi?
5 menit sudah ia berdiri disana namun masih tidak ada orang lain selain dirinya. Kesal, ia berniat untuk pulang saja kerumah, dengan langkah pelan namun pasti ia berbalik badan hendak meninggalkan tempat itu.

Satu langkah...
Ia berjalan dengan wajah menunduk

Dua langkah...
Masih sama

Tiga langkah..

Brakk..

Tepat sekali, ia menabrak seseorang sedikit keras hingga membuat cewek yang ia tabrak terjatuh. Atau mungkin memang keras?

"Aww.." ringis gadis itu.

"Woy bisa jalan ga sih" Dia.. Keyra gadis itu protes tidak terima, apalagi saat tau siapa pelakunya. Ia kini sudah tidak peduli dengan wajah datarnya yang membuat orang lain yang melihatnya kikuk ketakutan.

"Bisa"

"Kalo bisa ga mungkin sampe nabrak"

"Takdir"

"Bapak mu takdir"

"Rafly"

"Hah?"

"Rafly"

"Apasih?!"

Ranata mendengus kesal, ia capek berurusan dengan gadis yang satu ini. Merepotkan.

"Bapak saya Rafly"

Gadis itu melongo tidak percaya. Bagaimana mungkin ia menganggap semua yang ia katakan tadi dengan begitu serius. Dan apa yang ia bilang tadi? Rafly? Mengapa ia dengan gampangnya menyebutkan nama ayahnya sendiri sedangkan justru teman teman sekelasnya dengan ogah ogahan memberitahukan nama kedua orang tuanya. Bukan karna malu dengan orang tuanya, hanya saja mereka sering menertawakan nama sesama orang tua yang mereka anggap lucu. Kurang ajar memang.

"What?!"

"Apa?"

"Lo tuh ya.."

"Wei.. wei.. wei.. Udah pada nyampe ternyata maaf ya gua telat ada remedial dulu tadi" Ucap Bani yang muncul diantara mereka secara tiba-tiba.

Keyra melirik kakak kelasnya itu sebal.

"Udahlah kak daritadi malah,sampe nih anak nabrak saya dan ga minta maaf sama sekali!" Jawabnya menggebu sembari menunjuk Ranata tepat didepan wajahnya.

Bani yang sedang membuka ruangan osis hanya melirik sekilas kearah adik kelasnya itu. Selalu seperti ini, ribut hanya karna masalah yang sepele.

Melihat pintu sudah terbuka Keyra langsung memasuki ruangan tersebut tanpa melihat Ranata kembali, dan memilih tempat duduk di pojok ruangan,dengan bibir cemberut.
Bani dan Ranata mengikuti masuk ruangan tersebut dan mereka memilih tempat duduk yang berdekatan.

Melihat Keyra seperti itu, Bani menjadi gemas sendiri pasalnya Keyra sudah ia anggap seperti adiknya sendiri karna ia dan kakak nya Keyra, Uqail berteman bahkan mereka satu SMP dulu, dan ia sering sekali bermain kerumahnya karna itu juga ia jadi mengenal Keyra.

"Sini lah Key jangan jauh jauh"

"Males"

"Jangan jauh jauh nanti rindu, kan kalo deketan jadi ga perlu repot repot nahan rindu" Ucapnya cengengesan ia  sangat senang jika bisa menggoda adik dari temannya itu. Menggemaskan.

"Jijik"

Meskipun begitu ia tetap menggeserkan bangkunya mendekat kesamping Bani karna ia tidak ingin duduk berdekatan dengan cowok berwajah tembok itu.

Ranata yang melihatnya hanya mengedikan bahu tak peduli.

"Jadi gimana, kalian udah ngomongin tentang kinerja kalian buat nanti?"

"Hah?" Tanya Keyra tidak mengerti. Bukan apa apa ia hanya tidak berpengalaman mencalonkan diri menjadi ketua osis seperti ini, jadinya ia bingung sendiri seperti orang bego.

"Kayak aturan yang ingin kalian.."

"Saya ingin membuat peraturan tata tertib, jadi setiap hari selasa dan kamis, kami para anggota osis berkeliling untuk melakukan razia kesetiap kelas untuk mencari siswa yang masih melanggar aturan sekolah"

Keduanya hanya melongo mendengarkan. Pasalnya ini pertama kalinya seorang Ranata berbicara panjang lebar.

"Oke ide bagus Ran, gimana Key" Bani yang tersadar duluan mencoba berbicara untuk memecahkan keheningan yang tiba tiba melanda ruangan osis saat itu. Ia menyikut lengan Keyra yang saat ini masih tak kunjung sadar dalam keterkejutannya dengan mulut sedikit terbuka.

Ranata yang dilihat seperti itu hanya memalingkan wajah kearah lain dengan risih.

"Key woy" panggilnya lagi

"E.. Eh iya, iya gue setuju. Trus kalo bisa kita buat perlombaan antar kelas disetiap bulannya untuk banyak banyakan mengumpulkan sampah plastik,dan siapa yang paling banyak nanti kita kasih hadiah di akhir bulan, lumayan itung itung ngajarin buang sampah pada tempatnya dan ngebuat lingkungan sekitar bersih juga,gimana?"

"Ribet"

"Maksud lo apa ngatain ide gua? Gasuka? Ya bilang yang baik dong!"

"Hadiahnya"

"Ya kalo gamau ribet mikirin hadiah untuk setiap bulannya tinggal kita kasih aja penghargaan untuk mereka simpen di kelas masing masing. Lo yang bikin ribet" Jawabnya sinis

"Eh eh yaudah udah gausah ribut, udah gue setuju ide dari Ranata dan gua juga setuju ide dari Keyra jadi masing masing ide akan diambil jadi ga perlu ribut lagi! Pusing gua dengernya" Ucap Bani menengahi, sebelum Ranata atau Keyra membuka mulut lagi yang membuat kepalanya tambah pusing

"Maaf kak" Ujar Keyra menundukan wajahnya, ia takut jika Kak Bani marah, karna sebenarnya Kak Bani adalah tipe orang yang jarang marah.

"Iya gua maafin, yaudah sekarang kalian boleh pulang rapat kita cukupkan sampai disini" Dan ia pergi meninggalkan dua insan itu yang sedang terdiam diri.

Tinggalkan Jejak👣

KEYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang