Happy reading...
Gadis itu telah sampai didepan gerbang sekolahnya yang telah tertutup rapat. Ya, tertutup.
Setelah berlari dengan jarak yang lumayan kedepan komplek tadi, akhirnya ia menemukan ojek dan langsung berjalan kesekolah. Sampai tadi selama perjalanan ia selalu mengingatkan si tukang ojeknya agar ngebut supaya ia tidak terlambat.
Namun itu semua percuma, buktinya ia tetap terlambat.
Hari ini adalah hari tersial bagi seorang Keyra Anastasia, sudah telat bangun, pakaian tidak rapih dengan rambut menjuntai acak acakan yang belum sempat ia sisir tadi, dan sekarang... Ia terlambat. Bagus. Selanjutnya apa? Hukuman. Oh tentu Keyra.
Tapi tidak, mengapa ia tidak mecoba untuk kabur saja. Sehari membolos tak apa kan? Untungnya kini di pos tidak ada Pak satpam jadi ia bisa kabur tanpa ketauan.
Bruk...
Lagi.. Lagi.. Dan lagi.. Ia menabrak seseorang dengan tampang datar itu saat ia membalikan badan mencoba kabur. Mengapa sih cowok satu ini senang sekali menabrakan dada bidangnya ke kening Keyra.
"Ish.. Lo lagi lo lagi kenapa sih seneng banget nabrak?!"
"Lo yang nabrak" Lagi lagi ia menjawabnya tenang dengan pandangan yang menusuk.
"Serah.. Udah awas"
"Kemana?"
"Kemana kek, bukan urusan lo ya"
"Bolos?"
Keyra membalikan badanya menatap sengit Ranata.
"Kenapa? Mau ngadu?!" Tanyanya menantang dengan wajah sinisnya
"Iya"
"Iihh.. " Berhasil sudah, cowok itu tambah menghancurkan pagi Keyra yang sudah buruk ini.
"Gini ya bapak Ranata yang terhormat.." Keyra menarik napas sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya
"Apakah anda mau masuk trus hanya kena hukuman ngelilingin lapangan?!" Ucapnya penuh penekanan
"Sudah aturannya"
"Trus..Ahh tau deh.." Keyra kesal mending ia pergi saja sekarang..
"HEY MAU KEMANA KAMU?!"
"Mampus gue"
"Keyra? Kamu ya sudah tau telat masih juga mau kabur?!!"
Keyra menelan ludah dengan susah payah
"Eh.. Bu bukan.."
"Halah sudah kamu ikut saya masuk!" Gertak guru bp itu, Bu Budi. Ia melirik ke arah Ranata. Rupanya siswa kesayangannya itu telat juga hari ini?
"Kamu juga Ranata? Tumben kamu telat sayang, kenapa?" Keyra yang mendengar itu hanya bisa melotot dan ingin muntah mendengar Bu Budi memanggil Ranata sayang.
Apa itu tadi? Jika Ranata saja di tanyanya lembut sedangkan dirinya? Boro boro, di teriakin ia. Tidak adil.
"Bu kok Ranata di tanyainya lembut banget sih? Giliran saya tadi ibu teriakin, ga adil deh Ibu" Protes Keyra pada akhirnya.
Bu Budi yang mendengar protesan murid cerewetnya ini mendelik kesal
"Weladalah kamu tuh tadi mau kabur sadar diri dong.."
"Tapi kan kita sama sama telat bu!" Masih dengan argumennya Keyra berbicara tidak terima dengan tangan melipat di depan dada dan bibir mengerucut, yang sangat terlihat lucu.
Diam diam Ranata mengulum senyuman kecil melihat tingkah laku gadis itu.
"Kalian memang telat, bedanya Ranata menunggu sampai dibukakan gerbang dan siap menerima konsekuensinya.. Nah kamu, kamu malah ingin kabur kan tadi?! Jujur sama Ibu" Dengan nada medok khas orang jawa Bu Budi menjelaskan dengan emosi yang sudah di ujung tanduk.
"Ta tapi kan.."
"BERISIK! Sudah kamu dan Ranata masuk temui ibu di ruang bp
Keyra terdiam ditempat merutuki kebodohannya hari ini.
"CEPAT!" Teriak Bu Budi nyaring membuat Keyra langsung tergerak.
***
"Jangan dilepas sampai lima kali putaran!!"
"Hah! Lima bu?!"
Gadis itu membelalakan matanya terkejut, bayangkan saja mereka disuruh memutari lapangan lima putaran dengan salah satu kaki terikat dengan lawannya. Dan kini lawannya hanya mengangguk patuh tanpa protes sedikitpun?!
Benar benar Ranata ini. Manusia macam apa sih dia sebenarnya.
"Hm" Gumam Bu Budi malas
"Ehm.. Gini deh bu kita cincai aja gi.."
"Gaada cincai cincai saya orang jawa bukan cina!"
Keyra meneguk salivanya susah payah. Bagaimana kalau sudah begini, mau tidak mau harus ia jalankan dengan sangat sangat terpaksa.
Bu Budi meninggalkan mereka berdua dipinggir lapangan yang terik matahari pagi.
"Angkat" Suruh Ranata yang sedang mengikatkan tali rapia kekedua kaki mereka berdua.
Keyra mengikutinya tanpa membantah, ia sudah lelah berdebat kali ini.
"Ayo" Ajak Ranata yang kini telah selesai mengikat tali tersebut.
Mereka berjalan secara perlahan, Keyra hanya mengikuti langkah kaki Ranata tanpa mengucapkan sepatah kata.
Baru dua langkah mereka berjalan Keyra sudah tersandung kakinya sendiri entah bagaimana. Tapi berjalan seperti ini benar benar membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
Ranata mengulurkan tangan ingin membantu. Keyra yang melihat uluran tersebut cukup terkejut, karna faktanya sudah dua kali ia jatuh karna Ranata tetap saja cowok itu gengsi untuk membantunya. Namun kali ini berbeda.
Ranata kesurupan apa?!
"Eh.. Makasih" Ucapnya menerima uluran tangan tersebut dan kembali berdiri
"Makanya langkahnya jangan ngikutin saya" Jelas Ranata dengan pandangan lurus kedepan.
"Kenapa?"
Cowok itu melirik Keyra yang kini telah berlumuran keringat, menatap tepat di bola matanya.
"Kalau saya melangkah kaki kanan, kamu melangkah kaki kiri. Begitupun sebaliknya"
Sudah cukup!
Keyra tidak kuat ditatap lama lama seperti itu. Bisa bisa jantungnya meloncat keluar.
Eh apa tadi? Dia bukan sedang deg degan dipandang Ranata seperti itu kan? Oh jelas tidak.
"Ehm.." Keyra berdehem untuk menetralkan suasana
"Oke.. Yuk jalan lagi"
Tringgg...
Bel istirahat berbunyi. Itu tandanya siswa siswi akan keluar kelas untuk memenuhi permintaan perut mereka. Dan secara tidak langsung mereka akan menjadi bahan tontonan satu sekolah nanti.
Keyra memutar bola matanya melihat keadaan sekitar yang sudah cukup ramai. Bahkan tak sedikit diantaranya memilih terang terangan menontoni mereka. Ia jadi mati kutu seketika, ia tidak biasa dilihatin banyak orang seperti ini..
Tuhan tolong Keyra tuhan.. Ajak Keyra pergi dari lapangan ini!
"Kita bisa" Seolah bisa membaca pikiran, Ranata memberikannya semangat.
Mereka mengumbar senyum, seolah memberikan semangat satu sama lain. Bahkan seorang Ranata. Ingat seorang Ranata! Menunjukan senyuman kecilnya pada Keyra saat itu. Ya, walau sangat kecil bahkan hampir tak terlihat, tapi bukankah itu sebuh kemajuan...
***
Tinggalkan jejak 👣
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYRA
Teen FictionKetika sebuah keceriaan tak sengaja jatuh cinta dengan sebuah patung yang di kasih nyawa. Apa jadinya? Dan.. Bagaimana dengan si baik yang hanya suka diam diam, dengan si ceria? Entahlah sepertinya mereka harus rela hatinya di otak atik dengan san...