#11

14 4 0
                                    

Happy reading...

Sepanjang perjalanan hanya hembusan angin yang menemani mereka, tidak ada obrolan sedikit pun yang menyertai. Bahkan Keyra yang terkenal ceria dan cerewet pun terdiam dalam suasana awkward menuju rumahnya itu. Ia hanya takut jika dirinya banyak omong nanti ia malah diturunkan di pinggir jalan, seperti anak ilang, kan tidak lucu.

"Belok?" Ranata memecah keheningan duluan, dan ya ternyata mereka sudah berhenti di pertigaan jalan

"Kiri"

Ranata mengangguk patuh. Keyra memberanikan diri untuk menanyakan hal tadi namun lagi lagi ia sangat takut jika hal itu terjadi.

"Eum.. Ran"

"Hm"

Ia berfikir kembali, apakah nanti ia benar benar diturunkan di pinggir jalan jika menanyakan itu?

"Ran.."

"Hm"

Tanya, jangan, tanya, jangan, tapi ia benar benar sangat kepo saat ini, bisa bisa dirinya tidak bisa tidur nyenyak malam ini.

"Eum.."

"Apa?!"

Belum sempat ia melanjutkan perkataannya sudah dipotong saja. Keyra mendengus kesal, belum ngomong saja responnya sudah seperti itu.

"Ran?"

"Hm"

"Mau nanya boleh?"

Ia terlihat berpikir dulu dan selanjutnya berdehem pelan. Ya hanya itu jawabannya dari tadi, mungkin sebentar lagi Keyra akan terbiasa.

"Eum.. Anu.. Lo.. Kenapa sih gamau di panggil Nata?" Ucapnya pelan namun cepat diakhir kalimat

Ranata mengerem mendadak saat mendengar pertanyaan itu. Mengapa gadis itu berani beraninya menanyakan hal sensitive kepadanya.

Spontan tubuh Keyra maju kedepan dan kepalanya bertemu dengan helm yang di kenakan Ranata. Oke ini cukup sakit, dan ia mulai merasa takut jika diturunkan dipinggir jalan, walau sekarang sudah dekat dengan rumahnya namun tetap saja ia takut jika disuruh jalan sendirian, apalagi sudah hampir maghrib seperti ini.

"Eh maap maap, Kalo gamau jawab juga gapapa kok asal jangan turunin gue disini ya, udah hampir maghrib gue takut" Ucapnya memohon

"Kenapa?!"

"Eh.. Apanya?"

"Ck.. Kenapa nanya?!"

"Oh i..itu gue..cuman penasaran aja kenapa sama nama itu sampe bisa bikin lo marah" Keyra menundukan kepalanya dalam takut, takut jika detik ini juga Ranata mengamuk. Karna kata mamahnya orang yang pendiam itu jika marah mereka benar benar terlihat sangat menakutkan.

Dan ia sangat mencari gara gara kali ini

"itu panggilan ibu dulu dan sekarang saya benci orang itu" Jawabnya dingin, setelah beberapa saat terdiam.

Keyra mengangguk mengerti, dan ia tidak akan menanyakan hal itu lagi karna sepertinya itu sangat sensitive untuk Ranata.

Ranata mulai menyalahkan mesin motornya kembali dan mulai menjalankannya dengan kecepatan sedang.

Keyra bersyukur ia tidak jadi diturunkan tadi.

Tak lama mereka sampai didepan rumah minimalis dengan cat berwarna pink.

Ranata yang melihat rumah tersebut penuh dengan warna pink merasa jijik sendiri melihatnya, maklum jiwa laki nya keluar.

"Kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Keyra saat melihat ekspresi jijik dari seorang Ranata yang jarang sekali berekspresi

KEYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang