Bukan karna ketidak pekaanku
Tapi hatiku terlanjur membeku~~ Alnera Zaskia ~~
“Al... Tunggu”“Iya. Ada apa?” Tanya Nera yang sudah berhenti tepat di pintu keluar. Melihat dokter itu berjalan mendekati Nera sambil membawa selembar kertas berbentuk persegi panjang kecil.
“Ini kartu nama saya. Cakra Keano. Kalau ada yang perlu ditanyakan lagi bisa hubungi saya aja ya.” Ucapnya tersenyum tipis.
Nera masih heran dengan sikap pria yang berdiri di depannya hanya bisa membalas dengan senyum kikuk. “Oh iya. Makasih dok.” Tanpa basa basi Nera langsung meninggalkan ruangan berbau medis tersebut.
Ada rasa aneh yang mengusik pikiran Nera sejak pertemuan keduanya bersama dokter bernama Cakra Keano. Dua kali pertemuan tanpa ada perjanjian, dua kali juga dia selalu bersikap ramah. Nyaman satu kata yang bisa Nera ungkapkan, ada rasa nyaman setiap kali berjumpa. Bagaimana caranya memperkenalkan diri berbeda.
Tapi hatinya menepis rasa nyaman, rasa nyaman memang selalu ditawarkan bagi laki-laki untuk menjadikan wanita sebagai mangsanya. Wanita yang diberi rasa nyaman, berubah menjadi ketergantungan, dan puncaknya adalah jatuh cinta. Ketika cinta hanya ada dua pilihan bahagia atau sedih.
Bahagia bila lelakinya juga menaruh rasa cinta yang sama dan konsisten pada janjinya, dan sedih bila akhirnya rasa cinta hanya diperjuangkan oleh satu pihak saja.
“Ner lo harus tau!!” seru Gita. Setelah keluar dari kerumunan orang yang saling antri, Gita mengajak Nera menuju kantin kantor.
“Tau apa?” Tanya Nera sembari menyeruput jus Jeruk miliknya.
“Itu dokter tadi. Benerkan gue kayak pernah tau. Ternyata dia yang nabrak lo di RS.” Ucap Gita bersemangat.
“Iya tau. Kan gue duluan yang masuk.”
“Dan parahnya lo tau gak?” Kata Gita dengan suara khas menggemanya tidak memperdulikan berapa banyak tatapan mata melayang melihatnya.
“Pelani dikit suara. Kasihan mbak ini, bisa pecah telinganya. Cukup gue korbannya jangan nambah.” Isyarat Nera dengan menurunkan tangannya.
“Gapapa kok mbak.” Ucap pramusaji remaja akhir itu, lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
“Gataulah orang lo belum cerita.” Sahut Nera datar.
“Kutu kambing. Gue belum kelar ngomong lo udah nyerobot aja.” Balasnya kesal sembari menyandarkan tubuhnya di topangan kursi.
“Yaudah cerita. Gue dengeri Gita yang manis.” Bujuk Nera sambil menyenggol dagu sahabatnya.
“Tadi dokter itu baik banget, ngomongnya sopan, tatapannya ….”
“Gue rekam kasi Desta enak nih.” Potong Nera ditengah-tengah pembicaraan.
“Berani lo rekam. Kita putus.”
“Busyet. Serem amat. Enggaklah, yaudah lanjut mang.”
“Gue to the point. Dia nanyain lo.” Ucap Gita sengaja menekan di bagian akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Independent of Love (Selesai)
Fiksi UmumSelesai Alnera Zaskia 27 tahun, berjalan 5 tahun hidupnya dihabiskan bersama kenangan sang mantan, karir cemerlang tidak selalu jalan berdampingan dengan kisah cinta yang gemilang. Antara pertemuan, jarak, dan perpisahan memberi satu kisah baru. Bag...