Sepuluh

4.8K 259 5
                                    

Tarik aku dari rasa takut
Agar aku paham adanya kamu sebagai takdirku
~~ Alnera Zaskia ~~

Seperti buah simalakama, rasanya Nera ingin menolak tapi semesta seakan menjebak, jalanan diguyur derasnya hujan tak ada pilihan lain bagi dirinya selain menerima tawaran itu. Satu yang Nera tahu dari pria dengan tampilan formalnya itu, rumah mereka satu arah.

Sepanjang perjalanan belum ada dari mereka yang mulai bicara, memilih bungkam dengan pikirannya masing-masing, canggung untuk memulai itu yang ada dipikiran Nera. Hanya keheningan yang saling bersautan sampai Nera berpikir tentang suatu hal yang harus ditanyakkan oleh Cakra.

“Dok, saya mau nanyak boleh?”

“Boleh.”

“Maaf ya dok sebelumnya, dokter udah punya istri?” Tanya Nera ragu ragu dengan suara merendah, tapi ternyata si lawan berbicara hanya merespon dengan suara tawa bariton miliknya.

“Kok ketawa dok? Saya beneran nanyak loh padahal." Tanya Nera bingung

“Haha… kamu kenapa nanyain status saya?”

“Gapapa dok, saya cuman mau mastiin dokter udah menikah atau belum, saya gak mau orang berpikir kalau saya perempuan pelakor, kan lagi zaman-zamannya dok pelakor.”

“Saya belum menikah.” Katanya seraya menunjukkan jari jemarinya, “Kamu bisa lihat saya gak pakai cincin.” Ujarnya sambil melihat Nera.

“Yah itu mah gak menjamin dok, cincin bisa dilepas.”

“Saya gak punya niatan untuk melepas cincin atas nama pernikahan Al, bagi saya pernikahan itu suci dan gak pantas dinodai.” 

Jika benar apa yang Nera lihat, tidak ada kebohongan dari matanya, semua ucapannya benar-benar tulus tanpa kebohongan, jawabannya membuat Nera menaruh rasa kagum, sebatas kagum tidak lebih karna untuk tahap lebih biar waktu yang menjawab. Nera tak bisa menapik jika pria yang sedang duduk di kursi pengemudi ini mampu menyalurkan kehangatan bagi hatinya yang lama membeku.

“Al, kamu udah makan?”

“Belum.”

“Kita makan dulu gimana, mau? Ini macet banget, nyampeknya juga bakalan lebih lama. Nanti kamu keburu laper.”

“Eh gak usah dok, saya makan dirumah aja. Lagian belum lapar juga kok.” Nyatanya tepat setelah Nera beralibi, perutnya mengeluarkan suara nyaring cukup besar.

“Kayaknya perut kamu perlu diisi tuh.” Katanya sambil tertawa tipis. “Kita singgah dulu aja ya.” Anggukan Nera menjadi jawaban atas persetujuannya.

Makan disebuah restaurant yang mengolah berbagai jenis seafood, mulai dari ikan, udang, kerang, kepiting, cumi, dll membuat rasa lapar Nera semakin bertambah, menghiraukan pandangan yang sulit diartikan dari pria yang duduk di depannya itu, dirinya tetap menikmati semua menu yang mereka sediakan di atas meja berbahan kayu.

“Kamu suka udang?” Tanya Cakra ditengah-tengah aktivitas mengunyah Nera.

“Suka.” Jawaban Nera menjadi akhir obrolan diantara keduanya yang memilih untuk diam selama makan.

Independent of Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang