"Apa?"
Setelah mengucapkan kalimat itu gadis itu kembali mengangkat novelnya tak mengacuhkan keberadaan dua lelaki di hadapannya.
"Kenapa ab?" Lelaki yang sedaritadi diam di samping sang gadis ahirnya angkat bicara.
"Gue ada perlu ama tuh cewe." Jawab Abhie.
"Deri cabut yu." Gadis itu manutup novelnya dan beranjak dari duduknya.
Lelaki yang di panggil Deri itu langsung membereskan bukunya dan ikut bangun. "Bebi tunggu kek."
"Gue ada perlu sama lo." Ucap Abhie datar.
Bebi mengalihkan pandangannya ke arah Abhie, meneliti tampilannya dari atas hingga ke bawah. Berantakan. Ituh kesan pertama Bebi.
Mail dan Deri ikut memandang Abhie, lalu memandang lagi kepada Bebi.
"Ada apa?" Bebi kembali duduk di tempatnya, yang di ikuti oleh Deri dan juga Mail.
"Gue mau minta tolong sama lo." Ucap Abhie yang membuat Bebi mengangkat alishnya heran.
"Apa?"
"Gue mau lo hubungin Dewa." Ucapan Abhie sukses membuat Bebi memandang Abhie dengan tajam. Lalu setelahnya ia tersenyum getir.
"Mau apa lagi?"
"Gue cuma nyampein pesennya Dewa." Ucap Abhie sambil beranjak dari duduknya dan pergih meninggalkan Bebi yang menatap menerawang.
.
.
.
.
Atlanta High School
Sovia berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah malas malasan, ia hanya sendiri sekarang.
"Sovi!" Kalimat yang di sertai tepukan di bahu itu membuat Sovia menoleh dan menemukan gadis cantik berkulit putih dan tinggi di belakangnya.
"Ohh elu dey. Kaget gue"
"Hehe ya maap,ko lu sendiri?" Tanya Dea.
"Sama tas, dan naek sepatu gue." Jawab Sovia.
"Ish! Eh tapi mana Ulia?" Dea melihat sekeliling.
"Hufft tadi dia di culik sama Alvin."
"Loh ko?"
"Si Alvin minta anter dia buat beli baju."
"Ohh" Dea mengangguk. "Yaudah yu ke depan,Denis nunggu gue di depan." Dea lalu menggandeng tangan Sovia membawa langkah mereka menuju gerbang sekolah.
Dea dan Sovia mengerenyit bingung melihat keadaan gerbang, di sana ada Rina dan dayang dayangnya, Gladis dan Risa juga ada beberapa anak perempuan di sana. Mereka terlihat seperti sedang menggosip.
"Udah cuek aja." Dea kembali menyeret Sovia menuju gerbang, saat telah tiba di gerbang Sovia terkejut bukan main saat melihat seseorang yang tengah menyender di motor sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
Sovia bisa lihat banyak anak perempuan dari sekolahnya itu memandang sosok itu dengan takjub, tapi tidak dengan Sovia. Baginya sosok itu adalah sosok yang menyebalkan walaupun mereka baru saja mengenal.
"eh itu siapa ya?" Dea bertanya pada Sovia yang masih fokus melihat orang itu.
"Ck,ngapain sih dia ke sini."
Dea menoleh ke arah Sovia dengan tampang heran "Lu kenal?"
"Ya gitu lah." Jawabnya malas.
"Siapa?"
"Abhie."
"Hah?"
Sovia tak menjawab ia langsung melangkah mendekat ke arah di mana Rina dan anak anak lainnya berada. Rina langsung mengalihkan perhatiannya ia melihat Sovia dengan pandangan sengitnya.
Sebelum Rina membuka mulutnya Sovia sudah terlebih dahulu melotot padanya yang membuat semua yang ada di sana Berjengit kaget.
"Ga usah rese!" Setelah mengucapkan itu Sovia melangkah ke arah Abhie yang tengah memperhatikannya dengan wajah datar.
Abhie dan Sovia saling pandang untuk sesaat.
"Ngapain lo?" Sovia yang pertama memecah keheningan.
Abhie mengangkat alisnya, memandang Sovia dengan heran di peehatikannya penampilan Sovia dari atas hingga ke bawah. Abhie menaiki motornya dan menyodorka sebuah helm pada Sovia yang di terimanya dengan bingung.
"Naik." Ucapnya datar.
"Ha?"
"Naik ke motor." Jawab Abhie acuh.
"Ngga." Sovia menolak. "Rok gue pendek,kalo naek ke motor lu -"
Abhie melihat ke arah rok Sovia dan ia baru sadar jika yang di ucapkan Sovia memang benar. Abhie melepaskan jaket bomber yang ia kenakan.
"Eh lo ngapain ab?"
Abhie tidak menjawab tapi ia langsung menarik tangan Sovia yang tidak memegang helm, karna terkejut Sovia hanya bisa diam saja. Abhie mulai bergerak mengikatkan jaketnya kepada pinggang Sovia hingga jaket itu lebih panjang dari rok sepan yang Sovia gunakan.
Setelah selesai Abhie dan Sovia berpandangan beberapa saat, Sovia tiba tiba terhipnotis denganmata hitam milik Abhie.
Deg!
Sovia merasakan jantungnya berkerja dua kali lipat dari biasanya saat mata hitam Abhie mamandangnya dengan dalam juga.
Buru buru Sovia mengalihkan tatapannya dari Abhie, Sovia menaiki motor Abhie dengan gugup. Tanpa Sovia sadari Abhie tengah tersenyum tipis melihat kelakuan Sovia.
Abhie mulai menjalankan motornya dengan tenang, dia menyeringai licik saat melihat Sovia tidak mau berpegangan padanya.
Ciiet!
Abhie dengan sengaja ngerem mendadak yang membuat Sovia refleks memeluknya sambil memejamkan matanya. Abhie menyeringai puas melihatnya.
"Rumah lo."
"Apa?"
"Di mana?"
"Apanya di mana?" Sovia bertanya tak mengerti.
"Rumah lo di mana?"
"Itu di depan belok kanan, rumah paling ujung."
Abhie hanya menanggapinya dengan diam, sambil terus melajukan langkahnya tanpa banyak bicara.
Saat sudah sampai di depan rumah berwarna putih itu Sovia turun dari motor Abhie dengan berpegang pada pundak Abhie.
"Jadi ngapain lo nganterin gue pulang?" Sovia melepaskan helm dan ia berikan kepada Abhie.
"Nganter babu."
"Apa?" Sovia melotot kaget.
"Gue harus tau di mana rumah babu gue." Jawab Abhie enteng.
"Hei!"
Bruum!
Abhie langsung menjalankan motornya saat melihat Sovia sudah marah seperti beruang.
Semebtara di belakangnya Sovia memandang Abhie dengan sangat kesal.
Tbc!
![](https://img.wattpad.com/cover/175150152-288-k25943.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Possesive Boyfriend(Lengkap)
RomanceSovia Amanda -Manis -Baik hati -ramah -pintar -bar-bar Abhie Narendra -Tampan -Dingin -Kaku -Datar -Pintar Sovia dan Abhie hanyalah dua orang asing yang di pertemukan oleh takdir yang kemudian membuat mereka saling memiliki rasa satu sama lain. Hing...