Best friend?

81 8 1
                                    


-Pelangi- Jakarta, 1 Desember 2019


"Kamu itu unik."

Begitu ucapnya padaku sebelum kami berpisah. Entah apa yang dipikirkannya. Dia pikir aku senang mendengar kata-katanya. Yang kuharapkan dia akan berkata. "Kamu cantik." atau, "Kamu manis."

Jangan salah, kami tidak berpacaran. Yah, aku sih berharapnya belum... Kami hanya berteman, sudah lama. Dari bangku SMP sampai sekarang kami kuliah di jurusan masing-masing, bahkan sekarang dia kuliah di kota berbeda. Hanya saja kami sering bertemu saat sedang liburan.

Jalan setapak kami lalui, berjam-jam kami bisa duduk bersama dan memperbincangkan banyak hal. Banyak sekali topik yang kami perbincangkan, mulai dari kegiatan yang dia sukai sekarang, kegiatan yang dia sukai dulu, apa masalah yang dia sedang hadapi dan teman-temannya yang sekarang.

Kalian pasti heran kan, kok semua topiknya tentang dia? Ya iya....kan aku yang suka sama dia, dianya sih biasa aja. Dia tahu nggak aku suka sama dia? Kayaknya nggak, kan aku belum pernah bilang. Aku juga kurang tahu, apa dia yang lemot atau aku yang terlalu pandai menyembunyikan perasaan....

Dia tersenyum dari pintu kereta sambil melambai-lambaikan tangannya. "Nanti aku kirim surat ya kalau sudah sampai." Dia bercanda dengan garingnya.

Aku hanya tertawa ,"Ih, jaman kapan tuh, pakai surat...Kayak apaan aja..."

Dia pun tertawa, tawa khasnya yang garing dan renyah. Itu yang disukai dari Guruh. Apapun yang dilihat darinya selalu kelihatan tulus dan menyenangkan. Dia merapatkan jaketnya, "Takut dingin, gue nggak kuat sama AC."

"Sok imut, dasar!" Aku menatapnya sambil mencibir geli. Dia pun tertawa lagi.

"Pokoknya kalau kamu deket sama lelaki lain, harus kenalin sama aku ya. Aku nggak terima kalau nggak." Ujarnya lagi. Dia bersender ke pintu gerbong kereta api, dengan jaket dan celana jins yang belel. 

Kami mengobrol sambil menunggu kereta yang akan berjalan. Tentang kampusnya, kampusku, teman-temannya dan teman-temanku. Dia masih bersender di pintu, sementara aku di platform kereta api. Penumpang lain sudah banyak yang duduk manis di dalam kereta menunggu waktu pemberitahuan kalau kereta akan segera diberangkatkan. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa?" tanyaku heran. Jantungku berdegup dengan kencang, bunyinya dup lup dup lup (Bener begitu deh bunyinya, beneran!) Kalau dipikir, aku sudah berdiri lama menunggu dia berangkat....tapi waktu ngga terasa yah. Sudah hampir sejam loh !    

" Aku sering cerita kalau lagi dekat sama Ema, dulu juga waktu di sekolah aku sering cerita ke kamu tentang yang lainnya..... Masak kamu nggak?" dia mengucapkannya lagi sambil menatap mataku dalam-dalam. Mata yang kadang menghipnotisku dengan warnanya yang hitam pekat.

Aku terkesiap, batinku pilu. Ah, Guruh....yang kusukai ya selalu kamu kok. Sejak kapan?Aku ya ngga tahu! Namun aku hanya tertawa. "Dasar kamu kepo banget....! Iya, kalau ketemu nanti pasti kuceritain." Mulut bisa mengulum senyum, tapi hati ini perih.....

Dia tersenyum lagi ," Aku ini kan sahabatmu loh." Lalu mengedipkan mata dengan jenaka.

Aku tersenyum dan mengangguk. Tidak sanggup berkata-kata lagi.

"Kereta akan segera berangkat. Para penumpang yang sedang berada di luar kereta, dimohon untuk segera naik...."

Dia melambaikan tangannya lagi ," Bye, Pelangi! Aku masuk dulu ya."

"Bye, Guruh." Jawabku sambil memberikan senyum lebar. "Awas jangan suka mainin cewek ya di sana."

Dia mendelik, "Nggak kok, mereka aja yang suka ngejar aku." Dia lalu tertawa sambil masuk ke kereta.

Aku pun melambai sambil berjalan menyusuri platform kereta menuju pintu keluar stasiun kereta api. Perjalanan yang terasa panjang



> Guruh, 1 Desember 2018.

"Kamu unik."

Ucapku saat itu padanya. Bagaimana tidak, di saat semua wanita begitu mudah kutebak isi hatinya, dia datang dengan nuansa yang berbeda. Seperti pelangi.

Kami memang sudah bersahabat sejak SMP di bangku kelas pertama. Dia duduk di depanku.

"Pelangi." Ucapnya datar. Sedatar wajahnya yang tanpa senyuman.

"Guruh." Jawabku tersenyum. Maklum aku memang anak yang ramah dan supel. Sementara dia agak-agak cuek gitu deh.

Entah kenapa namaku Guruh, aku juga kurang mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa namaku Guruh, aku juga kurang mengerti. Dan entah kenapa dia bernama Pelangi, karena dia sama sekali jauh dari nuansa pelangi. Pelangi yang mestinya cerah dan terang, membuat orang lain senang memandangnya. Begitu bayanganku tentang pelangi.

Sampai suatu saat tanpa sengaja, kulihat dia jalan di depanku ke arah pertokoan sewaktu kami baru pulang sekolah. Dia tidak menyadari aku di belakangnya. Kulihat dia mendatangi sekelompok anak kecil dan membagikan sekotak kue. Kulihat dia tersenyum sangat manis. Baru kusadari kenapa namanya Pelangi....


 Note : Haiii, terimakasih sudah membaca cerita Guruh dan pelangi! :) Bila menyukai cerita ini dan memberikan vote di bab manapun , berkomentar , mengikuti ataupun menambahkan cerita ini ke daftar bacaan/ perpustakaan, Terimakasih! Aku sangat menghargainya. tetap semangat ! ^-^


Guruh dan Pelangi (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang