Ema, 29 Desember. Pk 10.15 WIB
Aku ikut tertawa bersama mereka. Gengku, my partners in crime....Beautifull Ladies. Sebenarnya lebih ke Ema and the ganks, karena aku ketuanya. Kalau kami berempat berjalan bersama, hampir pasti semua orang akan menoleh pada kami. Karena kami cantik dan bergaya. Walaupun, tentu saja tetap aku dong yang paling cantik.
Kami sibuk memperhatikan setiap penampilan orang yang terlihat "nggak banget' untuk kami dan menertawakan mereka. Selain membahas gosip-gosip yang ada di kampus dan fashion style yang sedang up to date, tentunya. Ooooo dan pastinya tentang cowok, dong....
"Stttttt, Ema.....bukannya itu Guruh?" Cherry si rambut merah sedikit membungkuk, merendahkan suaranya sambil menunjuk ke arah seorang lelaki tampan yang baru turun dari mobil putih.
Aku berbalik dan ikut melihat arah yang ditunjuk oleh Cherry. Lokasi duduk kami memang agak jauh dan terletak di sudut yang dibatasi ornamen tanaman. Jadi tidak mudah terlihat oleh orang-orang yang baru datang.
"Sama perempuan lain, Ema. Memangnya kamu sudah putus?" tanya Lila dengan mata hijaunya yang membesar, penuh rasa ingin tahu. Ciri khasnya kalau sedang mendengar sesuatu yang baru sehingga julukannya 'Miss Kepo" . Oh iya warna matanya hijau bukan karena dia orang bule atau blasteran, tapi karena dia memakai softlense.
Aku terdiam.... Perasaan cemburu dan emosi bercampur jadi satu. Tidak ada dari mereka yang tahu kalau Guruh sedang marah padaku, dan memang kami belum secara resmi pacaran dulu itu. Malu kan aku kalau mereka tahu aku ditolak Guruh? Apalagi dulu aku yang paling mencela tindakan Cherry waktu dia terobsesi untuk mendekati cowok dari kampus sebelah. Yang pada akhirnya menolaknya juga.
Aku memperhatikan Pelangi yang juga turun dari mobil. Hmmmm....berubah juga dia ya. Ya, udah nggak sedekil dulu sih...tapi tetap lebih cantik aku!
"Ya ampun, jadi dia pelakor gitu?" Anne ikut menimpali. Rambutnya panjang, lurus dan hitam seperti model iklan shampoo. Hobbynya ke salon tiap akhir minggu dan seharian full treatment.
Aku mengintip, memperhatikan mereka dari kejauhan. Untunglah terhalang meja bar dan sulur-sulur tanaman. Tidak lama, aku melihat Pelangi berdiri lalu berjalan ke toilet. Aku pun segera berpikir cepat, lalu tersenyum memikirkan suatu ide yang brilliant untukku.
"Girls.... bisa tolong aku?" tanyaku pada mereka.
Pelangi, 29 Desember 2019. Pk 10.30 WIB
Aku mencuci tanganku di wastafel setelah 'bersemedi' yang cukup lama di toilet ketika kulihat beberapa perempuan masuk ke dalam ruangan. Aku melirik ke arah mereka selintas melalui kaca lalu melangkah ke mesin pengering tangan yang ada di pojok ruangan.
"Hey kamu, ya kamu! Yang namanya Pelangi!" panggil salah seorang dari mereka.
Aku menatapnya dengan heran, masalahnya aku tidak kenal siapa mereka.
"Iya, kenapa?" jawabku pada si gadis berambut bob dan berambut merah, yang memanggilku tadi.
"Udah, ngga perlu pura-pura kelihatan lugu ya! Jangan kamu merayu Guruh lagi! Kamu ngga pantes sama dia!"
Aku masih menatapnya dengan heran dan alis berkerut, "Kalian siapa? Kok tiba-tiba nuduh yang nggak-nggak?!!" ujarku ketus. "Kenal aja nggak kok!"
"Kami teman-temannya Ema. Salam kenal, pelakor...." ujar gadis yang satunya lagi sambil tersenyum mengejek padaku. Warna matanya hijau seperti warna bandananya.
"Oohhh Ema....pantes kalian sepertinya menyebalkan dan ngga punya tata krama sama kayak dia!" Aku balas tersenyum sinis pada mereka yang ternyata ada tiga orang. "Bilang sama Ema, ngga usah suka 'halu', Guruh ngga ada perasaan apa-apa sama dia!"
Mereka mendesis kesal. Si rambut merah menyilangkan tangannya dan jarak mukanya dekat sekali denganku. Dia mengamat-amatiku dari atas ke bawah.
"Boleh juga nyalinya yah....!" serunya jengkel.
"Aduh.... sorry nggak sengaja!" salah satu gadis yang berwajah oriental dan berambut lurus hitam menumpahkan bedak taburnya ke bajuku. Sepertinya sengaja banget! Mereka pun tertawa-tawa dengan gembiranya.
Aku menghempas-hempaskan bedak tabur itu dari baju dan rokku dengan jengkel, lalu bersiap untuk menjambak gadis itu. Untungnya, ada seorang ibu dan anak perempuan kecil yang masuk ke dalam toilet sehingga aku nggak jadi membalas mereka.
"Awas ya, aku bilang ke Guruh!" ujarku pada mereka, sebelum membuka pintu toilet. Yah sebenarnya cuma bedak sih, tapi muka songongnya mereka itu bikin aku jengkel sampai ke ubun-ubun! Pantes ya jadi temen-temennya si Ema!
Mereka tertawa mengikik sebelum aku membanting pintu toilet itu. Aku melangkah dengan jengkel hendak menceritakan semuanya pada si Guruh. Tentang perempuan gila itu dan teman-temannya yang juga edan! Baru aja aku melihat Guruh. Dia sedang berdiri membelakangiku, dan berciuman dengan....Ema?!
Apa-apaan??!
** Hai, jangan lupa vote dan komennya ya. Makasih, xoxo.... Sebagai pemula, aku akan terus berusaha dan pantang menyerah XD ** Menulis terus setiap hari dan memperkaya diksi
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruh dan Pelangi (Ongoing)
Roman d'amour"Kalau memang dia bahagia, aku rela.... " Pelangi terdiam, dilihatnya cincin yang melingkar di jari manis wanita itu. Perih hatinya bagai ditusuk sembilu. Dipasang topeng tersenyumnya depan wanita itu. Tidak akan mau diperlihatkan kerapuhan dirinya...