Guruh, 4 Desember 2019
"Bro, band kita bakal tampil di akhir Desember. Besok kita latihan lagi ya, jangan bolos!"
"Ya dong Man, kapan sih gue bolos?" Aku menjawab Herman sambil nyengir-nyengir iseng. Kaki menyelonjor di bangku panjang kantin kampus, mumpung kantin masih sepi. Boro-boro selonjor kalau rame, dapat duduk aja udah syukur.
"Sering!" Herman melempar bulatan-bulatan kertas yang ada di dekat mejanya ke arahku, lalu pergi dengan tertawa-tawa.
"Sialan!" kataku sambil meneruskan bermain gitar. Bosan di kelas, topik itu sudah kupelajari beberapa hari yang lalu. Dosen juga tidak pernah marah, karena nilaiku selalu baik.
"Guruh...."
"Ema...." Aku melihatnya sedang mendekat. Pakaiannya seperti biasa, baju ketat dengan roknya yang di atas lutut. Teman-temanku bilang aku beruntung memiliki Ema karena dia cantik dan seksi. Tapi entah kenapa, aku biasa saja.
Pakaiannya hari ini cukup menggoda. Rok jins mini ketat, dengan blus ketat yang sedikit transparan dan beberapa kancing atas yang sengaja dibuka.
"Kok pakaianmu hari ini begitu?" kataku singkat, acuh tak acuh sambil terus memainkan gitar. Lebih peduli dengan melodi-melodi yang ada daripada pemandangan menggoda di depanku.
"Kamu nggak suka?" dia mengerlingkan matanya dengan genit.
Aku menghela nafas ,"Bukannya nggak suka..... cuma bisa aja kamu mengundang bahaya dengan baju seperti itu ke kampus."
"Aku ada latihan drama." jawabnya santai sambil duduk di sampingku sambil menyeruput es teh manisku. "Aku jadi cewek penggodanya di drama itu. Jadi aku menyesuaikan bajunya deh..."
Aku cuma menatap ke arahnya sambil memalingkan mukaku lagi memainkan gitar. Di awal perkenalan Ema sangatlah menyenangkan dan supel. Bahkan aku juga menceritakan ke Pelangi kalau aku dekat dengan dia. Tapi makin lama aku makin merasa lelah dengan sifat Ema yang manja dan egois.
"Gimana kabar sahabat kecilmu, Pelangi? Kamu sering cerita tentang dia. Kamu ketemu dia kemarin?" Ema memperhatikanku dengan seksama.
"Dia baik. Kemarin aku malah diantar ke stasiun dengannya."
"Wahhh kalian akrab sekali..." Ema bergumam, entah kenapa dia merasa sangat cemburu. Padahal dia belum pernah bertemu dengan yang namanya Pelangi.
Aku balas menatapnya heran ," Ya jelaslah.Kami sudah berteman lama."
Ema mengangguk-ngangguk, berusaha memahami. Masalahnya dia belum pernah bersahabat dengan lawan jenis. Sahabatnya rata-rata perempuan semua dan mereka menamakan geng mereka "Pretty Womans." Lebay ya? Menurutku juga begitu.
Ema menaikkan kancingnya, sadar ibu kantin dari tadi melihat dengan alis berkerut. Ya, dia sadar pakaiannya agak berlebihan. Untung dia bawa jaket untuk pulang nanti, biasanya dia diantar pujaan hatinya yang cuek itu, pulang ke rumah. Dengan merajuk kadang-kadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruh dan Pelangi (Ongoing)
Romance"Kalau memang dia bahagia, aku rela.... " Pelangi terdiam, dilihatnya cincin yang melingkar di jari manis wanita itu. Perih hatinya bagai ditusuk sembilu. Dipasang topeng tersenyumnya depan wanita itu. Tidak akan mau diperlihatkan kerapuhan dirinya...