Tragedi

18 6 0
                                    

Setiap dia menceritakan tentang wanita-wanita yang ditemuinya, dadaku seperti terbakar. Cemburu. Tapi aku hanya diam, mendengarkan dan berkomentar. Ikut tersenyum bila dia senang, ikut marah bila dia jengkel dengan wanita itu. 

Ya ampun, aku benar-benar pemain watak sejati. Aku bisa ikut tertawa bila dia menceritakan hal-hal yang menyenangkan tentang gadis itu. Mungkin kalau ada Grammy awards, aku bisa memenangkannya karena aktingku yang brilliant. Tapi aku berpikir dengan gagahnya, kalau dia bahagia pasti aku juga bahagia.

Namun ternyata aku tidak bisa!


Guruh, 15 Desember 2018

"Man, latihan selesainya jam berapa? Aku mau jemput Pelangi." Tanyaku di sela latihan hari itu. Sekarang latihan dibuat dua kali seminggu, karena ada lagu tambahan yang diminta oleh Panitia Festival Seni akhir bulan ini.

"Nggak apa balik duluan aja, aku masih mau di sini dulu." Jawab Herman sambil memainkan stik drumnya.

"Okay, bro."

"Loh, tadi Ema kayaknya mau ke sini. Tadi gue ketemu dia di kampus." Abdi mengatur settingan microphone-nya. Hari ini dia memakai ikat kepala bertuliskan "Ganbatte" , kacamata frame bulat merah dengan celana pendek dan kaos tanpa lengan.

"Waduh, lo bilang kalau kita latihan?"

"Iyaaaaa...." Abdi menjawab lugas. "Mana gue tau kalau lo mau jemput Pelangi, sahabat lo itu."

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ya kurang lebih, Ema juga tau kalau Pelangi akan datang ke Jogja. Entah kenapa mukanya jadi jutek dan terlihat kurang suka.

"Yah, aku pergi dulu ya teman-teman." Aku melambai setelah selesai berlatih beberapa lagu. "Nanti aku latihan lagi di rumah kok."

"Hati-hati, bro!" Abdi mengangguk dan Herman meneruskan permainan drum-nya.

"Guruhhhh!"

Baru beberapa langkah, kulihat Ema mendatangiku dari kursi teras depan studio. Bunyi sepatu high heels-nya menggema di lantai yang berlapiskan marmer putih. Hari ini dia terlihat modis dengan skinny jeans, blus bermotif polkadot dan sling bag putih. Rambutnya yang biasanya lurus dibuat keriting gantung. Tapi dia paling ngga suka kalau dibilang mirip seseorang artis, artis apapun! Katanya dirinya punya kecantikan yang beda dari orang lain, tidak boleh disamakan. 

"Aku udah lama nunggu kamu, kamu lama banget latihannya." Dia merajuk manja sambil menggelayut ke aku. 

"Ema, aku lupa bilang kalau mau ke stasiun jemput Pelangi." Jawabku padanya, sambil memperhatikan rambutnya yang keriting. Ingin kukomentari kalau dia kurang cocok dengan rambut seperti itu, tapi urung kuucapkan. Daripada jadi panjang nantinya!

Ema balas menatapku dengan tatapan terkejut. "Oh dia datang hari ini? " Wajahnya berubah lagi menjadi keruh, "Tapi aku mau kamu nganterin aku ke pertokoan, Guruh! Aku ada janji sama temen-temenku....."

Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan tegas ," Pelangi nggak tau jalan di Jogja, Ema. Kasihan dia!" Aku menatapnya lagi, berusaha mencari perasaanku ke dia. Kuhela nafas setelah aku belum menemukan apa yang ingin kutemukan, di balik penampakan yang mempesona itu.

Ema semakin cemberut, "Pelangi terus, Pelangi terus !! Kamu sebenarnya suka ya sama dia?" Ujarnya dengan nada tinggi menahan emosi. Tangannya dikepalkan dengan kesal.

"Memang kenapa kalau aku suka Pelangi?  Dan kalau cinta juga apa urusanmu?" Aku mulai jengkel. Selama ini sudah cukup sabar kuturuti semua permintaan Ema. Minta diantar ke manapun, aku selalu siap! Walaupun dia mudah merajuk dan marah, aku tetap sabar! 

Padahal aku pun belum menyatakan cinta.....setidaknya aku masih ingin mengenal dia lebih dalam, tapi apa nyatanya? Sebetulnya Ema tidak pernah mempedulikan aku sama sekali. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri!

Aku tak peduli lagi, kutinggalkan dirinya yang masih berdiri mematung. Mungkin tidak menduga dengan jawabanku yang seperti itu. Dipikir dirinya terlalu cantik, maka dia bisa semena-mena memperlakukan setiap pria.

Pelangi jauh lebih cantik. Pelangiku! Bodohnya aku selama ini! Kenapa aku menyia-nyiakan cinta sejatiku selama ini??!

Jalanan begitu sepi dan banyak pohon cemara di sepanjang sisi jalan. Kunaikkan kecepatan sepeda motorku, tanpa melihat ada mobil dari belokan jalan di depan menuju ke arahku.....

"Bruakkkkkk!!!!"

Mendadak semua seperti hilang....semuanya gelap. Kudengar jeritan di sekelilingku, tapi aku tidak melihat apa-apa. Ah, apa ini akhir hidupku?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Guruh dan Pelangi (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang