Ema, 23 Desember 2019. Pk 08.00 WIB
"Hai cantik, kok cemberut aja?!"
Aku hanya mengernyit tanpa memandang ke arahnya, lelaki usil yang duduk di pinggir jalan. Sudah biasa buatku digoda seperti itu, yah namanya juga orang cantik.....Susah memang jadi orang cantik!
Aku membuka pintu kafe dan melangkah dengan elegan dalam balutan sepatu high heels-ku yang terbaru. Pelayan menyambutku dengan ramah sambil mengambil daftar menu dan minuman. Beberapa orang mencuri pandang melihatku.... Ah, sudah biasa aku jadi pusat perhatian. Maklum, namanya juga orang cantik....
"Beef Spaghetti, nasi goreng, salad buah dan jus jeruk...." Pesanku setelah membolak-balikkan halaman bak sedang membaca diktat kuliah. Agak banyak pesananku siang ini...biar deh, lagi stress! Es krimnya juga menarik, nanti kupesan sesudah makan.
Pelayan itu mengangguk dan berangsur menjauhiku. Aku menghela nafas sambil mengambil cermin dari tas mungilku. Alis ok, wajah masih fresh, rambut masih rapi dan lipstik pink masih terpasang dengan manis di bibir. Sip! Kumasukkan cermin kecil itu ke tas lagi, lalu mengambil handphone dari tas. Kulihat pesanku ke Guruh.... Boro-boro dijawab, dibaca juga nggak! Padahal dia online setiap hari loh. Sial! Telepon juga ngga pernah dijawab!
Guruh?
Guruh....aku mau ngomong...
Guruh....tolong dong, aku mau bicara
Itu pesanku beberapa hari terakhir, yang membuatku jadi jengkel. Seorang Ema diabaikan begini? Biasanya aku yang cuekin orang! Jengkelku sudah sampai ke ubun-ubun, hendak meledak!
"Arrrrggghhhh!!" Tanpa sadar aku memukul meja, hingga beberapa orang melihat ke arahku, lalu mereka mulai berbisik-bisik ketakutan.
"Kasihan ya, cantik-cantik kok stress"
Aku melotot ke arah perempuan-perempuan itu, yang langsung pura-pura melihat ke arah lain. Heran, seneng banget ya ikut campur urusan orang lain! Pikirku sewot. Pelayan menghidangkan padaku banyak makanan, mejaku sudah penuh dengan makanan.
Aku pun makan dengan lahapnya....
Guruh, 26 Desember 2019. Pk 12.00 WIB
Hangat matahari menerpa wajahku, saat aku keluar dari bangsal rumah sakit. Kak Bintang berdiri di samping dan membantuku berjalan menuju mobil. Sementara pak supir sibuk mengurus barang-barang bawaan yang sudah menumpuk selama seminggu lebih di rumah sakit.
"Iya, suster.....titip salam sama dokter Roy ya. Bukan main, baik sekali beliau selama kami di sini. Suster juga ramah-ramah. Aduhhhh, iyaaa....jadi ngga ingin pisah ya. Hahahahahh"
Mama masih mengucapkan salam ke para suster di ruangannya, tapi sudah hampir lebih dari se-jam rasanya dia di sana. Apalagi mama sangat suka mengobrol, mudah sekali terpancing untuk kembali lagi dan tertawa-tawa dengan lawan bicaranya.
Papa terbatuk-batuk di depan pintu, untunglah yang bersangkutan segera sadar.
"Iyaaa.....aduhhh, sudah jam segini ya? Baiklah suster, kami mau pamit dulu ya! Sehat semua yah suster.....Byeeee...." Mama melambai-lambaikan tangannya sambil menggandeng tangan papa keluar. Sementara yang digandeng menggeleng-gelengkan kepala.
"Mama.....lama banget sih ngobrolnya. Heran.....Laper kan, ini udah jam makan siang!"
"Ah papa....ini kan namanya ramah-tamah. Jangan jutek-jutek dong mukanya, pa! Tuh lihat, kita mesti senang kalau Guruh udah pulih kembali." Mama masuk ke dalam mobil dan menatap ke arahku dengan mata terharu dan berkaca-kaca.
"Makanya, kalau naik motor jangan ngebut-ngebutan!!" kak Bintang mencubit pipiku gemas.
Pakaiannya casual sekali hari ini, hanya kaus biru dan celana jeans oblong. Dia dan papa baru sampai ke Jakarta kemarin dan langsung diantar ke Jogja oleh supir pribadi mereka. Kak Bintang rupanya sangat menikmati selama perjalanan kemari, apalagi setelah perjalanan dinas kemarin. Dan mereka berempat sudah lama tidak berkumpul seperti ini.
"Aduhhhhhh!! Sakit, oncom!" Aku menepis tangannya dengan kasar. Heran, udah sakit begini masih digangguin aja!
"Bintang, jangan ganggu si Guruh! Dia kan masih pemulihan... Oh iya, tadi suster bilang masih ada beberapa obat yang perlu kamu minum selama beberapa hari ya, Ruh....Dan perban juga masih harus diganti. Jahitan di dahimu kan sudah dilepas, tinggal yang di tangan. Tapi katanya beberapa hari juga sudah kering..."
Tringggg. Bunyi pesan dari kantung celana Guruh bergetar. Pesan dari Pelangi
"Cieee.....ooooh dari Pelangi....!" kak Bintang rupanya melirik ke arah layar handphone-ku. "Gimana kabarnya? Udah lama ngga ketemu sama dia!"
Aku mendelik ke arahnya dengan sewot, sementara kak Bintang hanya terkikik geli. Bahagia batinnya, sudah lama tidak menjahili adiknya yang hanya satu satunya itu. Adek yang usianya 7 tahun lebih muda darinya.
Pelangi, 26 Desember 2019 Pk 13.00 WIB
" Kamu udah pulang dari rumah sakit?" Jariku mengetik pesan di whats app padanya sambil sesekali mencomot gorengan di kantin kampus. Menemani Mawar dan Eden yang sedang mengerjakan tugas tambahan dari Pak Budi, dosen Biologi mereka.
"Lagi di perjalanan, sama mama, papa dan ada kak Bintang juga" balasnya cepat.
Aku pun sibuk dengan percakapan di whats app cukup lama. Tanpa kusadari Eden sudah berada dekat di samping dan ikut melihat ke layar handphone ku.
"Mesra amat....Irii...." desahnya membuatku terkejut.
Aku melotot kesal ke arahnya sambil menjauhkan diriku.
" Aku kok punya feeling kalau dia juga suka sama kamu ya, Pelangi? Kok kayaknya dia juga perhatian banget....Pada dasarnya kalian itu sama-sama perhatian ya, say...." Eden menatapku dengan matanya yang membulat penuh perhatian. Tangannya disilangkan sambil menopang dagunya bak konsultan profesional.
"Ah, mana kutahu Den.... bukannya teman juga perhatian?" Sahutku galau.
"Kayak kita gitu?" Eden mengerjap-ngerjapkan matanya dengan centil, yang langsung dicubit oleh Mawar. "Ishhhh apa sih, Mawar.....tuh kan, merahhhhh!!" Eden menjerit-jerit dengan lebay, memancing perhatian beberapa anak kampus yang sedang duduk makan di sekitarnya.
"Ganjen sih!" Pungkas Mawar sambil melanjutkan tulisannya lagi. "Cepetan selesaiin kerjaan kita! Kan lusa udah mau berangkat! Ide siapa coba ke Jogja?!"
Aku menatap Mawar dengan heran sambil menunjuk ke arah Eden, "Ohhh ini idenya Eden?"
"Iyaaaaa Pelangi.....! Aku kan dewi cintaaaaa" Eden mengerjap-ngerjapkan matanya lagi dan cepat melanjutkan tulisannya yang bak cakar ayam, sebelum Mawar melemparnya dengan pulpen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guruh dan Pelangi (Ongoing)
Romance"Kalau memang dia bahagia, aku rela.... " Pelangi terdiam, dilihatnya cincin yang melingkar di jari manis wanita itu. Perih hatinya bagai ditusuk sembilu. Dipasang topeng tersenyumnya depan wanita itu. Tidak akan mau diperlihatkan kerapuhan dirinya...