Menetapkan Hati

27 8 0
                                    


Maka aku pun keesokan harinya mendekati dia terus dengan halus, Ternyata dia seorang yang sangat enak diajak mengobrol dan bertukar pikiran. Aku pun menjadi terlalu menikmati hubungan kami sebatas persahabatan. Mungkin aku terlalu takut menyakitinya kalau aku jadi pacarnya. Karena aku sedikit playboy di masa itu.

"Guruhhhh!!" teriaknya waktu itu melihatku masuk ke gerbang sekolah. Dia berlari-lari kecil dengan rambut yang dikuncir ekor kuda. Hanya saja mukanya terlihat garang.

Aku menghentikan langkahku sambil menatapnya dengan heran. Kemeja belum kurapikan, dan rambutku sedikit acak-acakan karena baru turun dari motor.

"Elis kemarin nangis-nangis lalu curhat ke aku, kalau kamu jalan sama perempuan lain." Dia menatapku dengan tatapan pedasnya.

"Jadi?" Aku balik menatapnya dengan tatapan heran. Ya heranlah, masak baru mau masuk sekolah udah dimarah-marahin.

"Kamu selingkuh ya? Kasian Elis kan!" ujarnya sambil memukul bahuku dengan keras. Ya tapi ngga terasa sakit sih, kan aku udah biasa ikut pelajaran bela diri. Dipukul cewek sih bagiku ngga ada rasanya!

 Dipukul cewek sih bagiku ngga ada rasanya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelangiiiiii.....aku cuma sebatas baru jalan, nggak lebih. Baru perkenalan....belum pacaran" Aku menjelaskan dengan sabar. "Dia aja yang tiba-tiba nangis terus pergi secara ngga jelas."

Pelangi menatapku dengan aneh dan penuh selidik, seakan melihat ada alien yang baru masuk ke dalam ruangan dan hendak memperkenalkan diri.

"Ya ampun Pelangi.... jadi kamu nggak percaya sama aku?" ujarku menghela nafas panjang, lalu meninggalkan dia dengan acuh tak acuh. Sambil terkikik tanpa dilihatnya, membayangkan wajah manisnya yang kesal, marah dan heran.

Aku menggumam pelan ," Capek sama si Elis! Sedikit-sedikit telepon, lalu minta ditelepon. Habis itu ngambek, marah lalu nangis!" Disisir rambutnya yang awut-awutan itu dengan jari ala kadarnya sebelum melangkah ke dalam kelas. Lelah batinnya, entah kenapa!


                                                     ---------------------------------------------

Pelangi, 2 Desember 2019 Pk 12.00 WIB

"Pelangi, pelangi...."

Suara itu terdengar jauh, sampai menyentak dengan keras. "Pelangiiii!!! Bumi memanggil Pelangi!"

Aku terkaget dan bangun dari khayalan. Biru menatap dengan mata sipitnya, gadis tomboy itu memperhatikan dengan seksama.

"Pelangiiiii, kita lagi bikin tugas kelompok. Kok kamu bisa-bisanya bengong waktu aku lagi jelasin bab pendahuluannya?" ucapnya dengan nada frustasi. Dia memang agak perfeksionis. Pantaslah selalu dapat nilai tertinggi di kelas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sorry guys, aku nggak konsen...." Aku menatap teman-teman dengan memelas.

"Masalah cowok ya?" Eden menggodaku sambil mengedipkan mata. Si pria centil itu memakai baju ketat andalannya yang memperlihatkan body six pack karena rajin berolahraga.

"Aku lihat kamu kemarin turun dari mobil sama cowok ke stasiun." Lanjutnya sambil tersenyum-senyum menyebalkan. Dia memang rada penggosip.

"Jangan, itu kan privacy-nya Pelangi...." Mawar menimpali pembicaraan teman-temannya. Cewek kalem itu memakai blus pink yang manis dengan bando berwarna senada di kepalanya. Primadona kampus itu melihat ke arahku dengan mata yang penuh keprihatinan. Membuatku jengah karena jadi pusat perhatian.

Mereka pun melanjutkan belajar kembali . Aku menunggu Eden hingga pulang. Tinggallah aku dengan Biru yang sedang asyik menelepon dan Mawar yang masih menulis.

"Mawar......" aku menarik-narik bajunya dengan muka kacau. Mawar ini tempat curhatku dari hari pertama kami masuk ke bangku kuliah. Dia orang yang lembut dan perhatian, berbeda sekali denganku yang sedikit....errrghhh... kasar?

"Dia udah pulang lagi kemarin."

Mawar melihatku dengan kembut ,"Terus udah bilang belum?"

Aku tidak menjawab, hanya balik menatapnya dengan frustasi ,"Dia cerita ke aku kalau sedang dekat dengan seseorang perempuan di kampusnya."

"Pelangi,," Mawar menggenggam tanganku dan meremasnya, "Sampai kapan kamu mau menyakiti dirimu sendiri?"

Aku tercenung dan sebelum aku menjawabnya, kudengar Biru memutuskan teleponnya lalu menghela nafas.

"Temanku baru curhat, dia nangis-nangis karena lelaki yang disukainya sejak lama baru mengirim undangan pernikahan untuk bulan depan." Katanya sambil duduk di antara mereka. "Dan tau nggak yang paling disesalinya apa?"

Biru menghela nafas lagi ."Selama bertahun-tahun, dia tidak bilang kalau dia mencintai lelaki itu padahal mereka selalu banyak melakukan kegiatan sama-sama."

Mawar menatap mataku lagi, sambil semakin meremas tanganku. Seakan hidupku sudah tinggal sebentar lagi.

Guruh dan Pelangi (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang