6. Perkara hati

17.8K 1.4K 31
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jika ada salah satu dari kalian bimbang akan suatu keputusan yg akan diambil maka kerjakanlah Sholat Sunnah Dua Rakaat yang bukan termasuk kedalam Sholat Wajib, lalu berdoalah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
HR Bukhari
•••

🕊 Hari ini aku akan mengambil beberapa contoh kain tambahan dari gudang penyimpanan bahan. Salah satu kain yang terpilih nantinya akan ku padukan dengan bahan utama yang telah ku persiapkan sebelumnya untuk membuat gaun kak Asiyah.

Jadi untuk menyesuaikan seleranya, di hari ini aku ingin memastikan lagi bahan apa yang ia inginkan untuk mempercantik gaun pernikahannya.

Aku pergi ke gudang penyimpanan ditemani oleh Sinta.

"Sinta, tolong bantu aku?" seru ku saat kesulitan mengangkat bahan yang berbentuk rolan.

Namun tak ada jawaban darinya. Padahal jarak kami hanya beberapa meter saja.

"Sinta." seru ku lagi dengan suara yang lebih keras, tetapi telinga Sinta tetap tidak mendengarnya.

Ia malah asik melamun dengan wajahnya yang murung.

Di butikku ini, sebenarnya terdapat tujuh orang pegawai. Dua diantaranya adalah laki-laki yang mengurus persediaan bahan di gudang dan lima orang lainnya adalah perempuan yang bertugas melayani pelanggan dan juga membantu ku menjahit pakaian. Salah satunya adalah Sinta yang paling dekat denganku. Dia pegawai pertama ku.

Aku meletakkan kembali bahan yang sudah aku pegang, seraya mendekati Sinta. "Sin."

Sinta terkejut melihatku. "Eh, mbak Khai. Ada apa mbak?" balasnya gelagapan karena tertangkap sedang tidak fokus kerja.

"Kamu lagi mikirin apa sih? Aku nyuruh kamu ke sini kan buat bantu aku, tapi ko malah ngelamun."

"Maaf mbak, saya lagi galau. Gak peka banget sih, mbak." rengek Sinta membuatku menggelengkan kepala.

"Galau kenapa sih?" kekeh ku geli.

"Ishh, mbak Khai kok malah ketawa sih."

"Abisnya kamu, gak inget umur pake galau-galau segala." balasku lagi dengan kekehan yang sama.

"Mbak Khai. Kata mbak, doa itu adalah cara mencintai seseorang yang paling romantis dan rahasia.." ucap Sinta, ku tahu ini akan bermuara pada curhatan yang panjang.

"Memang. Terus?"

"Terus...Kenapa seseorang yang telah saya doakan tidak mengharapkan saya juga mbak? Kenapa dia malah sama wanita lain? Allah tidak adil. Allah melarang kita untuk menjauhi pacaran, tetapi Allah tidak memberi kita seseorang yang kita harapkan. Terus apa mbak yang harus saya lakukan?"

Aku terdiam. Ternyata bukan hanya aku yang mengalami hal serupa, namun masih banyak orang diluaran sana yang juga merasakannya.

Salah satunya, Sinta.

Kita harus bisa melewati semuanya.

"Di saat seperti ini perkara hati memanglah rumit, tapi kembali lagi pada hatimu. Dia yang seperti apa yang kamu harapkan, sebab Allah sudah mengatakan, "Laki-laki baik untuk wanita yang baik, dan wanita baik untuk laki-laki yang baik" begitupun sebaliknya. Ketika Allah tidak mengabulkan permintaanmu, bukan berarti Allah tidak adil padamu. Namun Allah tengah menujukkan kepadamu, bukan dialah yang terbaik untukmu."

Butiran kristal bening perlahan mengalir membelah kedua pipinya. "Tapi dia itu laki-laki yang Shalih mbak."

Aku menghela napas dalam. "Berarti, kesalahan itu ada pada dirimu. Kamu memantaskan diri itu untuknya atau untuk-Nya?" tanganku menyentuh punggungnya.

Terlatih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang