Extra part : Selepas senja

13.6K 534 24
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Hidup itu bukan hanya tentang mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi menghargai apa yang kita miliki, dan sabar menanti apa yang akan menghampiri.
Terlatih
•••

🕊 Di sebuah taman sekolah dasar terdapat seorang anak perempuan yang sedang bersama keempat temannya. Mereka berkumpul bersama bukan untuk berbincang ataupun bermain bersama, melainkan keempat temannya itu tengah mengejeknya.

"Cie..cie..Khai pacar Ardan..ciee." sorak anak-anak berusia sepuluh tahun itu.

"Aku bukan pacar Ardan!" lontar Khaila tegas.

Khaila berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis, ia terus membela diri walau pun hanya sendiri.

"Kalian selalu bersama, apa coba kalau bukan pacar." cekikik anak-anak itu lagi, menggoda Khaila hingga menangis.

"Memangnya kenapa kalau Khaila selalu bersamaku? Bilang saja kalian iri tidak punya sahabat." bela Ardan yang tiba-tiba datang.

"Tuh kan pacarnya belain." lontar salah satu anak, membuat Ardan semakin geram.

"Kita ini masih kecil, gak boleh pacar-pacaran. Pergi kalian atau ku laporkan ke bu guru." ancam Ardan.

Semua anak-anak itu akhirnya pergi meninggalkan Ardan dan Khaila. Khaila masih nampak sedih karena selalu di ledek oleh mereka.

Selama ini, mereka memang hanya memiliki satu sahabat. Ardan hanya memiliki Khaila begitupun sebaliknya. Sehingga saking seringnya bersama, teman-temannya sampai meledeknya. Saat ini Khaila masih tertunduk dalam, matanya terlihat sembab dan hidungnya memerah.

"Apa kamu malu jika aku terus bersamamu, Khai?" tanya Ardan yang duduk di sebelah Khaila.

Khaila diam.

"Baiklah, kalau kamu malu. Aku akan pergi menjauh darimu." Ardan berdiri dan hendak pergi.

"Jangan pergi Ardan." cegah Khaila sehingga kaki Ardan seketika terhenti.

"Sahabat aku cuma kamu. Gak ada lagi yang bisa bantu aku selain kamu. Aku gak punya ayah dan ibu, kalau kamu pergi, nanti aku sendiri. Aku gak mau Ardan." ucap Khaila di sela isak tangisnya.

Ardan kembali duduk. Ia menatap Khaila beberapa detik lalu berkata, "Aku gak akan pernah ninggalin kamu, Khai. Aku akan selalu menjaga kamu. Sampai kapanpun."

Khaila tersentuh. Sejak itu ia merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika mereka bersama. Sampai masa remaja menghampiri keduanya dan Khaila masih terpenjara rasa. Mengagumi Ardan lebih dari seorang sahabatnya dan berharap ejekan temannya yang dulu bisa menjadi nyata. Bukan hanya sekedar menjadi pacar, namun ia berharap lelaki itu dapat menjadi imamnya kelak.

"Ummi, aku laper." seru Rafka membuyarkan lamunanku saat memandangi foto kecilku bersama Ardan.

Foto yang sengaja ku taruh di dalam dompetku agar kenangannya selalu tersimpan. Sebagai bukti kekuatan doa yang tak perlu di ragukan.

Aku menghadap ke arah Rafka, "Sabar ya, abi sedang mengambilkan sarapan untuk kita." kataku menenangkan dirinya.

Rafka mengangguk samar dan hendak kembali bermain bersama Hawa. Namun tanpa sengaja dompetku terjatuh dan Rafka melihatnya.

"Ummi, ini siapa?" tanya Rafka saat melihat foto yang berada di dalamnya.

"Ini ummi dan abi ketika SD."

Terlatih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang