11. Bahagia bersama luka

18.1K 1.4K 72
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Wanita hebat bukan karena dia berwajah cantik. Bukan pula karena dia seorang yang kaya.

Wanita hebat bukan karena dia pintar, dan bukan pula karena di sampingnya ada seorang lelaki yang memiliki segalanya.

Tetapi wanita hebat adalah dia yang mampu berdiri menyelesaikan masalahnya.

Mampu berdoa dan percaya kepada Allah sebagai sumber kekuatannya. Melukis kekuatan melalui proses kehidupannya.

Bersabar saat tertekan, tersenyum saat hati menangis, diam saat terhina, mempesona karena memaafkan, mampu membalut luka hati dengan sabar dan mampu meredam amarah dengan beristighfar.

•••

🕊 Aku menatap pantulan cermin yang berada tepat di hadapan ku. Di sana aku dapat melihat dengan jelas siapa penjahat itu. Tanpa malu, ia mengenakan gaun pengantin yang seharusnya dipakai oleh mempelai wanita yang sebenarnya.

Aku sempat muak melihat wajah polosnya. Namun setelah aku sadar, ternyata akulah yang ada di sana. Aku tersangkanya, aku penjahatnya.

Gaun yang selama ini ku impikan, kini benar-benar melekat di tubuhku. Seseorang yang selama ini diam-diam ku doakan, sebentar lagi akan menjadi imamku.

Haruskah aku senang? Haruskah aku berteriak? Aku penyebab kemarahannya. Aku salah dalam segala-galanya. Aku penyebab kak Aisyah membatalkan pernikahannya. Kak Aisyah kembalilah.

Tidak ada yang dapat ku lakukan, selain bersabar dan menerima semua kenyataan.

Ya, Rabb. Jika di hari ini telah datang anugerah untukku namun musibah untuknya. Aku ikhlas, Kau ambil kembali anugerah ini dan kau ganti dengan senyumannya yang bagiku jauh lebih berarti.

"Khai."

Bunda menyentuh punggungku lembut dan duduk di sebelah ku.

"Bunda bahagia sekali nak. Sebentar lagi kamu akan benar-benar menjadi anak bunda." ucapnya sambil memeluk tubuhku dan ku balas pelukannya.

"Maafkan atas segala kesalahanku bunda. Tak seharusnya ini terjadi. Kak Aisyah pergi dan Ardan sedih. Ini salahku, bun." isak ku dalam pelukan bunda.

"Tidak perlu ada yang di salahkan dalam hal ini, Khai. Ini semua sudah takdir dari Allah swt. Ardan sudah berusaha melamar Aisyah untuk menjadikanya sebagai istrinya. Namun kita bisa apa, jika Allah menginginkan hal yang lain. Ini semua bukan salahmu, Khai. Karena Allah yang paling berkuasa membolak-balikkan hati manusia. Termasuk hati Aisyah. Semua sudah jalan dari Allah, kita harus ikhlas." bunda mengusap air mataku.

"Sudah nangisnya, nanti luntur." kekeh bunda pelan sambil merapihkan hijab yang ku kenakan.

Tak berselang lama, kami semua pergi ke sebuah Masjid yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah. Jantung ku seketika berdetak kencang, ketika melihat sosok Ardan sudah berada di depan pak penghulu sekarang.

Benarkah ia mau menikahiku?

Aku menundukkan wajah dalam-dalam saat seseorang memulai acaranya. Semua diam, sedangkan bunda dan tante Nayra terus memegang tanganku kencang.

Rasa cemas terus menyelimuti isi hati. Sampai akhirnya, terdengar suara Ardan yang begitu lantang, membuat hatiku seketika bergetar.

Oh, Allah. Dia mengucapkannya dengan benar.

Terlatih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang