20. Permintaan

16.2K 1.2K 49
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Di setiap kehidupan, kita pasti akan menemukan yang namanya ujian.
~ Terlatih ~
•••

🕊 Pagi ini semua keluarga ayah akan pulang, setelah sarapan bersama mereka berpamitan satu persatu untuk meninggalkan hotel. Sedangkan ayah dan bunda akan menyusul pulang nanti siang, begitupun keluarga om Hafiz dan juga om Reza.

Setelah selesai menyantap sarapan, kami pergi ke kolam renang. Tempatnya cukup luas dan cukup nyaman untuk bersantai. Serta terdapat dua kolam renang yang terpisah khusus anak-anak dan dewasa.

Rafka dan Ayana begitu senang saat melihatnya, mereka langsung berganti pakaian dan berenang bersama ayah mereka. Om Hafiz menemani Ayana, sedangkan Ardan menggantikan Rama menemani Rafka. Om Reza yang tak mau kalah mengajak putri ketiga nya yang baru berusia empat bulan. Membuat bunda teriak-teriakan karena merasa ketakutan.

"Jangan dibawa ke tengah Reza, nanti gak bisa napas gimana!" oceh bunda terus menerus.

"Ardan, cepat bawa Yasmine ke sini, Rafka biar Reza saja yang jagain." lanjut bunda masih dengan nada yang sama, teriak-teriakan.

Aku dan ayah hanya bisa memberi kode dengan saling melempar tatapan. Setelahnya kami terkekeh pelan, tanpa sepengetahuan bunda.

Ungkapan sayang bunda memanglah seperti itu bentuknya. Marahnya tak lain gambaran dari kasih sayangnya dan ocehannya semata-mata bentuk perhatiannya. Namun om Reza itu sungguh keras kepala, membuat bunda terkadang harus mengeluarkan tenaga extra untuk memarahinya.

"Sabar bun, gakpapa itu kan lagi di latih biar terbiasa nanti." kata ayah menenangkan bunda.

Bunda malah memberengut sebal, sepertinya ia tak menyetujui ucapan ayah. Sebab anak om Reza itu masih terlalu kecil menurut bunda dan bunda merasa sangat mengkhawatirkannya.

Pasalnya bunda sendiri sudah pernah merasakan tenggelam sampai tak sadarkan diri. Maka dari itu bunda sangat takut jika itu sampai terjadi pada keponakannya yang masih bayi.

"Iya...tenang ya bunda. Yasmine udah aman sama aku." ucap Ardan, lalu mendekat ke arah ku.

Aku mengambil Yasmine dari gendongan Ardan. Ku buka bajunya yang basah dan ku lilitkan handuk disekeliling tubuhnya, sambil menunggu tante Nayra dan ibunya kembali dari kamar mengambil pakaian anak-anak mereka.

Aku mendekap tubuh Yasmine erat agar ia tak merasa kedinginan. Sesekali aku mengajaknya berbicara dan ia seakan mengerti ucapanku. "Ih ngeliatin, memangnya kamu sudah jelas melihatku?" tanya ku saat bola mata Yasmine terus melihat ke arah mataku.

Sesekali bibirnya tersenyum, membuatku merasa gemas dan ingin mencubit pipinya yang seperti bakpao.

"Bayi itu baru bisa melihat lumayan jelas saat berumur 12 bulan, dan baru berkembang sempurna saat berumur antara 3-4 tahun. Bayi yang baru lahir hanya bisa melihat objek jarak dekat sekitar 15-25 cm, itu pun tidak jelas dan hanya melihat dalam warna hitam, putih, dan abu. Bayi baru mulai bisa membedakan warna saat memasuki usia 2-3 bulan terutama warna merah dan hijau, seperti Yasmine saat ini." penjelasan Ardan.

"Berati dia belum bisa lihat aku jelas dong?"

Ardan terkekeh pelan. "Iya, makanya jangan ge-er kalau diliatin."

Aku mencubit pinggang Ardan pelan. "Jauh-jauh, jangan deket-deket aku." umpatku kesal.

Bukannya pergi Ardan justru semakin merapatkan duduknya. Aku sempat menyingkirkannya beberapa kali, tetapi ia malah memelukku dari samping.

Terlatih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang