33. Pengganti

16.2K 931 38
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🕊 Seorang lelaki tengah berjongkok di dekat pusaran makam yang di penuhi oleh bunga. Baru saja dirinya menaburkan bunga itu bersama jagoan kecil yang berada di pangkuannya.

Hari ini merupakan satu tahun kepergian istrinya. Berulang kali ia mengusap batu nisan yang tertancap tepat diatas kepala makam sambil sesekali menatap makam yang berada di sebelah istrinya.

Ahmad dahlan. Nama yang tertulis di nisannya.

Seorang supir yang pada saat itu ikut menjadi korban kecelakaan satu tahun yang lalu. Kecelakaan yang telah membuatnya kehilangan istri dan harus membesarkan anaknya seorang diri.

Ketika kecelakaan, istrinya sempat dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan koma. Namun pada akhirnya nyawanya tak dapat tertolong dan dokter terpaksa mengeluarkan anak yang ada di dalam kandungannya melalui operasi sesar. Beda halnya dengan pak Ahmad yang meninggal di tempat karena terjepit badan mobil yang ia kemudikan.

"Ayo Azam, kita pulang." lelaki itu menggendong anaknya yang baru saja genap satu tahun.

"Kita pulang dulu ya, bunda. Assalamualaikum." sambungnya dengan suara gemetar.

°°°

Matahari sudah semakin meninggi. Bayangan diri hampir tak terlihat lagi, sebab letak matahari yang berada di atas kepala. Tanpa mempedulikan rasa panas, seorang wanita tetap berdiri di bawahnya. Menata pakaiannya, pada tiap-tiap batang penjemur pakaian.

Sudah biasa baginya jika menjemur pakaian di jam-jam segini saat sedang libur berkerja. Karena waktu beristirahat yang lumayan terbatas, membuatnya segan merapikan rumah buru-buru dan lebih sering menunda-nunda.

Semua pakaian yang ia bawa di ember baju kini telah berpindah ke atas jemuran. Ia pun membuang sisa air yang ada di dalamnya, lalu hendak masuk lagi ke dalam kontrakannya.

"Assalamualaikum." suara seseorang, memberhentikan langkahnya.

Wanita itu berbalik badan, lalu membalas, "Wa'alaikumsalam."

Di lihatnya sepasang suami istri yang tengah tersenyum lebar menatap ke arah dirinya.

"Apa benar ini rumah Sinta?" tanya seorang lelaki paruh baya.

Sinta tersenyum kaku, "Iya, pak. Saya Sinta." balas Sinta dengan wajah bingungnya.

Pasangan suami istri itu nampak saling bertatapan dengan wajah bahagia. Mereka kembali menatap Sinta, lalu berkata, "Apa boleh kami bicara sesuatu pada kamu?"

Sinta menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Meski sedikit ragu, ia menyuruh kedua orang itu masuk ke dalam rumah kontrakannya.

"Silakan duduk pak, bu." ucap Sinta sopan.

Kedua suami istri itu duduk di kursi ruang tamu. Sedangkan Sinta berpamitan ke belakang untuk membuat minuman.

Tak berselang lama, Sinta kembali dengan membawa sebuah nampan berisi tiga cangkir teh manis. Dua untuk tamunya dan satu lagi untuk dirinya.

Sinta menjatuhkan tubuhnya di kursi paling ujung. Ia tersenyum tipis kepada dua pasang orang itu, lalu bertanya, "Sebenarnya, ada apa ya pak, bu?"

Seorang lelaki paruh baya itu nampak berdeham pelan. "Jadi gini nak Sinta--" bapak itu menjeda sebentar ucapannya.

Terlatih ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang