11

2.7K 331 20
                                    

 

Selama 3hari ini Plan bolak balik ke rumah sakit hanya untuk menjenguk Mean dan akan menginap jika tidak ada yang menemani Mean di rumah sakit.
Plan akan pulang sebelum Mean bangun dan datang setelah menutup cafe, terkadang saat Plan datang Mean masih terbangun dan akan tertidur setelah Plan bercerita banyak tentang apa saja yang ia lakukan selama beberapa tahun yang lalu saat tidak ada Mean.

Mean sangat senang meskipun Plan tidak pernah sekalipun mengatakan bahwa ia juga menyukainya, namun Mean merasakan bahwa Plan sangat peduli dan menghawatirkannya.
Malam ini Mean sengaja pura-pura tidur, Ia ingin tau apa yang Plan lakukan saat ia tertidur.

  Plan datang dengan membawa kantong plastik berisi cake untuk Mean. Namun saat ia melihat Mean sudah tidur, ia meletakkan cake itu di dalam lemari pendingin di dalam kamar inap Mean.
Plan duduk di pinggiran tempat tidur, ia tersenyum dan mengusap pelan pipi Mean agar tidak membangunkannya.

   "Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu, maaf.. kita tidak akan pernah bisa bersama.. meski begitu.. aku akan selalu mencintaimu, dari dulu hingga sekarang. Jangan pernah berubah dan jangan membuatku khawatir lagi."

Plan mengecup kening Mean, kemudian dia merebahkan tubuhnya di sofa, di depan tempat tidur Mean.
Mean tersenyum mendengar ucapan Plan tadi, ia sangat senang saat tau Plan sebenarnya juga mencintainya, namun yang membuatnya sedih adalah kata-kata Plan yang mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah bisa bersama. Mean yakni ia akan bisa membuat Plan menerimanya dan mau bersamanya.

Paginya Mean bangun lebih awal, ia melihat Plan masih tertidur pulas di atas sofa, ia meringkuk seperti seorang anak kecil, mungkin karena kedinginan semalam.
Dan hari ini Mean sudah di perbolehkan untuk pulang.
Mean terus memandangi Plan masih tidur, ia benar-benar bahagia mengingat ucapan Plan tadi malam.

Plan terbangun karena bias cahaya matahari yang mengenai wajahnya, dari arah jendela.
Plan meregangkan otot-otot tubuhnya, dan mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian melihat kearah Mean yang sudah terbangun dan tersenyum kearahnya.
Plan berdiri dan melangkah ke arah Mean mendudukan dirinya di samping Mean.

   "Bukankah hari ini kau di perbolehkan untuk pulang?"

   "Hemb, aku akan pulang hari ini. Apa kau mau membantuku?"

   "Aku akan membantumu bersiap."
Plan memegang pipi Mean dan tersenyum. Mean yang mendapat perlakuan seperti itu memegang tangan Plan dengan tangan kirinya dan mencium tangan itu.

    "Aku mencintaimu Plan.. tetaplah seperti ini."

Setelah mendengar ucapan Mean senyuman di wajah Plan memudar, Plan menarik kembali tangannya dari pegangan Mean.
Mean menatap bingung pada Plan, seperti Plan tidak suka kalau Mean mengatakan bahwa ia mencintainya.

   "Jangan katakan itu, kau tau.. aku tidak bisa membalasnya. Sebaiknya aku pergi, lebih baik kau hubungi teman-temanmu. Maaf Mean."

Plan berdiri dan hendak pergi namun Mean menghtikannya dengan memegang tangan Plan.
Plan terdiam tanpa melihat kearah Mean.

   "Jangan katakan itu, aku tau kau juga mencintaiku, Plan.. sekali saja jujurlah pada dirimu sendiri, jangan seperti ini.. apa kau tau.. saat kau terus menolakku aku merasakan sakit di sini,"

Mean memukul dadanya sendiri setelah melepaskan pegangannya pada tangan Plan.

  "Tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk bisa bersama denganmu membuat mu mengakui kalau kau juga mencintaiku."

Plan masih diam, ia menundukkan kepalanya menahan air matanya agar tidak jatuh. ini lebih menyakitkan ketika kau menolak orang yang sebenarnya sangat kau cintai, dan orang itu tidak pernah menyerah untuk bisa mendapatkan hatimu yang sebenarnya sudah lama ia miliki.

Sweet Killer "Completed"  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang