15

2.3K 290 20
                                    

   


     "Hahaha.. aku tidak perlu mengotori tanganku untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku."

Pria paruh baya itu tertawa saat mendengar kematian Tuan Tanapon. Itu artinya dia bisa kembali melanjutkan rencananya.

    "Tinggal menyingkirkan bocah itu, maka Tanapon group akan menjadi milikku.. tapi.. sebelum itu aku minta kalian awasi gerak gerik putraku dengan pemuda gay itu. Aku tidak mau putraku kembali dekat dengannya."

Pria paruh baya itu memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi putranya pewaris satu-satunya perusahaan yang ia bangun dari nol dan bisa sukses seperti sekarang meskipun ia harus menyingkirkan orang-orang yang menjadi saingannya.
Tanapon group adalah perusahaan yang cukup sukses di kota itu. Dan pemiliknya tidak lain adalah orang yang selama ini ia anggap sebagai seorang sahabat. Dan demi kesuksesannya sendiri orang itu rela melenyapkan sahabatnya sendiri.











    "Tuan Mean.. tuan besar ingin anda menemuinya siang ini."
Ujar seorang pria berjas hitam dan berkacamata hitam dan badan yang tegap itu adalah anak buah ayah Mean.
Mean hanya mengangguk setuju.
Kemudian orang itu segera keluar dari ruangan Mean.

Setelah selesai makan siang Mean segera pergi untuk menemui ayahnya Di kediamannya. Karena Mean sudah tinggal sendiri di apartemennya, tapi sesekali Mean datang untuk sekedar menengok ibunya.
Mean memasuki ruang kerja ayahnya.

  
    "Ada apa pho memanggilku?"
Tanya Mean tanpa basa-basi.
Ayahnya melemparkan sebuah amplop coklat di atas meja kerjanya.
Mean membuka amplop coklat itu, seketika raut wajah Mean mengeras.

    "Katakan apa kau masih mengejarnya?"
Tanya ayahnya dengan nada suaranya yang agak tinggi.
Mean memejamkan matanya ia menghembuskan nafasnya agar lebih tenang saat menyampaikan sesuatu pada ayahnya.

   "Khab, aku masih mengejarnya, aku mencintainya.. pho tidak bisa melarangku."
Ujar Mean tegas. Ayah Mean terkekeh mendengar ucapan anaknya.
Mean semakin bingung atas sikap ayahnya.

  
    "Mean.. masih banyak gadis yang mau bersanding denganmu, kenapa kau lebih memilih bersama dengan seorang pria? Apa kau tidak ingin memberikan Pho dan Mae mu seorang cucu? Kau adalah satu-satunya pewaris keluarga ini. Jangan kecewakan aku."
Setelah mendengar ucapan ayahnya Mean pergi tanpa mengatakan apapun, dia hanya diam tidak menjawab ucapan ayahnya.
Mean pergi dari ruangan itu tanpa memperdulikan ucapan sang ayah.

Mean merasa marah dan takut, takut kalau Phonya akan melakukan sesuatu yang bisa menyakiti orang yang sangat ia cintai, Plan.











Mean datang ke cafe Plan pukul 7 malam, dengan wajahnya yang mengeras, ia terlihat sedang marah dan saat sudah masuk Mean mencari keberadaan Plan, setelah menemukannya Mean menarik tangan Plan dan menyeretnya keluar dari cafe.

   "Me.. Mean.. apa yang kau lakukan? Aku harus bekerja. Lepaskan tanganku."
Bukannya melepaskannya Mean malah mencengkram kuat pergelangan tangan Plan, hingga Plan merasa sakit di pergelangan tangannya.

    "Aku tidak akan melepaskan mu, kau harus menjelaskan sesuatu pada ku."
Mean mendorong tubuh Plan agar masuk kedalam mobilnya, dan dia segera masuk juga kedalam mobilnya.

  Mean melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah apartemen mewah, Mean kembali menarik tangan Plan setelah memarkirkan mobilnya di basment.
Mean tidak melepaskan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Plan sampai dia sukses membawa Plan masuk kedalam apartemennya.
Mean mengungkung tubuh Plan di balik pintu apartemennya.

     "Me.. Mean.. apa.. yang kau.. inginkan?"
Tanya Plan gugup, saat Mean menatapnya dengan intens.
Mean semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Plan, Mean mengusap lembut bibir merah Plan setelah itu Mean mengusap pipi Plan dan mendekatkan wajahnya Plan memejamkan matanya saat bibir Mean mulai melumat bibirnya, Mean menggigit kecil bibir bawahnya agar Plan membuka sedikit mulutnya dan membiarkan lidah Mean masuk kedalam mulutnya menarik serta menghisap lidah Plan.

Sweet Killer "Completed"  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang