Part 6

889 46 3
                                    

Aisa pov

Hari demi hari aku lewati diatas kasur, aku yang belum sembuh total dan harus istirahat di kamar membuatku tak dapat merasakan udara segar diluar sana.

Aku merindukan suasana pondok, teman teman serta canda tawa mereka yang membuatku tak pernah kesepian.

Aku mencoba untuk memejamkan mataku, namun tiba-tiba telingaku mendengar suara rerintik hujan yang membuat tubuhku terbangun dari kasur. Aku mencoba menatap hujan melalui jendela, namun tak asik apabila tubuh ini tak merasakan hujan.

"Hujan-hujanan dulu ah, lagian juga Ummi kan lagi tidur" Batinku.

Aku pun keluar kamar dan menuju depan halaman rumah.

"Hujan.. Seandainya aku bisa merasakan seperti apa rasanya jadi kamu, mungkin aku akan lebih memilih menjadi seperti kamu, menjadi AIR.."

"Sepertinya jadi kamu itu enak ya, walaupun kamu jatuh dari ketinggian yang amat tinggi tapi kamu selalu membuktikan ke semua makhluk yang ada di muka bumi ini bahwa kamu gak pernah kesepian, karena kamu turun dari langit ke bumi bersama teman temanmu, keluarga dan orang orang yang kamu sayangi. Aku gak pernah melihat kamu turun dari langit hanya dengan satu butir tetes air, setiap kamu turun kamu pasti membawa butiran tetes hujan yang lain untuk turun bersamamu. Itu tandanya kamu membuktikan pada makhluk yang ada di muka bumi ini bahwa kamu gak pernah sendirian karena selalu ada butiran tetes air yang lain yang selalu menemanimu di setiap saat"

"Aku juga mau seperti kamu hujan.. Selalu ditemani oleh orang-orang yang sayang sama aku, selalu dikelilingi oleh orang-orang yang setia mendampingi ku tanpa meninggalkan ku dalam keadaan apapun walau hanya sedetik"

Akhirnya Aku pun merenungkan sejenak pikiranku, aku duduk di bangku panjang yang terdapat dihalaman rumahku, aku pejamkan mataku dan menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi tubuhku.

"Aisaaaaa" Panggil Ummiku.

"Astagfirullah nak, ngapain hujan-hujanan kamu kan lagi sakit, memangnya kamu mau gak sembuh sembuh!" Ucap Ummi dengan nada sedikit marah.

"Maaf Um.. Aku bosan di kamar, aku cuma mau keluar melihat udara di luar"

"Ya tapi jangan pas lagi hujan, kalau lagi hujan begini kamu keluar terus hujan-hujanan, terus kapan kamu sembuhnya. Kamu mau gak cepet sembuh atau kamu lebih suka sakit dari pada sembuh?!"

"Iya Um maaf" Aisa pun merasa bersalah atas tindakannya.

"Ya sudah ayo kita masuk, lihat tuh tubuh kamu sudah menggigil kedinginan"

"Iya Um"

Akhirnya Aisa dan Umminya masuk ke dalam rumah, Aisa pun langsung mandi dan mengganti pakaian kemudian meminum teh hangat yang dibuatkan oleh Umminya.

Azmi pov

Hari ini aku berangkat ke Singapura untuk sholawatan disana, namun entah kenapa hati ku ini rasanya gelisah, pikiranku pun tak bisa tenang. Selama perjalanan dari pondok hingga airport aku selalu memikirkan ukhti Aisa.

"Kamu kenapa Mi? Kok dari tadi dipondok, di dalam mobil sampai sekarang udah di airport kamu melamun aja?" Tanya Ahkam.

"Aku mikirin ukhti Aisa kak, hati dan pikiranku gak bisa tenang sebelum aku dapat kabar tentang kondisi ukhti Aisa"

"Kamu do'ain aja Mi biar ukhti Aisa baik-baik aja, lagian juga berdoa itu kan bisa bikin hati dan pikiran lebih tenang, dari pada kamu melamun terus"

"Lagian juga gimana caranya kamu bisa dapat kabar tentang ukhti Aisa kalau kamunya aja mau ke Singapura" Lanjut Ahkam.

"Aku sih tadinya mau tanya sama Abuya kak tentang kondisi ukhti Aisa, tapi aku gak berani, lagian juga aku malu mau tanya takutnya nanti aku dibilang kepo lagi kak"

Cinta Dalam Istikharah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang