Namun di tempat lain, Aban sedang memberanikan diri untuk memberikan hadiahnya kepada Veve. Aban mencoba menenangkan dirinya yang sedang gugup, Aban mencoba untuk melawan rasa gugup dan rasa takutnya itu. Ya, Aban takut hadiah yang ia beli tak diterima oleh Veve atau bahkan Veve tak menyukai hadiahnya itu.
Veve kesal dengan Aban yang sedari tadi menunggu Aban untuk memulai pembicaraan lebih dahulu, namun Aban tak kunjung berbicara apapun padanya.
"Akhi mau ngomong apaan sih?" Ujar Veve memulai pembicaraan lebih dahulu.
"Dari tadi aku nungguin kamu ngomong duluan, tapi malah kamunya gak ngomong-ngomong. Katanya kamu mau ngobrol berdua, ini sekarang udah berdua malah kamu diam saja" Lanjut Veve.
"Eeeuu.. Iya maaf ukh, aku lagi ngumpulin tenaga. Eh.. Eeeuu.. Itu ngumpulin mental, eh enggak ukh, maksudnya itu.." Ujar Aban dengan sangat gugup.
"Ngomong apaan sih kamu. Ngumpulin tenaga apa? Tenaga dalam? Hah!" Ujar Veve dengan ketus, namun Aban malah tertawa terbahak-bahak.
"Haha.. Haha.."
"Sekarang malah ketawa. Aneh!"
"Kamu lucu, ya kali aku ngumpulin tenaga dalam, memang aku mau silat. Haha"
"Ya abisnya kamu gak jelas ngomongnya"
"Maaf tadi aku salah ngomong. Bisa gak kasih aku waktu 5 menit saja buat tarik nafas dulu"
"Ini apaan lagi tarik nafas segala. Mau lahiran? Hah!"
"Haha.. Haha"
"Kenapa ketawa?! Lucu lagi!" Ujar Veve dengan sangat kesal.
Kali ini Veve benar-benar kesal dengan tingkah Aban yang tak serius untuk berbicara pada Veve. Veve yang sudah merasa dipermainkan, katanya ingin berbicara berdua namun nyatanya Aban tak bicara apapun dengannya dan ditambah tingkah Aban yg membuatnya kesal.
Akhirnya Veve pergi meninggalkan Aban namun ditahan oleh Aban. Sejujurnya sedari tadi Veve sudah ingin menghampiri Azmi dan ingin bicara bersama Azmi, namun karena Aban meminta ingin bicara berdua dengannya akhirnya keinginannya pun gagal.
"Enggak kok, cuma pengen ketawa saja. Kamu jangan ketus gitu dong ngomongnya" Ujar Aban menenangkan emosi Veve.
"Kalau akhi belum mau ngomong juga, aku pergi saja"
"Eh jangan dong ukh, kamu mah gitu saja ngambek"
"Ya lagian akhi sih gak ngomong-ngomong, aku kan jadi penasaran. Tadi kamu bilang ada yang mau diomongin tapi giliran kita udah berdua disini kamu malah lama banget ngomongnya, udah gitu ngomongnya gak jelas lagi. Mau ngumpulin tenaga lah, ngumpulin mental lah terus sekarang mau tarik nafas pula"
"Iya iya maaf, ini aku udah siap ngomong sekarang"
"Ya udah ngomong"
"Jadi gini.." Aban menghentikan ucapannya karena masih belum mempunyai keberanian memberikan hadiahnya pada Veve.
"Jadi apa? Lanjutin dong kalimatnya"
"Iya jadi gini.. Aku tuh sebenarnya mau kasih ukhti hadiah dari Singapura"
"Hadiah dari Singapura?"
"Iya. Jadi waktu Syubban perform di Singapura aku tuh beliin sesuatu buat kamu, cuma aku bingung gimana cara ngasih ke kamunya"
"Kenapa bingung?"
"Bingung cara ketemu kamunya buat ngasih hadiahnya. Kan gak mungkin aku samperin kamu ke area santriwati, terus juga aku gak punya nomer handphone kamu, kalau pun aku punya nomernya gimana cara aku chat kamu, kita kan gak boleh pegang handphone"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah [On Going]
RomansaSemua berawal dari seorang santri yang jatuh cinta kepada santriwati.