"WAAAH... gua geregetan ni RA..." suara keras Ell memekakkan telingaku.
"Ya tapi jangan keras-keras juga dong!""Ini karna gua terlalu semangat, huaaaah! Akhirnya kita bisa jadi mahasisiwa juga. Gak sia-sia semua perjuangan kita slama ini ya Ra"
"Iya, tapi... kita udah gak sekelas lagi Ell. Jadi gak bisa bareng lagi kan." ucapku dengan nada turun.
Sejujurnya aku masih merasa khawatir karena kami tidak satu jurusan. Ell adalah tipe yang mudah bergaul dan membaur dengan banyak orang, jadi ia sangat mudah mendapatkan teman. Namun aku bukan seorang yang mudah mencari teman, apalagi di tempat asing seperti ini.
"Lo tenang aja! pasti bisa kok, asal jangan kasih tampang arogan gitu!. kalo gitu lo gak bakal dapat teman Ra!"
"Hm, Makasih E...ll, gitu kan?" balasku sambil tesenyum ramah padanya.
"Eh Ra!" ia menghentikan langkah kakiku di depan gerbang kampus.
"Ada apa?""Fotoin gua dong...!"
"Gua kira apaan tadi, ternyata penyakit alay lo yang lagi kumat ya."
"Heheheh, liatin tulisan Glory University nya ya, Ra."
"Udah ni yuk!"
"Makasih, Heh! lo jangan cuit gitu Ra!"Ku balas dengan tatapan datar, dan ia langsung menepuk bahuku.
"Calon psikolog itu harus bisa ngendaliin dirinya sendiri, dan gua yakin lo pasti bisa Ra."Hari ini adalah hari penyambutan mahasiswa baru dan pengenalan kampus, yang mana berisi acara pembukaan, penyambutan dan pengenalan semua hal mengenai kampus ini. Dari awal hingga akhir acara aku hanya sendiri, rasanya seperti asing saja berada di tengah kerumunan ini. Tak ada orang yang ku kenal kecuali Ell, namun kami tidak satu jurusan. Ell lulus di jurusan farmasi sesuai keinginannya, sedangkan aku memilih jurusan psikologi.
Sebenarnya aku baru mengenal nama itu di akhir-akhir persekolahan. Tak menyangka saja kami dapat lulus serta mendapatkan program beasiswa di negri ini. Hmm.. sebenarnya sejak awal cita-cita ku ingin menjadi dokter spesialis kandungan, tapi aku mengubur niat itu setelah mengetahui biaya kuliahnya dan juga waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan gelar tersebut. Dan aku akhirnya memilih psikologi, yang hanya berlandaskan kata hati saja waktu itu. Entah mengapa rasanya takdirku telah ditentukan untuk memilih ini dan berada di sini. Mungkin aku akan menemukan maknanya setelah melaluinya nanti. Karna aku yakin bahwa takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan untuk ku akan berakhir bahagia.
* *
"Tadi pas gua jalan ke barisan, gua papasan sama cowok yang nyenggol lo waktu itu, Ra"
"Ha?, dia kuliah di situ juga?""Iya, gua juga kaget tadi ngelihatnya. Kayaknya bentar lagi drama lo bakal mulai ni, hehehe."
"Iiih... apaan sih, tega banget lo ngatain gua gitu!""Bukannya gua bermaksud buruk, tapi kejadian kemarin itu aja udah bikin gua meleleh, hahahahaha..." dengan bahagianya dia meledekku.
"Meleleh apanya, yang ada malu tau.""Kisah cinta itu gak luput dari pertemuan, pertemanan, pendekatan, pacaran trus... nikah deh, hahahahhaa iya kan, Ra?"
"Gak tuh, kita gak bakal tau apa ujung dari semua itu sebelum kita melewatinya." ucapku tegas sambil menatapnya sinis.
"Oh ya, tadi gua ketemu sama senior ganteng, tipe ideal gua banget Ra."
"Ooowh... jadi tujuan lo kesini buat cari jodoh ya?""Ya enggaklah Ra, tapi gak papakan sekalian aja gitu. Lo kayak gak bakal jatuh cinta aja, liat aja entar lo juga bakal klepek-klepek sama seseorang."
"Oh ya? Wahai hati ku, jangan menaruh rasa pada jodoh orang lain!" ucapku pada diri sendiri sambil menutup mata.
"Hahaha belum jatuh cinta udah gila duluan lo ya Ra." cemoohnya melihatku bertingkah aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra ~ Ra
Random~ Bukankah dipertemukan itu merupakan takdir. Lalu mengapa aku yang bertemu dengan mu ? Apakah kamu yang ditakdirkan bersama ku ? Tapi mengapa aku selalu merasa bersalah dan takut jika mengaitkan hubungan kita pada sebuah cinta .... ~ * * * * Sebuah...