8 .. Permainan Cinta ..

17 5 0
                                    

"Dikabarkan bahwa acara ospek kemarin membuat seorang calon psikolog menjadi gila."
"Iiih... Siapa yang gila juga, jahat banget sih lo Ell."

"Abis lo nya ngapain sih senyam senyum, geleng-geleng, dari tadi sikap lo aneh-aneh terus. Bentar lagi nyampe kampus, ntar orang-orang anggap gua punya teman stres lagi!. Lo kenapa sih?"

"Gak kenapa-napa kok, gua cuman kepikiran kejadian kemarin aja," ucapku dengan santainya.

"Sama siapa?"
"Sama senior tampan. Eh? maksud gua cowok yang - tampan." Dengan mengubah nada bicara saat aku teringat akan ucapanku waktu itu padanya.

"Ow Gitu ya, pantes aja lo gak mau cerita. Ternyata karena lo gak bisa ngasih nasihat buat diri sendiri ya?"
"Bu-bu-bukan gitu..." Ku tatap ia beberapa saat.
"Aaah Iya iya, abis gua ketularan lo sih." jawabku kesal.

"Tumben lo gak ngamuk pingsan depan cowok?"
"Sejujurnya gua juga kesal dan pengen ngamuk sih. Tapi yang gotong gua kan kakak-kakak medis. Lagian dia cuman bermaksud lindungin kepala gua doang."

"Oouh ternyata ngamuknya pilih-pilih toh!" ucap Ell dengan nada tinggi.
"Enggak Kok, ya gak mungkinkan gua marah-marah ke senior tampan itu. Lagian dia gak aneh-aneh juga kok."

Dan akhirnya terjadi perdebatan kecil di antara kami, yang berujung pada sindiran-sindiran kecil dari mulut Ell untukku. Dan tentunya aku akan kalah karena memang berada di pihak yang salah saat ini.

* *

Acara ospek kali ini bermaksud untuk membuat kami menjadi saling mengenal sebagai sesama mahasiswa baru. Telah banyak permainan yang kami lalui tanpa sadar membuat hilangnya semua pemikiran negatif. Entah itu perasaan tidak nyaman, tidak suka, tidak tertarik atau hal yang tidak berlasan sekalipun terhadap sesama. Namun kini yang ada hanya sorak, tawa dan senyum lebar yang menghiasi lapangan.

Kali ini jangan pingsan lagi, masa cuman main-main begini pingsan! Malu maluin ajakan. Lagian ini gak nguras tenaga terlalu banyakkan. Malah membuat hati jadi senang, otak jadi segar sekaligus bisa nambah teman. Harusnya sejak awal ospek tu seasik ini saja, kan enak kalau diingat nanti.

"Semuanya ngumpul ketengah kembali!!" perintah senior ganas yang sudah agak reda ganasnya.

Semua maba berkumpul kembali setelah istirahat beberapa saat. Kali ini tidak ada perintah berbaris sesuai kelompok, jadi semua membaur menjadi satu.

"Kita akan bermain mencari kelompok blablablabla...
Permainan di mulai dengan berjalan memutari lingkaran para senior yang diiringi sorak nyanyian dan tepuk tangan. Lalu senior akan memberitahukan jumlah anggota kelompok yang harus di bentuk dalam waktu 5 detik.

Itu berarti aku harus dekat-dekat cewek, bahaya kalo aku salah rangkul orang. Kenapa sih disuruh ngerangkul-rangkul, pegang tangan aja kek. Ah... Harus cepat ngambil posisi di tempat yang banyak ceweknya ni.

Dan permainan dimulai....

Untungnya aku gak tau lagunya, jadi gak bikin buyar buat ngingat lirikan. Cukup komat kamitin mulut aja biar gak dimarahi senior, toh mereka juga tau aku orang asing. Dan permainan ini ternyata berhasil membuat jantungku berdebar-debar.

"Lima..."
Semua orang berusaha merangkul siapapun yang ada di dekatnya, termasuk aku yang sudah tak sadar dirangkul oleh siapa.

Dan untungnya cewek ini yang ngerangkul aku, kalau enggak bisa kena hukum kan.

Dan permainan terus berlanjut hingga...

"Tujuh..."
Kali ini aku harus berusaha medekati sekelompok cewek yang berada di depanku itu, karena jumlah mereka yang banyak. Tapi mereka malah berlari mendekati cowok-cowok tampan, nasibku bagaimana ini.

Tiba-tiba saja seseorang dari arah belakang menarik tanganku saat di ujung hitungan.

"Untungnya kita pas," ucap cowok yang langsung merangkul pundakku.

Rasanya pengen nangis aja, aku gak pernah diginiin kalo lagi sadar, huaaaaaah...
Aku terus berusaha melepas rangkulan kuatnya itu. Dengan postur tubuh yang kekar dan sangat tinggi dariku, membuat diriku cuit untuk berbicara padanya. Jadi aku hanya berusaha mengelakkan rangkulan itu dengan terus menjauh sampai akhirnya lepas.
Huuuuf... Harus cari posisi lain ni, disini gak aman.

Ku lihat ke segala arah untuk mencari posisi yang aman dan kemudian pindah.
"*#*#*#*#*#*#" tiba-tiba saja semua orang bersorak-sorak dengan riangnya.
Situasi macam apa ini? Mau tanya ke siapa, semua orang besorak-sorak tidak jelas saat ini.

"Karna ini yang terakhir, jadi siapa yang sesuai harus memperagakannya di depan!!." penjelasan yang tak jelas dari senior membuat otakku berpikir keras.

Mau tanya ke orang, tapi permainannya sudah mulai. Cewek di depan ini juga gak mau dengar, dianya udah sibuk sendiri. Yang di belakang juga, aku tanya malah jawabnya geleng-geleng sambil ketawa. Oalaaah bisa kena hukum aku kali ini. Apalah dayaku hanya bisa berbicara dengan hati saat ini.

Durasi permainan kali ini lebih lama dari sebelumnya, namun tetap saja aku belum mendapat penjelasan untuk permainannya.

"Mulai...!" perintah senior ganas.
Aba-aba itu memberikan kepanikan tingkat tinggi pada otakku. Ha? Mulai? Apa yang mulai? Permainannya kayak apa aku gak ngerti? Berapa anggotanya? Aarrrgh... gak ngertilah ini permainan masih sama atau enggak sih? Kok semua orang jadi pelukan, trus aku sama siapa ni? Haaaaa...Okelah aku pasrah.

Aku tetap berdiri menunggu aba-aba yang tidak lagi terdengar, tidak ada lagi hitungan tapi semua orang malah berpelukan. Yang aku tau hanya beranggotakan dua orang lalu mereka diam tanpa suara dan gerakan lain.

"Sudah Semuanya... Tiga... Dua--" lagi-lagi tanganku ditarik kuat oleh seseorang, namun kini dari samping kiriku. Dengan spontar tangan kananku menempel di tubuhnya."

"SATU..." Sorakan yang bersamaan dengan tatapan ku pada si pemilik tubuh itu.

Jantungku berdebar-debar, tubuhku terasa kaku untuk bergerak. Bahkan untuk mengelakkan tatapannya saja aku tidak bisa. Untuk beberapa saat otakku berusaha mencari identitasnya.

"Eh! Jangan pegang-pegang." seketika aku sadar setelah ia memainkan alis nya ke atas seperti mengkode ku.
"Kau yang memegang jantungku,"
ucapnya dengan begitu santai.

Dari ratusan orang yang ada di sini, mengapa harus dia? Mengapa tangan ku menempel pada tubuhnya?. Dasar tangan ganjen, gak bisa di kontrol. Mengapa harus DIA! Pria penyenggol ini lebih menyebalkan dari senior ganas. Huuuuuf bersabarlah wahai diri ku yang sedang dipenuhi emosi.

"Semua yang mendapat pasangan ke depan untuk memperagakannya!"

Permainan macam apa ini? Sangat-sangat tidak berkualitas, tidak mendidik. Mengapa para senior memberikan contoh yang tidak baik seperti ini untuk adik-adiknya, aah tidak!, aku tak ingin melakukannya. Apalagi di tonton oleh ratusan pasang mata itu sangat memalukan, gerutuku sendiri.

Setiap orang yang mendapat pasangan maju ke depan. Namun aku masih bertahan dalam diam, aku tak menghiraukan pria itu dan ucapan senior ganas sekalipun.

"Kamu mendapat pasangan, ayo maju kedepan!" sebuah suara yang sepertinya sudah familiar ku dengar.
Dan rasanya perih setelah mengetahui bahwa itu senior tampan. Bukannya membantu ku untuk tak berurusan dengan pria ini, malah ia yang menyuruh ku dengan tersenyum ramah. Arrrrgh itu sangat memalukan. Tidak, sebaiknya aku diam saja, atau apa perlu aku pingsan di sini agar tak memperagakannya?.

Namun hancur sudah harapan ku ketika melihat senior ganas telah berada di depan mata ku. Tak bisa mengelak, tapi rasanya kaki ku ini juga lemas untuk berjalan.

"Apa kalian tak mendengarkan perintah ku!"
"Tapi aku---" pria penyenggol itu langsung menarik tanganku.

"Ah.. Lepaskan aku!" sambil meberontak.
"Diam lah, jangan buat dirimu malu!"

Apa orang tua ku tak mengikhlaskan ku untuk kuliah di sini? Bukankah ini seperti kutukan? Arrrrgh... aku kemari untuk menuntut ilmu bukan menuntut pasangan hidup. Oh Tuhan ku... ujian apa ini, mengapa aku harus menanggung malu sedalam ini. Mungkin sebagian dari mereka menganggap ini hal yang romantis. Namun tidak untuk ku, aku merasa ini menggelikan, bahkan sangat menggelikan.

"Mari kita hitung bersama, Tiga... Dua... Satu..."

"Enggg... nggg..."

Ra ~ RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang