15 .. Terimakasih ..

9 2 0
                                    

Ku lihat Kenzie keluar dari mobil sambil menatap tajam ke arahku.

Dalam sekejap suasana berubah menjadi keributan dari para gadis yang terpesona olehnya.

Aku menggenggam tangan Angel kemudian berjalan menemui Ell. Kami meninggalkan parkiran yang dipenuhi keributan itu.

* *

Telah dua hari berlalu sejak kejadian itu. Entah mengapa aku tak ingin saja bertemu dengan Kenzie. Bahkan ketika aku berjumpa di kelas yang sama seperti ini, aku menghindari kontak mata dengannya.

Mungkin ucapan Lan waktu itu sedikit memberi tekanan pada diriku untuk menjauhi Kenzie. Ditambah lagi perlakuan beberapa gadis yang dengan jelas memperlihatkan ketidak sukaanya padaku.

"Huuuuf, sangat melelahkan. Aku seperti memerankan peran yang tidak penting saat ini...," rintihku sambil nenutup mata mencari ketenangan menelungkupkan wajah di atas meja.

Perkuliahan di jadwal pertama hari ini baru saja usai, namun kakiku terasa berat untuk melangkah ke luar kelas.

"Kamu tidak keluar? JiaMin dan Lan sudah pergi. Berapa lama kamu ingin berdiam di sini, Azzahra?" tanya Angel.

"Baiklah!" Aku bangkit dan berjalan keluar kelas bersama Angel.

🔈 🔈 🔉 🔉 🔊🔊🔊
Perlahan-lahan sebuah suara keributan mulai memenuhi gendang telingaku.

"Mereka lagi? Sebenarnya apa yang mereka lakukan?" gerutu Angel sambil menutup telinga.

Banyak orang-orang berkumpul di luar untuk menyaksikan hal yang kekanak-kanakan itu.
Tapi kali ini terlihat seperti sebuah pertengkaran. Beberapa satpam berusaha mengamankan keadaan tersebut.

"Azzahra!" panggil JiaMin dari kejauhan.

"Ada apa?" ucap Angel dengan suara keras.

"Kalian, sedang apa di sini?" sambungku.

TIIIIT!! 🔊🔊🔊

"Huh! kebisingan ini mempengaruhi emosiku."

"Ya sudah kita pergi saja!" ajakku pada JiaMin yang mengeluh.

"Kamu tau, Lan selalu mengajakku kemari untuk melihat Kenzie. Aku bosan melakukan hal ini terus menerus. Dan kali ini ulah mereka terlalu berlebihan bukan?" jelas JiaMin dengan suara yang sedikit pelan.

"Lalu? Satpam saja tidak mampu menghentikan tindakan konyol itu, apa lagi kita?" tanyaku bingung mencari solusinya.

"Ah! Aku tau, waktu itu lambaian tanganmu bisa menghentikan mereka. Ku rasa ---"

"Ah tidak, tidak! Itu hanya kebetulan. Aku tak ingin berurusan dengannya," potongku sambil menutup mulut Angel dengan telunjukku.

"Tapi Angel benar, seingatku waktu ospek kamu memang dekat dengan senior itu, aa... Wang JunJie, kamu ingat?"

Senior tampan? Beginikah kelakuannya? Ia yang terlihat begitu dewasa ternyata juga bertingkah sekonyol ini.

🔊🔊🔊
Mereka membuat keributan yang semakin parah, bahkan kali ini mereka mengelilingi parkiran.

Aku, Angel, JiaMin dan Lan masih membahas permasalahan konyol ini, hingga mendapati sebuah rencana yang tak mengenakan hatiku.

"Mengapa harus aku?"

"Azzahra, kami mempercayaimu," ucap JiaMin penuh semangat.

"Gunakan ini, agar telingamu tidak pecah." Angel memakaikan headphone di kepalaku.

"Semoga berhasil, Azzahra," ucap Lan.

Aku berjalan keluar sambil menghayalkan rencana yang telah kami susun.

Memberhentikan mereka ketika datang dari arah depan. Lalu menegurnya agar tidak membuat keributan.

Arrrggh bukankah ini sangat konyol? Sejak kapan aku seperti ini? Ah tapi tak apa, anggap saja aku sedang menasihati dua bocah yang bermain bom bom car.

Andai Ummi sama Abi tau aku begini, kira-kira tanggapan mereka apa ya? Jangan-jangan mereka kecewa lagi mengizinkanku ke mari, hanya untuk ini.

Tapi aku kan hanya memberantas keributan saja. Azzahra kamu pasti bisa! Bersiaplah! Mereka sudah datang. "Huuuf..."

Aku menanti mereka yang datang dari arah depan. Berdiri dengan coolnya sambil menatap lurus ke depan.

Sebuah objek dari sudut penglihatanku bergerak cepat ke arahku. Sontak penglihatanku beralih padanya.

Seekor anjing berlari kencang mengejar mobil Kenzie yang melaju ke arahku. Jantungku berdebar kencang. Aku seperti berada di situasi yang sama seperti saat itu, hingga otakku memanggil ingatan masa lalu.

Melihatnya yang semakin mendekat membuat nafasku semakin sesak. Aku tak tahan lagi. Air mataku mengalir begitu saja. Rasa sakit mulai mengendalikan tubuhku sehingga aku yang tersingkir untuk mengontrolnya.

* *

Lagi-lagi aku tersadar di ruangan putih ini.
"Azzahra, maaf aku tak tau jika jadinya begini."

"Maaf, padahal aku tau kamu sedang tidak enak badan."

JiaMin dan Angel menghawatirkanku. Aku hanya memberikan senyuman tipis pada mereka.

Bang JunJie juga tengah berdiri menatap sayu ke arahku. Namun kehadiran mereka semua belum membaut hatiku tenang.

Aku tak ingin mengingat kejadian itu lagi. Ku coba alihkan semua ingatan masa lalu itu dengan hal lainnya. Sampai Ell datang memeluk erat tubuhku.

"Udah, Ra. Gua ada di sini, gua gak akan pergi kok," ucapan Ell yang lirih ku dengar. Dan kemudian ia kembali menenangkanku.

Aku sangat bersyukur memiliki Ell yang mengerti bagaimana aku saat ini. Mungkin semua orang berfikir aku hanya kelelahan tapi Ell tau apa yang aku rasa.

"Ra, Kita pulang aja ya!" ajak Ell yang ku balas dengan anggukan.

Ell meminta tiga temanku untuk mengizinkanku kali ini.

"Bagaimana jika aku saja yang mengantar, Azzahra pulang?" Bang JunJie memotong pembicaraan Ell.

"Tidak usah, aku hanya meminta izin sebentar,---"

"Perkuliahanku hari ini sudah selesai, tenanglah aku akan menjaganya," potong bang Junjie lagi.

"Lo gak papa pulang sama dia? Hmm apa dia yang lo maksud senior tampan itu ya?" canda Ell yang mencoba menghiburku.

Ell memberi candaan kecil utukku. Tentunya hanya aku saja yang mengerti ucapannya, terimakasih Ell.

Aku dan bang junjie keluar dari ruangan itu. Namun langkahku melambat ketika ku lihat Kenzie berdiri dengan tatapan tajam dari matanya.

"Lewat sini, Azzahra." Bang JunJie membelokkan tubuhku yang hampir mendekati Kenzie.

Wajah ramahnya menghilang setelah melihat Kenzie. Ini kali pertama aku melihat ekspresi yang tidak senang darinya. Ia tak seperti senior tampan yang aku kenal. Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka, masih menjadi tanda tanya di benakku.

"Bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat dulu sebelum pulang. Hmm sebagai permintaan maafku."

"Kemana?"

"Pergi ke tempat bermain bagaimana?" ajaknya yang ku jawab dengan anggukan pelan.

Dan akhirnya kami bermain dan menikmati beberapa permainan di sebuah pusat pembelanjaan.

"Ku rasa kamu baik-baik saja sekarang," ucapa bang JunJie dengan ekspresi ramahnya.

Aku hanya tersenyum menjawabnya. Rasanya aku tak mampu menjawab iya atau tidak saat ini.

Apa aku terlihat baik-baik saja? Mungkin iya, walau pada kenyataannya aku masih belum membaik.

"Bang JunJie, terimakasih."

Ra ~ RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang