Karena ini hari terakhir ospek, sudah saatnya penderitaanku selama ini berakhir di sini. Setelah mengikuti kuliah umum akhirnya kami bisa berkenalan dengan para senior untuk memberikan bunga pada mereka, yang sepertinya sudah tradisi.
Aku jadi gak sabar pengen tau nama senior tampan itu. Aduh kok aku jadi genit gini ya? Kalau aku kasih bunga ini ke dia, ntar dianya GR lagi. Tapi pengen kenalan juga, ntar keceplosan lagi aku nyebut dia senior tampan. Tanya namanya aja kalinya?, trus bilang makasih dan maaf, selesai.
Ku langkahkan kaki terus ke depan sambil mencari sosok itu. Hingga akhirnya berhenti karena telah menemukannya. Dari jarak ini aku dapat melihat dengan jelas senyumnya yang begitu indah. Keramahan dan perhatiannya yang mengalir begitu saja pada semua gadis yang menghampiri. Entah mengapa hatiku sakit melihat sikap ramahnya itu merata pada semua gadis.
Harusnya aku merasa biasa aja. Kenapa aku baper sama sikap dia kemarin, toh dia juga gitu ke orang lain. Aku aja yang ke-PD-an, dia peduli karna aku maba dan dia panitia. Harusnya gak usah dipikirin, anggap itu emang biasa aja, udah. Dasar cewek baperan banget sih, udah biasa aja, ya biasa aja!. Gumamku dalam hati.
Aku berjalan mendekatinya yang sedang dikerumuni para gadis, dengan hati yang ku pertegar.
Tuh kan banyak yang lebih cantik lagi, aku mah bukan siapa-siapa. Gak! aku gak boleh gini, ucapin makasih dan maaf trus pergi, cuma gitu aja kok. Tapi ngomongnya gimana ya?, aku juga ngak keliatan sama dia dari sini.
"Azzahra kamu tidak ingin berkenalan ku?" Sapa senior tampan yang meninggalkan kerumunan dan menghampiriku.
"Ah iya, aku hanya ingin memberikan ini ke senior," jawabku ragu-ragu.
"Terimakasih, namaku Wang JunJie jadi kamu sudah bisa panggil namaku sekarang."
"Ya, baiklah bang JunJie. Aku hanya ingin menyampaikan permintaan maaf dan terimakasih telah membantuku selama masa ospek ini."
Ia memberikan senyum terbaiknya, aku hanya membalas sekilas lalu pergi. Hati yang ku pertegar tadi rasanya telah meleleh akibat senyuman itu.
Kenapa si abang tampan tau nama ku?, kenapa samperin aku?, kenapa senyum manis begitu? Arrrrgh... Padahal aku udah biasa aja tadi, eh dianya malah begitu, si abang tampan harusnya tanggung jawab kalo aku sampai suka!
Huuuuf apa aku aja yang kebaperan kali ya, udahlah Azzahra itu biasa aja. Sekarang nunggu Ell di taman sambil tenangin otak yang sumpek ini, oke!. Kataku pada diri yang mencoba lost control ini.
* *
"Huuuu...h." desah nafas yang cukup keras untuk mewakili kepenatan selama ospek ini. Sebuah kursi panjang di taman ku jadikan tempat duduk dan bersandar. Rindangnya pepohonan memberikan rasa nyaman dan tenang.
Kalo Ell lama aku bisa ketiduran ni, anginnya sepoi-sepoi, pohonnya rindang, gak berisik, gak banyak orang, dan mata mulai ngantuk ni. Aduh Ell cepat dong, lama amat entar aku ketiduran gimana, trus ada orang jahat yang culik aku, trus disekap dan gak bisa kuliah, siapa yang tanggung jawab?
Ah mikir apa sih, gak mungkin juga lah di kampus ada penculikan. Aaaah bosan... Aku jadi beneran ngantuk ni. Tidur bentar gak papakan? Baca do'a dulu deh biar gak ada yang ganggu.
* *
Aku menerima sebuah rangsangan di area kepala membuat kesadaranku kembali, sehingga ku buka mata dengan spontan. Yang aku lihat tangan seseorang sedang menarik sesuatu dari hijabku. Langsung aku melirik pada pemilik tangan itu dan
"HAAA!!!" teriakan spontan keluar dari mulutku ketika menyadari ia adalah pria penyenggol waktu itu."Kamu ngapain?" tanyaku histeris.
"Aku hanya menarik semut ini saja." jawabnya santai sambil menunjukkan semut yang sudah mati dijemarinya.Alah paling aalasan aja tu pura-pura mungut semut padahal pengennya ngeganggu orang lagi nyantai kan. Ni orang gak punya rasa bersalah sama sekali ya, gak sadar sama kelakuannya kemarin, udah buat aku malu dan sekarang malah ngegenit begini.
Ku alihkan pandangan membelakanginya.
"Hei, siapa namamu?" tanyanya yang tak ku acuhkan.
"Apa kau marah padaku?, aku hanya bertanya apa salahnya kau menjawab, siapa namamu?" dengan nada yang lebih lembut."Aku Gak Punya Nama!!" jawabku kesal tanpa melihatnya.
"Hahahhaha..."
Dia malah ketawa udah stres kali ya, dasar cowok sinting."Kalau begitu setidaknya aku harus tau kau dari mana?"
"Gak Tau!!" Dasar sinting gak liat orang udah muak begini malah ditanya. Padahal dia tau aku lagi marah tapi tetap aja gak sadar diri.
"Jutek banget---"
"Biarin!!" Tapi mengapa aku juga selalu menjawabnya ya.
"Hei ada apa dengan mu?, harusnya kau senang aku sapa begini. Di luar sana banyak gadis yang ingin sekali disapa olehku loh." Kira-kira begitu arti ucapannya, sok ganteng banget gak sih ni orang.
"Gak Peduli!!, karna kelakuanmu kemarin aku jadi malu. Harusnya kamu tanggung Jawab!!" Dengan ucapan yang masih jutek ku lirik ia sesaat.
"Hahahah..."
Dia ketawa lagi, beneran sinting ni orang."Harusnya kau yang bertanggung jawab!" sambungnya yang membuat aku ternganga.
"Sepertinya kau belum tau aku ya? Sebenarnya aku tak biasa disentuh bahkan dipeluk oleh wanita lain. Jadi tak ada wanita manapun yang menyentuh tubuhku, tapi kau!" jelasnya sambil menatap mataku .
"Kau bahkan menyentuh dadaku dua kali," ucapnya dengan genit. Dasar cowok sinting, mesum, kurang ajar, minta ditabok ni!!. Arrrrgh... gak bisa aku percaya sama ucapannya itu.
"Hei jelas-jelas kamu yang tarik tanganku!"
"Benarkah? Bukannya kau yang ingin pingsan dipelukanku seperti waktu itu," ucapnya begitu santai.
Arrrrgh... Cowok sialan, dia kira gua mau pingsan begitu. Dasar cowok karpet minta di tabok ni orang. Haaaaa... Sabar Ara sabar niatnya pasti cuma menggoda aja. Gak usah diladenin mending tinggalin aja.
Aku bangkit dari tempat duduk dan tak mengacuhkan ucapannya.
"Hei kau mau kemana?" Katanya sambil menarik tanganku.
"Jangan pegang pegang!" Kataku sambil menepis pegangannya.Aku sangat kesal ia menganggap aku pura-pura pingsan sehingga bisa dipeluk olehnya. Dia kira aku ini cewek apa?, dan dia bilang dia gak biasa disentuh, tapi dia sendiri yang malah pegang-pegang tanganku.
"Baiklah aku hanya ingin memberikan ini padamu, agar kau tak pingsan lagi," ucapnya lembut sambil mengambil sebuah topi putih dari kursi lalu memakaikannya di kepalaku. Dengan tersenyum tipis lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang diam karena masih tak mengerti pemikirannya.
"Arrrrrgh... Menyebalkan, dasar cowok SINTING!!!" gerutuku sambil ku lempar topinya.
"Eh lo kenapa lagi sih, Ra?, kenapa dibuang? Ini topinya baru lo beli ya? Kok di buang, emang ni topi salah apa?" tanya Ell yang membersihkan topi itu.
"Ah lo udah siap ya?, tadi tu di topinya ada ulat jadi gua buang deh." Dengan merubah ekspresi menjadi normal agar ia tak curiga.
Emang sih topinya gak salah tapi yang punyanya banyak salah Ell. Kalau Ell tau pastinya dia bakal ngetawain aku lagi. Gak ada salahnya juga aku simpan tu topi, toh bisa diremas atau dipukulin kalau aku kesal sama orangnya. Atau aku do'ain biar orangnya gak nyebelin lagi, huuuuh....
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra ~ Ra
Random~ Bukankah dipertemukan itu merupakan takdir. Lalu mengapa aku yang bertemu dengan mu ? Apakah kamu yang ditakdirkan bersama ku ? Tapi mengapa aku selalu merasa bersalah dan takut jika mengaitkan hubungan kita pada sebuah cinta .... ~ * * * * Sebuah...