19 .. Kembali ..

11 1 0
                                    

Pagi ini aku dan Ell berjalan menuju kampus. Dan sepertinya hari ini aku harus meminta kembali buku psikologi umum yang dipinjam Kenzie.

Ya harus aku ingat-ingat buku itu. "Ayo otak ingat buku buku buku buku buku buku," ucapku dengan suara pelan.

"Hoi, napa lo?"

"Ha? gua lagi mengingat-ingat sesuatu. Jangan ganggu!"

"Mau ingat apaan?"

"Ingatin otak gua buat minta buku yang dipinjam, Kenzie kemarin."

"Biar gua tebak ni ya, pasti nanti lo lupa. Hahahah."

"Aaaah, jangan ngomong gitu lah. Bantuin gua buat ingat dong, Ell?!"

"Kenapa susah-susah, pake alaram hp lo aja biar diingatin kalo nanti lo keluar kelas."

"Ooh iya, makasih bebh. Heheheh."

"Idih, katanya geli panggil babh bebh babh bebh tapi malah ikut-ikutan."

"Ini namanya ketularan, gara-gara lo sih! Ah udah ah gua kanan dulu ya, lo kiri aja sana!" ucapku yang sengaja ingin meledeknya.

"Apa lo ngomong pake maksud?"

"Iya dong kan---"

"Maksud lo apa Ha?" potong Ell sambil merangkul pundakku.

"Heheheh, gak ada kok." Dengan perlahan aku melepas rangkulannya dan mengambil aba-aba mundur.
"Cuman setau aku jalan yang baik itu terletak di sebelah kanan bukan sebelah kiri." Dengan lambat dan intonasi yang penuh penekanan aku menyampaikan maksud yang sengaja ingin memancing emosinya.

"Jadi?!---"

"Babay Ell, gua duluan ya!"

"Inikan Bukan Jalan Hidup! Awas Lo Ya Ra!" sorak Ell.

Aku berlari untuk menjauhi Ell, sengaja agar ia tidak menangkapku. Setelah itu aku berjalan ke arah fakultas dan memasuki ruang kelas. Ku duduk di sebelah Angel yang sedang memainkan ponselnya.

"Kamu tau tidak?" pengawalan Angel setelah menyadari keberadaanku.

"Apa?"

"Lan, seperti menunjukkan sisi lainnya saat ini."

"Maksudmu?"

"Kamu tau'kan, awalnya dia pendiam dan sedikit pemalu. Tapi akhir-akhir ini aku melihat ia menunjukan dirinya yang sebenarnya."

"Tentu saja begitu, kita inikan baru saja kenal. Menurutku hal itu wajar saja, mengapa dipikirkan bahkan kamu pun begitu."

Aku memang belum mengenal sisi lain dari Huang Lan yang sesungguhnya kecuali hanya sosok yang pendiam dan pemalu. Selain itu aku benar-benar tidak tahu. Namun memang ada satu hal yang membuatku merasa kurang nyaman. Huang Lan sedikit keras dan menekan orang lain jika berhubungan dengan sesuatu yang ia inginkan. Tapi menurutku itu juga hal yang wajar.

* *

"Drrrrr Drrrrr" alaram dari ponsel yang sengaja aku pasang berbunyi setelah usai jam perkuliahan. Cara ini benar-benar membantuku, dan kini saatnya menagih buku itu.

"Azzahra, ada apa? Kenapa terburu-buru pergi?" suara JiaMin yang menghentikan langkahku.

"Kali ini aku ada urusan penting, aku duluan ya. Daaaah semua..."

Aku keluar kelas dan berjalan ke semua tempat menuruti kehendak hati. Berharab menemukannya, aku terus mencarinya sampai ke sudut-sudut bangunan.

Dia belajar di kelas mana pun aku tidak tahu. Lantas bagaimana aku menemukannya. Arrrrrgh tidak! Jangan sampai ia bermaksud sengaja untuk menyembunyikan dirinya.

Ra ~ RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang