Aku memejamkan mata dan mengatur nafas untuk merilekskan tubuh. Ruangan kelas menjadi tempat aku bersembunyi dari kebisingan dan ketidaknyamanan keadaan.
Baru saja aku mecoba membuka diri. Melepaskan kunci-kunci ketidakmampuan yang slama ini mengikat diriku. Dan kini aku seperti berjalan di masa lalu.
Ya Allah aku ingin hidup seperti biasa, sebagai orang yang biasa.
"Kamu masih sakit ya?" tanya JiaMin yang menempelkan telapaknya di keningku.
"Enggak, aku gak sakit."
"Aku cemas kalau kamu pingsan lagi. Kalau mau pingsan, kamu bilang ya! Untungnya kemarin itu ada banyak anak kelas kita disekitarku, jadi lebih mudah menggotongmu."
"Ya terimakasih, JiaMin, maaf aku merepotkan kalian."
"Tidak usah minta maaf, Azzahra, ini juga salah kami. Jangan masukan ke hatimu kata-kata orang di luar sana. Mereka hanya tak mengenalimu saja."
"Pagi semua!" Angel datang dengan penuh semangat. Berdiri di depan kelas menyapa semua orang.
"Teman-teman semuanya dengar aku! Kali ini kita tidak ada kuliah, namun diganti dengan tugas." Angel menyampaikan informasi untuk kami semua, sebelum kelas dibubarkan.
Angel mendekatiku. Memakaikan headphone miliknya di kepalaku. Terdengan suara instrumen dari sebuah lagu. Begitu indah aku menikmatinya sambil memejamkan mata.
"Azzahra!" pekik Angel.
"Ada apa?" Aku mematikan musiknya.
"Kamu tidak mendengarkan aku?"
"Hehehe aku terlalu menikmati musiknya, maaf," ucapku pada Angel yang sedikit kesal.
"Menyesal aku melakukannya."
"Hahaha, kamu yang salah, Angel," tawa JiaMin.
"Iya, ku fikir kamu menyuruhku untuk mendengarkannya. Karna kamu bersikap romantis tentu aku menikmati lagunya."
"Hah! Bukan itu maksudku. Aku merasa tak enak atas kejadian kemarin. Apa kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Angel."
"Bertahanlah, beberapa hari lagi berita tentangmu akan hilang."
"Lan, mengapa kamu diam saja dari tadi," tanya JiaMin pada Lan yang sejak tadi duduk diam.
"Tidak ada, aku hanya merasa lapar. Kita pergi makan ya!" ajak Lan yang bertingkah aneh.
"Baiklah ayo kita pergi!" ucap Angel penuh semangat.
"Aku tidak ikut ya, kalian saja yang pergi."
"Baiklah."
Kami meninggalakan kelas dengan tujuan yang berbeda. Kali ini aku bermaksud untuk mengunjungi perpustakaan. Dengan headphone milik Angel yang sengaja ia pinjamkan padaku. Perjalanan yang penuh bisikan-bisikan ini ku tempuh sendirian.
Karena usahaku yang kemarin itu gagal. Kini aku kembali menjadi bahan pembicaraan. Jika aku di posisi mereka, mungkin aku juga berpendapat begitu.
Berlagak seakan-akan aku bisa menghentikan tindakan mereka. Tapi belum apa-apa aku sudah kao duluan. Yang liatin juga gak bisa kehitung jumlahnya. Ditambah lagi keberadaanku yang sudah menjadi bahan pembicaraan sejak memasuki kampus ini. Cantik kali hidup ku ini ya.
"Azzahra!" sapa bang JunJie yang datang menghampiriku.
Aku melepaskan headphone yang menutupi telingaku."Kamu mau pergi ke mana? Apa kita bisa bicara sebentar?"
"Hm oke, baiklah." Kami duduk di sebuah kursi.
"Azzahra, kamu dekat dengan Kenzie ya?"
Pertanyanya yang sedikit mengejutkanku."Ha? Aku tidak dekat dengannya. Hanya saja ia selalu berurusan denganku. Bagiku ia sangat menyebalkan."
"Oouh," responnya dengan senyum tipis.
"Mengapa, bang JunJie bertanya hal itu?"
"Aku harap kamu berhati-hati, dia sedikit kasar pada wanita."
"A? Benarkah? Ia benar tapi ku rasa juga tidak." Aku mulai memikirkan perlakuan Kenzie kepadaku. Aku rasa mungkin ia tapi juga tidak. Ia memang menyebalkan tapi juga pernah bersikap lembut. Itu masih menjadi tanda tanya di benakku.
"Aku hanya ingin kamu berhati-hati saja."
"Baiklah, terimakasih. Ah tapi bang JunJie hubungan bang JunJie dengan Kenzie sebenarnya ada apa? Mengapa kalian bertengkar?"
"Hanya sebuah perbedaan pendapat saja."
"Tapi mengapa sampai terjadi hal seperti kemarin?"
"Entahlah, itu terjadi begitu saja."
"Jawaban itu membuatku menjadi penasaran, tidak bisakah bang JunJie memberitahu ku!" pintaku.
"Kamu ingin tau ya. Ini bukan pembahasan yang menarik," ucapnya yang mulai mempermainkan aku.
"Baiklah, baiklah," sambungnya setelah melihat tingkahku yang mengacuhkannya.
"Apa kamu tau Kenzie itu sebenarnya seangkatan denganku. Sebenarnya kami berteman sejak kecil. Aku telah menganggapnya sebagai sahabat. Dulu ia adalah anak yang baik dan sangat periang. Namun semakin lama sikapnya mulai berubah. Ia menjadi nakal bahkan semakin hari ia semakin kasar terhadap perempuan. Suatu ketika saat kami masih sekolah menengah seorang gadis mendekatinya dan Kenzie tidak menyukainya. Ia bersikap kasar pada gadis itu, sehingga membuat gadis itu terluka.
Aku selalu mengingatkannya untuk tidak kasar pada wanita. Dan karna kejadian itu kami bertengkar. Sejak itulah hubungan baik kami menghilang. Aku pindah sekolah ke luar kota, dan kembali kemari untuk kuliah. Tak menyangka saja aku bertemu dengannya lagi. Namun kini kami tidak saling bicara. Dan komunukasi yang terjadi adalah itu," jelasklnya panjang lebar dengan akhiran yang terdengar aneh.
"Ku fikir itu hanyalah sebuah kesalah pahaman yang bisa diselesaikan dengan cara baik-baik."
"Ku harap begitu, namun ia tak ingin berbicara denganku lagi."
"Wang JunJie!" lambaian seorang gadis di ujung bangunan.
"Ah, Azzahra aku harus pergi. Maaf mengganggu waktumu ya."
"Tidak papa, terimakasih bang JunJie karna sudah membagi ceritamu padaku."
"Ya, baiklah kalau begitu kita akan berbagi cerita di lain waktu. Aku pergi ya, Azzahra." Ia pergi dengan senyum masih mengembang di wajahnya.
Senior tampan memang baik pada wanita, bahkan semua wanita.
Aku kembali pada tujuanku yaitu perpustakaan. Rasanya butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan itu. Apa kali ini aku butuh petanya dora? supaya bisa cepat ke sana. "Huuuuuh..."
"Tak!!" Aku terjatuh karna seseorang mendorong tubuhku dari arah belakang.
Ia merampas headphone dengan kasarnya saat aku masih belum merespon tindakannya."Apa maksudmu kemarin? berdiri di tengah jalan Untuk Mencari Perhatian, Kenzie." Dia adalah gadis yang menunggu Kenzie saat aku mengumpat di mobil Kenzie waktu itu.
Ia bersama rekan-rekannya mulai membentak-bentakku. Aku hanya sendirian tak tau apa yang harus ku lakukan. Bahkan aku belum merubah posisi dudukku.
"Kenapa Kau Hanya Diam Saja!"
"TAAKk!!" suara headphone yang terhempas keras.
"Maaf, aku---" ucapanku yang terpotong karna suatu kejadian.
"Kenzie!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ra ~ Ra
Random~ Bukankah dipertemukan itu merupakan takdir. Lalu mengapa aku yang bertemu dengan mu ? Apakah kamu yang ditakdirkan bersama ku ? Tapi mengapa aku selalu merasa bersalah dan takut jika mengaitkan hubungan kita pada sebuah cinta .... ~ * * * * Sebuah...